Kamis, 31 Oktober 2013

Manajemen Marah

Baca tweet ini di salah satu akun twitter. "Ketika seorang anak terbiasa hidup dalam hukuman, cacian, atau celaan, maka ia akan tumbuh menjadi seorang pembohong."

Baca juga di salah satu buku, kalimatnya hampir senada. Psikologis anak yang terbiasa dengan celaan, atau hukuman saat ia melakukan kesalahan, maka kedepannya, ia akan menjadi seorang anak yang terbiasa berbohong. Kenapa? Karena ia takut ketika ia melakukan kesalahan, ia akan menerima hukuman, atau celaan, atau dimarahi. Daripada mendapatkan itu semua, maka akhirnya ia memilih jalan aman. Dengan berbohong. 

Ternyata memang apa yang terjadi pada diri anak, sedikit banyak ada andil orangtua di dalamnya. 
Dan barusan, aku juga membaca salah satu thread yang ada di grup ITB Motherhood. Ada seorang teteh yang bercerita, bahwa ia diprotes oleh keluarga besarnya, karena ia dianggap tidak bisa marah, meskipun, kata keluarga besarnya, teteh tersebut punya anak yang sangat "nakal", yang pantas untuk dimarahi. Tapi, teteh tersebut tidak memilih untuk marah. Namun, lebih memilih untuk mengeluarkan semua energi dan pikiran positifnya, mengendalikan amarahnya. Dan menyalurkannya dengan lebih baik. Kalau kusimpulkan sih, teteh tersebut punya stok kesabaran yang besar... Hehe... Kata beliau, dulu beliau termasuk anak yang sering melakukan kesalahan, dan sering dimarahi oleh orangtuanya,, sehingga teteh tersebut berpikir, toh apa yang dilakukan tetap saja salah dimata orangtua, dan akhirnya teteh tersebut terkesan cuek kalau dimarahi. Beliau tidak ingin mengulang apa yang ia rasakan pada anak-anaknya. Jadi, sedapat mungkin, menahan amarah pada anak-anaknya.

Manajemen marah. 
Yah, tidak semua orang dapat melakukannya. 
Tidak mudah. Disaat kita bisa marah, dengan nada tinggi, memojokkan, dll.  
Semua adalah pilihan....

Mungkin, apa yang dialami oleh teteh itu, hampir mirip dengan apa yang kualami. Sehingga aku berazzam akan berusaha untuk tidak marah pada anakku kelak. Tidak mau mengukir luka pada hati mereka. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.  Tidak menggunakan nada tinggi, memojokkan, pemberian hukuman yang tidak mendidik, dll. Pasti banyak tantangannya. Tapi, bukan berarti tidak bisa, kan?

Dan, hingga kini, do'aku masih sama ya Rabb...
Karuniakanlah aku kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi semuanya, termasuk menghadapi anak-anakku kelak, sehingga yang keluar dari diri ini hanyalah kebaikan.... 

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Senin, 28 Oktober 2013

Refleksi Hari Sumpah Pemuda

Sering aku berpikir, kalau aku masih duduk di bangku SMP saat ini, apa ya yang akan menjadi kebiasaanku? Bagaimana aku bergaul dan memiliki teman-teman yang seperti apa? 


Zaman ketika aku SMP dulu, sangat berbeda dengan anak-anak SMP saat ini. Ketika SMP, aku belum pegang hape. Baru punya hape pun saat kelas 3 SMA, itupun hape yang hanya bisa dipakai untuk sms dan telepon. Bandingkan dengan anak sekarang yang usia SMP, hapenya aja bahkan sudah lebih canggih dari aku. Udah bawa tablet kemana-mana... Hehehe..
Akses teknologi yang cukup besar bagi mereka ini ternyata menimbulkan sisi negatif yang  juga besar, jika tak diimbangi dengan arahan dari orangtua dan bekal keimanan pada diri anak tersebut. 

Baru-baru ini, kita dikejutkan dengan berita siswa siswi SMP yang melakukan hubungan seks, ditonton oleh 5 orang temannya, dan direkam oleh temannya. Innalillahi wa innna ilaihi raji'un....
Ga kebayang apa yang ada dalam pikiran remaja-remaja tanggung itu. Kayanya, dulu aku seumur mereka belum tahu yang begituan... 

Sampai-sampai ada temanku yang berkomentar... Katanya, kalau nanti punya anak mah mau homeschooling aja... Soalnya sekarang mah udah was-was aja ngelepas anak teh...

Kalau liat berita-berita ya pasti ngeri... Ada aja yang buat heran.. Kok bisa anak sekarang seperti itu... 

