Selasa, 17 September 2013

Laksana Ka'ab bin Malik

Beberapa hari kemarin, aku mengisi halaqah dengan materi Perang Tabuk. Lebih terfokus pada kisah Ka'ab bin Malik. Dimana saat itu, Ka'ab bin Malik menunda-nunda persiapannya untuk berangkat ke Perang Tabuk bersama Rasulullah SAW. Padahal, Ka'ab merasa saat itu beliau berada dalam kondisi yang sangat baik dan kuat untuk berperang. Tetapi, persiapan itu tidak ia lakukakn, hingga tertinggal dari  Perang Tabuk, hingga Rasulullah kembali. Dan Ka'ab bin Malik begitu menyesal. Beliau bertaubat, dan Allah memberikan ampunan dan memaafkan Ka'ab bin Malik.

Setelah direnungi, ternyata akupun sudah menjadi Ka'ab bin Malik... Hiks... Menunda-nunda apa yang bisa aku kerjakan, tetapi tidak kulakukan... Dan akhirnya aku menyesal... (bangga lagi...hiks...:()

Ceritanya, dulu (kenapa harus ada kata "dulu"?), aku punya banyak mimpi... Wow...sepertinya hampir tiap hari aku punya mimpi yang baru, atau kalaupun tidak, hari-hariku tetap dipenuhi dengan mimpi-mimpi itu. Tapi, baru kusadari, aku tidak mengejar mimpi itu dengan seluruh kemampuanku, merasa masih bisa dikejar nanti. Sampai akhirnya, sekarang aku merasa tidak lagi bisa mengejar mimpi-mimpi itu. Pesimis? Mungkin iya.. Sangat. Tapi cukup realistis mengingat kondisiku saat ini (apakah ini pembennaran?).

Hiiks.. Rasanya sediih, kecewa, menyesal, semua jadi satu... Yah... waktu memang tidak bisa diulang lagi, kan?

Dulu, aku ingin sekali pergi ke tempat-tempat baru. BBagiku, pergi ke tempat-tembat baru akan membuka mata kita dan merefresh diri kembali. Mengelilingi Indonesia, dan menjejakkan kaki di luar negeri. Hehe... Yang utama ke Mekkah, terus ke Jerman. Tapi, itu baru sampai tahap mengumpulkan dana... wkwkwkwk... Mau backpackeran sama adik mentor, ga jadi..

Dulu, aku pengen banget bisa menulis buku... Hehe... Okelah udah punya bnlog, tapi ga optimal juga aku kelaola. Menulis pun, jika sempat. Padahal, azzam msatu hari sartu tulisan sudah sejak lama aku buat. Tapi ga istiqamah. Skill menulis pun jarang diasah. Yah... gimana bisa?

Dulu, aku ingin suatu saat aku punya usaha sendiri. Tetap mandiri secara finansial, tapi tidak mengabaikan peran-peran yang ada, dan memberi kebermanfaatan pada ummat. Tapiiii.... memulai saja suka ga berani... banyak yang dipikirin, padahal, mulai saja dulu. Memulai adalah hal tersulit, namun harus dilakukan. Jadi, sampai sekarang juga belum ada... Parah...

Dulu, aku ingin kuliah S2. Kalau di Indonesia di UGM, atau ke luar negeri. Tapi... Mau daftar S2 ke UGM, udah beda lagi kondisinya. Mau cari diluar negeri...hmm...lebih-lebih... Padahal, kenapa gak dari dulu coba aku realisasikan... Hehe...Iya sih, nabung dulu buat S2... Tapi yaa...lagi-lagi..... :( Sekarang, boro-boro kepikiran S2 deh....

Oke, yang ini simple banget. Tahun 2010, aku bilang, pokoknya tahun depan harus sudah bisa nyetir mobil. Tapiii... Ga aku ikutin. Padahal, kursus cuma berapa bulan, uang ada, waktu bisa diatur, tapi, ga aku kerjain. Jadi, sampe sekarang belum bisa nyetir mobil...Parah banget...

