Jumat, 22 November 2013

My Pregnancy Journey : 3rd Month

Juni-Juli 2013

Memasuki bulan ketiga, ternyata mual muntah semakin terasa. Meski memang tidak terlalu parah. Tapi ini lebih terasa bila dibandingkan sebelumnya. Sensitivitas indera penciuman meningkat tajam. Hehe.. Kalau udah nyium bau-bauan, langsung deh, mual muntah. Tapi gak bau-bauan juga sih.. Yang wangi-wangian juga bisa bikin muntah. Misalnya aja body butter Wardah. Padahal, dulu aku suka banget sama harumnya body butter ini. Tapi, begitu kupakai sekarang-sekarang, yang ada langsung muntah. Jadilah, ga kupakai lagi sampai sekarang. Yang paling kasian ya abang. Hehe… Kena getahnya. Kalau pulang kerja, aku langsung minta abang mandi. Hehe. Udah mandi pun,kadang aku merasa kalau abang belum mandi. Wkwkwkwk… Karena kayanya masih ada yang kurang. Pernah, abang coba pakai parfum… Eh, ga berhasil. Malah berhasil buat aku muntah lagi. Jadi, sebenernya gimana sih? Yang bau muntah, yang wangi muntah juga… Kayanya, ga kuat sama bau yang menyengat mungkin ya…

Orang-orang mulai bertanya tentang ngidam. Aku pengen apa, ngidam apa…Tapi ya akunya ga ngidam apa-apa… Biasa aja… Kalau pengen yang seger-seger, kayanya wajar, orang mual terus. Hehe… Oiya, pengennya sih mangga harum manis.. Tapi, karena saat itu harganya masih mahal, jadi ga jadi beli. Ini bukan ngidam kan? Soalnya masih bisa delay gara-gara harga. Suatu hari, abang bilang, abang beliin mangga. Wah, udah seneng aja. Pas abang sampai di rumah, aku tanya, ini mangga apa. Abang bilang, kata penjualnya mah harum manis. Tapiii… Begitu kucium, ternyata bukan harum manis… Tapi mangga cengkir… Yap antes harganya lebih murah. Padahal awalnya si abang udah bangga, bisa nawar harganya sampai 10 ribu lebih murah. Kupikir, harga mangga cengkir ya emang segituan… Wkwkwk…. Akhirnya mangga cengkirnya pun tetep kumakan. Dijadiin rujak aja. Soalnya asem. :D


Di bulan ini, ada kejadian yang cukup menegangkan. Iya gitu?? Hehe… ya ga menegangkan juga sih.. Cuma agak mengkhawatirkan karena masih di trimester I. Saat itu, aku dan abang pulang dari Kopo. Malam hari. Dan saat itu hujan cukup deras. Kami sudah memakai jas hujan. Menuju Sarijadi. Sudah kedinginan, basah kuyup, dll. Pada saat di tanjakan Lemah Nendeut, motor abang tiba-tiba mogok. Kayanya karena kemasukan air. Saat itu memang banjir karena hujan deras. Motor mogok saat kami masih di tanjakan. Aku dan abang turun dari motor. Tas ransel yang ditaruh di depan motor terjatuh. Lengkaplah sudah. Basah semua. Aku berjalan menanjak di trotoar,, sedangkan abang mendorong motor sampai ke tanjakan. Masih cukup jauh untuk sampai ke rumah. Tadinya abang bilang aku naik angkot saja, tapi, angkotnya pun ga lewat-lewat. Akhirnya aku berjalan bersama abang. Mencari bengkel yang kira-kira buka, atau tukang tambal ban. Tapi, tutup semua. Mulai terasa lelah, pegal kemana-mana, plus dingin. Hujan masih turun deras. Aku hanya bisa berdzikir saja, meminta kekuatan sama Allah. Semoga aku bisa kuat, begitu juga janin ini. Sampai di Setra Duta, abang bilang, biasanya di bawah ada tukang tambal ban, dan abang mau coba kesana. Aku disuruh pulang duluan saja. Sudah hampir dekat. Tapi, aku menolak, sekalian aja aku pulang bareng abang. Jadi mending aku ikut ke tukang tambal bannya. Qadarullah, tukang tambal bannya pun tutup. Yasudah. Kami pulang saja. Sampai di rumah, saat di kamar, aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Mengistirahatkan diri. Agak sakit sih perutnya, tapi semoga tidak apa-apa. Aku sama abang Cuma bisa berdo’a aja, semoga memang tidak apa-apa. Tidak ada yang tahu kalau perutku sakit dll. Hehe. Kecuali abang. Itu adalah momen dimana mulai saat itu, aku berazzam untuk tidak mengeluh lagi kedepannya. Yaah… Meskipun kadang masih juga keluar kata-kata keluhan.. Hmm… tapi bukan keluhan kali ya (membela diri gini….:p), tapi curhat aja ke abang. Wkwkwk…

Alhamdulillah… Setelah kejadian itu, tidak tampak sesuatu yang tidak beres. Hehe..

Akhir bulan, kami pergi ke dsog lagi. Masih ke dsog sebelumnya. Setelah USG, sudah terlihat tubuh janin kami, meskipun masih sangat kecil. Aku diberikan obat herbal kembali oleh dokternya. Karena aku biasa berkutat dengan obat-obatan, wajar dong kalau aku tanya ke dokternya. Bedanya dengan obat biasa apa. Sebelumnya dsog nya memang tidak memberikan penjelasan tentang obat itu. Hanya bilang itu obat herbal. Aku ga tau, kandungannya apa, dll. Nah, sekarang aku ingin tahu. Tapi ternyata, reaksi dokternya malah ga positif. Aku malah disuruh tentuin aja obat sendiri. Lho? Dok, aku kan Cuma tanya. Kok pundung. Wkwkwk… Terus, aku bilanglah, soalnya sempet beberapa kali aku minum suplemen herbal itu, langsung muntah. Mungkin karena herbal, jadi baunya tidak tertutup. Eh, sekarang dokternya malah langsung nyuruh aku rawat inap.  Aku sama abang kaget. Rawat inap? Ckckckck… Dokternya nih gimana sih? Ga liat status pasien gitu? Kenapa ga tanya dulu, 24 jam terakhir ini bisa makan ga, trus sehari muntah berapa kali, liat dulu kek BB alias berat badanku. BB ku naik 2 kg kok dari sebulan yang lalu. Artinya makanan bisa masuk, kan? Hadeh….. Mulai dari sana, kami kurang sreg dengan dsog tersebut. Kok langsung bisa vonis rawat inap secepat itu. Bukannya mual muntah di trimester I masih wajar? Ini langsung disuruh rawat inap. Akhirnya, dari sana kami memutuskan, bulan depan ke dsog yang lain saja. Jadi, peernya kami harus mencari dsog yang lebih welcome dan enak diajak konsultasi.


To be continued

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..