Terus, bagaimana dengan kita? Apakah harus mengurung anak atau membatasi mereka secara berlebihan? Yah... kayanya sih ga juga ya... Yang penting justru bekal yanng kita berikan pada mereka... Bekal agama dan iman sejak dini... :D

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Minggu, 27 Oktober 2013

Maaf

Aku adalah aku...
Bukan dia, atau kamu
Atau seseorang yang lain

Aku, adalah aku...
Keterbatasan adalah bagian dari diriku
Ketidaksempurnaan mengiringiku

Aku adalah aku...
Yang tak mampu menjadi dia, kamu
atau seseorang yang lain

Meski dunia menuntutku
Menjadi orang lain
Namun aku, adalah aku...

Maaf...

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Jumat, 25 Oktober 2013

Epilog

Tatapan matanya nanar
Melihat dunia yang tak ramah padanya
Ia hanya bisa diam
Terpaku beberapa saat

Menghela napas yang cukup berat 
Mengukur seberapa kuat lagikah ia bertahan
Menghitung setiap asa yang masih setia
Mengukir do'a dalam setiap sujud

-Bersegeralah, karena waktu takkan mennatimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Stronger

funnypicblast.com
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Kamis, 24 Oktober 2013

Ada Aksi, Ada Reaksi

Ini kan sudah trimester II menjelang trimester III... Tapi ternyata, beberapa hari belakangan ini, sekitar 3 pekan ini, aku sudah beberapa kali muntah lagi. Hiks... Kenapa ya? Dua hari ini muntah berturut-turut setiap malam... Dua minggu yang lalu juga seperti itu... Muntah lagi... 

Karena vitamin atau suplemenkah? Soalnya, vitamin dan suplemen kali ini memang berbeda...
Tapi... sepertinya aku menangkap sesuatu yang sama. Benang merah. Halah, kaya OVJ aja... Dari kejadian aku muntah, selain soal vitamin dan suplemen. Ternyata memang manajemen pikiran yang sedang kacau alias mendekati stress.. Hehe... Sepertinya sih, itu yang membuatku muntah lagi....

Ternyata.. Memang benar ya... Manajemen emosi begitu penting selama kehamilan. Karena reaksi tubuh tiba-tiba saja berubah, saat ada sesuatu yang kurang mengenakkan. 

Sedihnya adalah, aku merasa zhalim sama janin ini... Padahal, haknyalah untuk mendapatkan kondisi yang nyaman dan aman untuk tumbuh dan berkembang. Cuma gara-gara masalah ibunya yang sedang tidak bisa mengontrol emosinya, ia jadi kebawa-bawa... Hiks... Semoga besok-besok aku lebih bisa mengendalikan diriku lagi. Jadi, meskipun masalah datang bertubi-tubi, tetap bisa menstimulus diri untuk bahagia. Insya Allah. 

Bismillaah...
Let's smile and reach our happiness, my baby...! :D



-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Part of My Dream


Dari dulu, aku ingin sekali menulis buku. Setidaknya satu buku dalam hidupku. Hehe... Tapi, memang belum mulai-mulai sih... Mau nulis tentang kefarmasian, oh no... itu bukan keahlianku... Mau nulis novel, sekarang ngebayangin tebalnya novel yang ratusan halaman itu... Kapan ngerjainnya... Hehe... Pamalesan we... Tentang dakwah, bukan kafaah juga... Jadi apa dong?

Hmm... Akhir-akhir ini aku jadi terinspirasi satu tema tulisan bukuku... Ga jauh-jauh dengan diriku sebenernya... Buku yang membahas tentang orang yang introvert. Seperti aku. Hehe... Tapi ini beneran, lho... Aku adalah seorang introvert. Meskipun ada orang yang bilang, keliatannya aku itu bukan introvert, tapi the real is... I'm an introvert person. Aku ingin menuliskan bagaimana seorang introvert menjalani hari-harinya. Ya...emang bukan psikolog sih. Tapi, berpegang pada kata orang, bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, maka aku ingin menuliskannya. Minimal si introvert itu dari kisah nyata, ada di dunia ini. Yaitu aku... Wkwkwkwk... Narsis... Jadi ini teh cerita tentang diri sendiri, gitu? Yaa... Belum tau sih mau kaya apa isinya nanti... Tapi aku udah dapet judul yang bagus (kata aku sendiri, lho)... Ini masih bisa berubah... Judulnya, "Jendela Hati Si Introvert"... Ciee... bagus, gak? Maksa! Tujuannya adalah, bagaimana mengetahui isi hati atau pikiran si introvert, yang katanya tertutup ini. Membantu orang lain memahami karakter introvert dan bagaimana menghadapi mereka.. Tapi kalau mau gitu butuh ngobrol banyak sama ahlinya, dan survey-survey.. Itu kita pikirkan dan jalani nanti.