Mau kerja di perusahaan A atau rumah sakit B... Udah ada kesempatannya, eh, aku buang gitu aja....

Sekarang, belum tau harus memulai darimana.... Mimpi apa yang lebih realistis bagiku saat ini... 
Fine. Kalau mimpi duniaku hancur berantakan, setidaknya mimpi akhiratku ga boleh ikutan hancur juga dong... Aku ga mau rugi dua kali. Rugi lebih besar malah... 

Seperti yang kubiilang, waktu tidak akan pernah kembali. Jadi,, selama kau bisa mengejar dan merealisasikan mimpi-mimpimu, bangkit dan kejarlah! Jangan menunggu sampai kau tak bisa lagi meraihnya, atau tak mampu mengejar karena kondisimu. Lalu menyesal, karena kau tidak mengeluarkan semua potensimu dulu. Percayalah, penyesalan itu sakiit... hehe...curcol... Tapi, penyesalan harus bisa membuatmu lebih kuat lagi.



-Bersegeralah, karena diam berarti kematian-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Senin, 09 September 2013

Tentang Dia

Ada seorang anak laki-laki. Sejak balita, ia sering sakit. Susah makan. Kunjungan ke dokter anak pun terbilang sering untuk anak seusianya. Ia pernah salah diberi obat oleh dokter. Dokter meresepkan antibiotik yang cukup tinggi dan dosis besar. Namun penyakitnya tak kunjung sembuh. Akhirnya, pindah ke dokter lain. Dan barulah ketahuan, bahwa ia korban dari dokter yang salah memberinya obat. Cleansing. Dosis antibiotik yang sudah cukup besar ada dalam tubuhnya (padahal tubuhnya tidak perlu antibiotik itu), harus dibersihkan. Dinetralkan. Dokter ini hanya memberinya vitamin-vitamin saja. Hampir setiap dua minggu kontrol ke dokter tersebut. Alhamdulillah berangsur membaik.
Saat ia kelas 5 SD, ia terkena demam berdarah yang cukup serius. Masuk PICU. Dokter bilang, ia kritis, berdoa yang banyak saja untuk kesembuhannya. Ia butuh transfusi darah cukup banyak. 11 labu darah yang ia habiskan selama di PICU. Anak-anak yang dirawat di ruang PICU yang sama dengannya, sudah meninggal. Karena penyakit yang sama. DBD.
Alhamdulillah... Allah ternyata masih memberinya kesempatan menjalani hari-harinya di dunia. Hari-hari untuk beramal terbaik. Ia sembuh. Semenjak saat itu, ia menjadi anak yang tidak susah makan lagi, ia mau makan apa saja. Karena kata ayahnya, itu bagian dari cara mensyukuri nikmat kesehatan yang Allah beri.
Anak laki-laki itu kini sudah dewasa. Alhamdulillah ia tumbuh menjadi anak yang tangguh dan sehat. Jika saat kelas 5 SD itu takdir Allah berkata lain, mungkin saja saat ini aku belum menikah, atau menikah dengan orang lain.. Hehehe... Ya... Anak laki-laki itu adalah suamiku. Yahdi Siradj.
Anak laki-laki yang kini sudah menjadi seorang suami, dan sedang bermetamorfosis menjadi seorang ayah, insyaallah.. :)
Allah telah mentarbiyahmu dengan luar biasa, abang.. Semoga engkau semakin baik lagi dalam menjalani setiap peran-peranmu. Love u... <3
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Kamis, 05 September 2013

Bait Mimpi

Ia yang kusebut mimpi
Ia yang menjadi ruh dinamisasi diri
Ia, yang menggelorakan semangat berkarya
Ia, yang membuatku ingin menjadi petualang
Merasakan aroma dunia yang belum pernah kucium
Menjejakkan kaki di bumiNya yang luas
Lebih luas dari halaman ensiklopedi dunia
Wahai mimpi, kembalilah padaku
Aku rindu hentakanmu dalam setiap nafasku
Rindu denyut nadimu mengalir dalam setiap hariku
Ah, mimpi, masihkah kau ingin menghindariku?
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..