Aku udah ada "calon penghuni" bukuku kelak (aamiin), lho...
Check it out ya...

Part of "Jendela Hati Si Introvert"

Tahukah kalian, bahwa ia sering menangis diam-diam dalam kesunyian
Mengadukan segala resah, gundahnya

Tahukah kalian, betapa ia ingin menumpahkan seluruh isi hatinya pada kalian
Namun terhalang oleh benteng yang telah kokoh berdiri

Ingin ia menembus benteng itu
Tapi ia tak mampu
Karena ia introvert
Dan kalian terlanjur menganggap bahwa introvert adalah sesuatu yang salah

Lagi-lagi air mata itu tertumpah
Tanpa ia kehendaki
Tanpa dapat ia kendalikan
Mengalir menganak sungai
Dan, kini, tak terbendung lagi..

Ia ingin berteriak
Sekuat-kuatnya
Berharap satu beban terlepas

Dapatkah, ia Ya Rabb..?

Jreng-jreng... itu coretan awalnya... Hehe...
Gimana? (berharap ada yang komen...:))
Baiklah, aku akan berjuang lebih keras lagi!!!
Semangat!!!


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Aku, Seorang Ibu, dan Anak Lelakinya

Saat menunggu di sebuah tempat, disebelahku ada seorang ibu dengan anak laki-lakinya. Jarak mereka hanya terpaut sekitar 1,5 m dari tempatku berada.Anak laki-laki itu masih mengenakan seragam SD. Kuperkirakan ia masih duduk di bangku kelas 2 SD. Cukup lama aku berada disana. Hingga dapat mengikuti apa yang terjadi pada ibu dan anak itu. Sepertinya si anak sedang mengerjakan tugas atau sedang belajar. Kudengar cukup jelas. Apa saja yang ibu itu katakan pada anaknya.

"Kamu tuh kalo belajar yang bener, mau ujian juga besok."
"Belajar yang bener, daripada kamu lari-lari ga jelas, buang-buang waktu, mending belajar."
"Mau ga belajar? Kerjain itu soal-soalnya, gimana kamu tuh?"
"Tulis yang bener. Mana ada kayak gitu?"
"Kamu teh bandel pisan, susah dibilangin."
"Kamu nulis yang bener, mau nulis apa itu? Baca dulu yang bener, dibilangin dari tadi."
"Mau ngaji ga?"

Dan sederet kata-kata dengan nada yang cukup tinggi. Selama anak itu belajar, si ibu tak pernah berhenti untuk memarahi anaknya, jika tak sesuai dengan yang seharusnya. Tak jarang anak itu dipukul ibunya. Meski hanya pelan saja. Tapi, ya itu tadi, kata-kata yang keluar dari lisan ibunya bernada tinggi. Memberi tahu anaknya jika ada kesalahan pun dengan nada tinggi. Si anak hanya mengikuti apa yang dikatakan ibunya. Sesekali ia menunjukkan hasil tulisannya pada ibunya, dengan sorot mata yang agak takut. Padahal anak lelakinya lucuuu banget. Gendut, putih, bulet... Hehe....

Baru 30 menit aku mengamati mereka, tapi sudah membuat hati tidak tenteram. 30 menit itu penuh dengan nada-nada tinggi, kata-kata yang mnyalahkan dari ibu pada anaknya. 

Aku jadi berpikir, tak adakah cara lain dari orangtua untuk memberi tahu anaknya, atau mengajari anak-anaknya tentang sesuatu selain dengan marah-marah, nada ketus atau tinggi, kata-kata kasar?
Tak adakah? Entahlah, apakah ibu tadi sedang kesal atas sesuatu, lalu berefek saat berinteraksi dengan anaknya atau memang seperti itu cara mengajari anaknya. 

Menjadi orangtua itu memang bukan perkara yang mudah. Apalagi menjadi orangtua yang baik. Saat anak melakukan kesalahan, apakah selalu harus keluar kata-kata bernada tinggi, atau kalimat yang menyalahkan? Saat anak melakukan kesalahan, apakah tak terpikir oleh orangtua, bahwa bisa jadi pada kesalahan anak, terdapat andil kesalahan oranngtua. Sebab, kata ayah mertuaku, kalau anak berbuat kesalahan, orangtuanya juga bisa jadi salah. Sampai sekarang aku juga memang belum tahu bagaimana sulitnya menjadi orangtua. Tapi aku tahu, bahwa aku harus membekali diri dengan ilmu parenting yang baik. 

Ya Allah, jika aku menjadi seorang ibu nanti, karuniakanlah aku kesabaran dan kebijaksanaan yang luar biasa besar, agar dapat mendidik anak-anakku kelak dengan cinta... 

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-




Rabu, 23 Oktober 2013

Gratis USG 3D/4D

Hari Senin yang lalu, ada notifikasi dari Facebook masuk ke hapeku. Ada temanku yang mention di salah satu posting di grup ITB Motherhood. Ternyata isi postingan itu menginformasikan bahwa pada tanggal 20-21 Oktober, RSHS mengadakan expo kesehatan di Graha Manggala Siliwangi. Disana ada seminar, dan pemeriksaan kesehatan gratis. Yang paling menarik buatku ya ada USG 4D gratis. Hehe... Secara, USG 4D kan mahal banget... Bisa sampai 600 ribuan.

Tapi... Cuma sampai hari Senin ya? Berarti sampai hari ini saja. Segeralah ku whatsapp abang buat woro-woro... Hehe... Dan abang pun dengan semangat 45 mengajakku kesana. Kata abnag, ini berkah GBN... Ada-ada saja. Yasudahlah, akhirnya kami sepakat untuk bertemu jam 14 siang di Jalan Sumatera. Abang nyampe duluan disana. Setelah itu, kami menuju Graha Manggala Siliwangi. Stand yang pertama kami kunjungi tentu saja stand dari bagian obstetri dan ginekologi. Tanya-tanya, apa masih bisa USG 4D atau tidak. Alhamdulillah masih bisa... Dapet antrian 35... Menanti 3 antrian lagi. Ini adalah antrian tercepat selama ini. Biasanya kalau kontrol kandungan kan bisa antri dari pagi sampai tengah hari... Wkwkwkwk...

Saat giliran kami, semuanya diperiksa satu persatu... Kakinya, kepala, wajah, dll... Tapi posisis dede masih melintang. Kepala ada di sebelah kiri. Berarti harus banyak-banyak sujud nih... Saat akan melihat wajahnya dengan USG 4D yang berwarna, agak sulit, karena wajahnya sedang menempel pada dinding rahim, jadi ga ada ruang buat melihatnya dengan jelas... Meskipun begitu, kami cukup puas bisa melihatnya. Dan alhamdulillah, semua normal insyaAllah.. Mudah-mudahan lancar dan sehat hingga persalinan... Aamiin... :D



Setelah dari stand obgyn, kami berjalan mengelilingi pameran. Sampai di stand Rumah Sakit Mata Cicendo, kami masuk, dan abang mau ikut periksa mata. Tapi antriiiiii.... Eh, pada saat beberapa orang sebelum abang, ternyata batere alatnya habis, jadi harus dicharge dulu. Belum rezeki... Shalat Ashar dulu. Setelah shalat, ternyata hujan besar. Akhirnya, balik lagi ke dalam pameran. Keliling lagi.... Masuk ke bagian keseimbangan fisik gitu ya kalo ga salah. Jadi abang ikut pemeriksaan keseimbangan tubuh. Masih seimbang kok, alhamdulillah...

Dari sana, kuajak kembali ke stand RS. Cicendo, siapa tahu udah bisa test lagi. Ternyata benar... Abang antri lagi deh... Aku sih lihat-lihat standi rumah sakit yang lain. Eh, ditarik sama agen asuransi... Yasudah, jadi dengerin ibu-ibunya promosi asuransi deh. Saat hampir selesai, abang datang dan mengajakku pulang. Kutanya, udah testnya atau belum. Dan ternyata sodara-sodara.... gagal lagi gara-gara, habis batere lagi.... Wkwkwkwk....

Dan kali ini kami benar-benar pulang... :D

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selasa, 22 Oktober 2013

Efek GBN

Ceritanya, aku sama abang lagi menggalakkan GBN. Apa sih GBN? GBN itu Gerakan Berhemat Nasional. Wkwkwk... Yah... Usia kandunganku kan sudah mau masuk tujuh bulan. Jadi harus prepare semuanya. Termasuk biaya persalinan. Persalinan kan unpredictable. Jadi harus jaga-jaga. Nah, maka dari itulah, kita berhemat. Hehehe.... 

Apa yang bisa dibuat sendiri, mending buat sendiri daripada beli. Wkwkwkwk... Sekalian mengasah skill, menstimulasi kreativitas, dan lebih terasa nikmatnya. Jadilah sering bereksperimen. Meskipun hasilnya tidak memuaskan, gapapa, namanya juga eksperimen (menghibur diri gini....:p).

Baru-baru ini aku membuat cireng sendiri. Padahal itu disaat badan remuk redam gitu. Hehe.. Tapi keukeuh mau coba. Akhirnya, jadilah, dengan hasil cireng yang kurang asin. Haha... Tapi abis-abis aja dimakan sama abang, eh aku juga sih.... :D

Wajarlah kalau hasilnya kurang memuaskan. Orang aku mainannya masukin bahan seenaknya. Segimana feeling aja. Parah.... 


Tapi, untuk percobaan pertama, masih termaafkan... :D
It's simple. 
Membuatnya pake tepung kanji persediaan di rumah, sama tepung terigu. Karena yang makan cuma berdua, jadi ya buatnya versi sedikit aja. 
Tepung kanji 125 gram ditambah tepungterigu 5 sendok makan. Aduk. Tambahkan merica bubuk sama garam, terus ditambahin juga irisan bawang daun. Sisihkan. Tumis bawang putih yang sudah dihaluskan, tambahkan air kurang lebih 200 ml. Aduk sampai mendidih. Kalau udah mendidih, masukkan kaldu ini ke dalam adonan tepung tadi, sedikit demi sedikit sampai adonan bisa dibentuk. Lalu bulatkan dan pipihkan adonan deh. Kemaren jadinya sih ada 15 buah. Yah.. Lumayan...


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-



Jumat, 18 Oktober 2013

Your Children....



Sekarang ini, di televisi sering kita temui acara pencarian bakat bagi anak-anak kecil. Atau audisi seperti Miss Indonesia tapi, untuk anak kecil. banyak anak yang mengikutinya. Tentunya didampingi orangtuanya. Tapi... Mirisnya melihat anak-anak ini. Bagiku, mereka seperti dieksploitasi untuk industri hiburan. Anak-anak yang seperti dipaksa untuk keluar dari dunia kanak-kanaknya. Harus meniru artis inilah, itulah... Dengan gaya yang seperti orang dewasa. Entahlah, apa yang dirasakan oleh anak-anak itu. Apakah mereka bahagia, atau tidak.

Lagi-lagi, disinilah peran penting orangtua terhadap pendidikan anak-anak mereka. Aku juga tidak tau, apa latar belakang orangtua mereka mengikutsertakan anak-anaknya dalam audisi-audisi macam itu. Pasti banyak alasan jika digali.

Saat jalan ke sebuah pusat perbelanjaan, ternyata disana sedang ada lomba peragaan busana untuk anak-anak. Dan mayoritas yang mengikutinya adalah anak perempuan. Begitu melihat pakaiannya... Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.... bener-bener minim,menampakkan bagian tubuh dari anak-anak itu. Okelah mereka masih belum baligh, tapi, jika dari kecilnya saja sudah dibiasakan seperti itu, apa kabar nanti ketika mereka dewasa?

Masa depan macam apa yang akan mereka hadapi nanti? Ah... sekulerisme, liberalisme, telah menggerogoti pemikiran kita... Menjauhkan diri dari apa yang seharusnya kita pegang erat-erat. Syariat.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah,, karena diam berarti kematian-

Kamis, 17 Oktober 2013

Peran Bernama "Ibu"



Ada sebuah komunitas bagi para ibu atau calon ibu yang beralmamater ITB. ITB Motherhood. Ada grup di facebook, dan sesekali kopdar. Grup Facebooknya ini sangat aktif, semua bisa ditanyakan disini. Masalah kesehatan, curhat, sampai buka lapak bisnis. Hehe... Kalau aku sih masih jadi passive reader aja... :D

Tapi join grup ini kerasa banget manfaatnya. Jadi tau apa yang harus kita ketahui, atau bahkan sesuatu yang kita merasa belum membutuhkan pun, bisa jadi investasi saat kita membutuhkannya kelak. Alhamdulillah ada grup ini...

Dari semuanya, ada satu hal yang aku perhatikan sama pada anggota grup ini. Bahwa keinginan mereka untuk menjadi ibu yang hebat bagi anak-anaknya adalah prioritas. Kalau dulu, waktu kuliah di ITB, setiap salam ganesha mottonya adalah untuk Tuhan, bangsa dan almamater, kalo sekarang untuk Tuhan, bangsa dan keluarga.. Hehe... Semua sepakat bahwa menjadi ibu berarti menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya, madrasah pertama dan utama dalam membangun peradaban ummat. Meskipun ada banyak juga yang menjadi working mom, namun sebenarnya keinginan mereka adalah bersama anak-anak mereka sepanjang waktu, membersamai perkembangan mereka. Hanya terkadang kondisi yang menuntut mereka untuk menjadi working mom. Biasa karena alasan ekonomi, atau aktualisasi diri.
Saat memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, yang berkarir dirumah, ternyata yang dialami oleh kami-kami ini hampir sama. Hehe... Dari orangtua atau keluarga yang selalu menyayangkan keputusan tersebut. Alasan yang sering diterima adalah, "Kalau cuma jadi ibu rumah tangga, ngapain susah-susah kuliah di ITB? Kasian ijazahnya, mubazir..."

Itu yang S1, apalagi kalau yang memutuskan untuk berkarir di rumah adalah seorang ibu yang sudah lulus S2, lebih-lebih lagi penolakan yang diterima. Tapi, kami tetap sepakat, bahwa bagaimanapun, seorang ibu haruslah wanita yang cerdas. Karena dari tangannyalah anak-anaknya kelak memperoleh pendidikan, bukan dari pengasuh, khadimat atau yang lainnya. Menjadi apapun seorang wanita, maka ia haruslah cerdas.Entah nanti bekerja di luar rumah, atau di dalam rumah. 

Ada perbedaan sudut pandang generasi yang kulihat dalam masalah ini. Generasi orangtua kami menganggap bahwa setelah kuliah ya harus kerja, imbalannya berupa gaji. Kalau si anak tidak bekerja di luar rumah, maka artinya ia menyia-nyiakan pendidikannya. Atau anggapan bahwa sekarang, jadi perempuan itu harus mandiri (iya sih... :)), tidak bergantung pada suami (secara finansial). Karena sekarang, kebutuhan mahal... Wkwkwkwk...  

Sedangkan kami, justru tidak seperti itu. Semakin tinggi pendidikan, semakin sadar bahwa pendidikan yang selama ini didapat ya tujuan utamanya agar dapat membentuk generasi yang lebih baik. Memberikan kebermanfaatan yang sebesar-besarnya dalam keluarga. Lingkup sosial yang terkecil. Bukan berdaya guna di luar, untuk orang lain, sementara amanah keluarga dan anak-anak didelegasikan kepada orang lain.

Membentuk pola pikir seperti ini, dan memahamkan kepada orang lain bukan hal yang mudah, namun bagiku, itu adalah sesuatu yang patut diperjuangkan. Karena ini masalah investasi jangka panjang dan amanah. Wanita tetap bisa produktif, meski ia "hanya" seorang ibu rumah tanga. Banyak kok contohnya. Liat aja di acara Tupperware She Can... Hehe... Malah promosi.... :D

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantikmu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 16 Oktober 2013

Love Cake in A Mug

There is a love in a mug... Love cake in a mug

Sore hari ini, aku mau eksperimen... hehe... Sebenernya udah pengen dari kemaren-kemaren, tapi baru terlaksana tadi sore. Mau buat cake in a mug. Iseng buat kue... Tapi males kalo buat dalam porsi banyak. Yaudah, buat di mug aja. Lebih simple dan praktis juga. Pake bahan yang ada aja..

Jadilah...
Oven udah dibawa ke dapur sama abang dari tadi pagi sebelum ke kantor... Hehe.... Mau bikin cake teh pamer-pamer dulu.... wkkwkwk... Harus jadi ini mah... ntar dikira harkos... :D

Bahan-bahan udah ada. Yang ga ada, bisa diakalin biar jadi ada. Hehehe...
Siapin 2 mug. Kalau buat satu mug, telur yang dipake cuma setengah butir, jadi biar pas, kita buat dua mug aja...

Bahan buat 1 mugnya, aku pake takaran ini :
3 sendok makan tepung terigu
3 sendok makan gula pasir
1 1/2 sendok makan coklat bubuk
3 sendok makan susu cair
2 sendok makan minyak sayur
1/2 butir telur yang sudah dikocok
baking powder, pake feeling ini mah...
buat taburannya aku pake coklat batang yang diparut

Caranya, semua bahan kecuali parutan coklat dimasukkan ke dalam mug, aduk hingga rata, tidak ada gumpalan. Pastikan semua teraduk sempurna...Terus, kalau udah, coklat parut ditabur diatas adonan.. Masukkan mug kedalam oven, panggang selama 5-10 menit dengan suhu 180 derajat celcius. Taraa... Jadi deh...

Rasanya... Hmm... lumayanlah... buat ekperimen pertama... Hihi.... Satu mug buat aku, dan satu lagi buat abang..
Tapi gambarnya kurang baguus.... :P



-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Tokoh Utama

Di rumah, ibu lagi suka nonton Surat Kecil Untuk Tuhan yang di RCTI itu... Yah, jadinya kita kalao pas lagi di rumah jam segitu, ikut nonton juga... Awalnya, lumayanlah... Eh tapi, kesini-kesininya asa jadi sinetron banget...-Emang sinetron kan ya?-

Hehe... Maksudnya teh, ceritanya jadi kemana-mana... Ga jelas pisan... Wkwkwk... Nontonnya juga udah males... Hihi.... Ceritanya tuh udah khas sinetron Indonesia... Sekolah yang isinya cinta-cintaan, trus berantem antar anak geng, iri-irian, dan... ini nih yang paling sinetron abis... Tokoh utamanya itu disukain sama banyak laki-laki... Dikejar-kejar sama banyak cowok tampan... :D

Sampai-sampai dulu, gara-gara tipikal sinetron Indonesia yang macem gini, aku pernah bilang ke diriku sendiri, "Kalo di sinetron kan tokoh utama itu disukai banyak orang, berarti kalo aku mah pemain figuran yah?". Haha... memang pemikiran yang absurd....

Trus, aku bilanglah ke abang, dulu pernah punya pikiran kaya gitu. Si abang ketawa-ketawa aja. Katanya, "Yaudah, kita buat nanti yang antimainstream... Figurannya yang justru disukai banyak orang... Si tokoh utamanya mah cuma lewat aja... hehehe...."
Beuh... itu mah namanya tokoh utamanya ya si figuran itu... bukan yang lewat-lewat aja.... Hehe... Sama aja bohong...  :p

Itu kan sinetron... Buatan manusia... Apalagi sinetron Indonnesia... Hadeuh... Ceritanya udah deh... Itu-itu aja, ribet, panjang dll... Makanya ga suka sama sinetron... Cuma karena kadang kondisi yang membuat jadi nonton sinetron...

Tokoh utama atau figuran...
Setiap kita di dunia adalah tokoh utama dalam perjalanan hidup yang sudah digariskan oleh Allah. Tidak ada yang menjadi figuran. Karena toh hisab amal kita sendiri-sendiri. Jadi kitalah yang menentukan langkah kita... Tokoh utama yang mengejar amalan-amalan utama juga... Seharusnya seperti itu... Namun terkadang, kita tidak fokus pada peran kita sebagai tokoh utama ini... Adakalanya kita seperti larut dalam alur cerita kehidupan orang lain... Mengurusi amal-amal orang lain, sementara diri kita tak tersentuh....

Ga perlu jadi perempuan cantik, ideal dan disukai banyak laki-laki untuk jadi tokoh utama. Cukup fokus pada peran-peran yang diamanahkan kepada kita, berusaha dengan amal terbaik, dan mengikuti jalan hidup yang Allah tetapkan.

Yeah...! Aku bukan figuran, kok...! ^^


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 09 Oktober 2013

My Stress Management

Bagaimana memanage pikiran itu bagiku bukan sesuatu hal yang mudah. Dari dulu, aku selalu dibilang sama orang-orang disekitarku, bahwa aku terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Atau, kalaupun memang harus dipikirkan, aku terlalu memikirkannya dengan detail. Terlalu berlebihan dalam memikirkan sesuatu.

Makanya, kalau aku sudah stress, aku punya alarm khusus dari dalam diriku. Yaitu sariawan. Wkwkwkwk... Yah, sariawan itu tanda kalau aku sedang stress, terlalu memikirkan sesuatu, atau sedang banyak pikiran. Sedikit-sedikit sariawan, baru sembuh beberapa hari, udah sariawan lagi. Parah... Hehe...
Sariawan pun ga cukup satu, tapi banyak. Setiap akhir semester waktu kuliah, saat UAS atau UTS, aku hampir tidak pernah tidak sariawan.

Mungkin karena aku introvert, jadi memang semua kupendam sendiri saja. Atau yaa... menulis. Lebih menyalurkan perasaan tampaknya. Walaupun sekarang sudah tidak terlalu sering sariawannya... Tapi, aku masih merasa bahwa manajemen pikiranku masih buruk. Manajemen stressku pun masih kurang. 

Jadi, saat ini aku ingin merehabilitasi diri... heuheu.... Kaya yang habis kecanduan narkoba aja ya.... :D
Ini cara-cara rehabilitasi diri yang kupilih. Pertama, usahakan untuk selalu berpikir positif atas segala sesuatu. Kebayang kan, kita mikirin sesuatu yang negatif mulu, malah bikin hati ga tenang. Padahal, sesuatu yang negatif itu belum tentu terjadi. Kedua, yakinlah bahwa Allah itu memberikan masalah, sepaket dengan solusinya. Tinggal kitanya aja yang harus lebih mendekat dan menjadi pribadi yang pantas untuk ditolong oleh Allah. Ketiga, ya dengan lebih rajin menulis... Hehehe.... Keempat, banyak berdo'a sama Allah.

Yaps! Keempat langkah tadi, semoga bisa jadi sarana rehabilitasi diri dalam hal memanage pikiran dan stress. Dan semoga istiqamah. Aamiin. 

Aku akan buktikan, bahwa introvert tak selalu lebih buruk dari ekstrovert. Hohoho... ini sih topik lain yaa.... :p


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 02 Oktober 2013

Mochi Es Krim

Beberapa hari yang lalu, entah kenapa jadi pengen tau tentang mochi es krim... Hehe... bukan ngidam sih.. Pengen aja (sama aja ga ya?). Akhirnya bilanglah ke si abang... Nanya-nanya tentang mochi es krim... Dan akhirnya abang bilang, ntar kalo nemu tempatnya, abang kasih tau... Okelah... :)

Tapi, isenglah kucari di google... Ternyata ada di Sekeloa... Nah, biasanya kan makanan yang terkenal gini punya akun twitternya...Kucari jugalah di twitter... Jreng-jreng... Ternyata ada juga dong di Sarijadi, deket rumah... Huaaaa.... Bener kata Afgan, jodoh pasti bertemu... Wkwkwkwk...

Segera laporan ke abang... Pas kita pulang agak sorean, kita coba deh ke tempat Mochi es krim di Sarijadi... Soalnya, kalau ahad, biasanya ga buka, lagian ahad kita ada acara... Jadilah, malam itu berburu mochi... Alhamdulillah... dapet juga... Enak, alhmadulillah... Tapi kurang gede..Gubrak.com... :p

Yaa...untuk pengalaman pertama, gapapalah.... :)


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Baksos ITSAR

Hari Ahad, 29 September kemarin, ada acara Baksos ITSAR. Ini acara baksos pertama setelah terakhir baksos ITSAR yang duluuu sekali... Aku sudah lupa tahun berapa dulu.. Tapi waktu aku masih bocah lugu nan polos pastinya... wkwkwkwk...

Di baksos, aku sebagai apoteker balai pengobatan, yang merupakan salah satu dari rangkaian acara baksos. Pagi hari, aku ke Salman untuk menemui abang, karena abang tidur di kantor demi ngeprint etiket untuk baksos (harusnya kan itu kerjaan aku... hehe...). Barulah kami berangkat ke tempat baksos di babakan siliwangi, setelah sebelumnya membeli Po*ari S*eat (sensor :)), jaga-jaga buat dopping ntar... :D

Sesampainya di tempat baksos, semua sudah berkumpul. Ada yang sedang mempersiapkan tempat untuk bazaar murah, ada yang siap-siap penampilan anak-anak TK, dll. Tapi, ternyata untuk balai pengobatan belum ada tempatnya... Harusnya balai pengobatan dimulai jam 9, dan akhirnya mundur... Setelah dapet tempat, beres-beres obat... Screening exprired date obat secara kilat, dan menemukan beberapa yang sudah lewat tanggal.

Seperti baksos-baksos yang pernah kuikuti, kalau untuk pengobatan gratis, pasien selalu membludak. Dan seperti itulah kemarin... Aku dan Ria yang bertugas di pelayanan obat cukup kewalahan, apalagi pasiennya pada berdiri di depan meja penyiapan obat, karena memang tidak ada kursi untuk menunggu... (edisi kursi habis...:D). Kakiku sudah mulai terasa menjerit-jerit... Eh lebay amat.. Hehe... Biasanya juga gini sih... cuma, mungkin karena bawa dede di perut juga, jadi dedenya udah agak-agak protes... Ria menyuruhku duduk, tapi, kalau duduk justru akan sulit untuk menyiapkan obatnya. Jadilah aku berdiri saja.. Dan... seperti biasa, si abang kena lagi deh... kuminta untuk jadi assisten apoteker cabutan.. wkwkwk... Biarlah, anak Elektro jadi farmasi sementara... Abang memasukkan obat ke dalam plastik, nanti aku cek kembali dan menuliskan etiket lalu menyerahkan ke pasiennya. Awalnya abang heboh teriak nyari obat-obatannya... da ga hapal tea... sampai-sampai disemprot sama pak hansip... wkwkwk... si bapak hansipnya ga tau aja kalo emang abang kan cuma bantuin... :) Maaf ya abang... :D

Selesai baksos jam 12, kakiku sudah mati rasa... mau digerakkin susah...haus luar biasa... hehe... Tapi alhamdulillah.. terlewati... Setelahnya, kami langsung melesat ke Istiqamah... Ada walimahan teman SMA kami... Wuaaah.... Cuma ga enaknya, karena kami mau ke walimahan inilah, jadi Kho bilang kalo kita ga usah dapet konsumsi... karena mau makan-makan di walimahan... Hehehe... yaa... gapapalah.... rezekinya panitia yang lain aja... :p

Overall, meski obat-obat terbatas, tapi cukup lancar... Yaah... huru-hara mah biasa kalo lagi hectic... Semoga baksos ITSAR berikutnya lebih baik lagi...



-Bersegeeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..