Jumat, 28 Februari 2014

Enam Belas

"Angka-angka itu sebenarnya tidak terlalu penting. Namun, takdir Allah dibaliknyalah yang membuat angka-angka itu bermakna"

Enam belas.
Aku ingat, dulu waktu menentukan tanggal pernikahan, awalnya ingin tanggal 16, biar lebih mudah diingat kata abang, soalnya aku sama abang sama-sama lahir di tanggal 16. Abang 16 maret, aku 16 juli. Tapi akhirnya kami menikah di tanggal 1 desember. Padahal 16 desember waktu itu hari ahad,jadi bisa dipakai. Tapi, lebih cepat kan lebih baik. Daripada mementingkan angka. Hehehe... Meskipun menikah di tanggal 1 desember, tapi tetep 16 kata abang. 1 desember 2012 = 1 12 12 = 1 1+2+1+2 = 1 6 = 16.. Haha rada maksa sih... :p

Saat aku hamil, hpl usg 21 januari, lahirannya kan bisa sebelum atau setelahnya. Aku ga mikir kalau pengen tanggal 16 januari. Yang penting sehat
dan selamat.

Saat itu aku sedang berusaha agar Umar tidak terlalu lama di dalam, karena BB yang sudah besar. Sering mengajak ngobrol, biar keluar di saat yang tepat. Setelah shalat, aku mengajaknya bicara. Mau lahiran kapan.. Aku sebut tanggal, dari tanggal 10 dst. Begitu kusebut tanggal 16, ia menendangku. Hehehe.. Tapi masih woles aja. Terus kubilang ke abang. Dan abang mencoba bertanya padanya. Sambil menempelkan pipi di perutku, abang bertanya, mau lahir kapan.. Saat abang bilang mau lahir tanggal 16, ia menendang pipi abang. Hehe... Bisa jadi memang akan di tanggal 16. Tapi kami ga jadi ngotot harus tanggal 16. Slow aja. Ternyata Umar memang lahir di tanggal 16 januari.

Padahal bukaan 3 sudah dari tanggal 13. Sampai tanggal 15 malam pun masih bukaan 3. Lahir 16 januari pagi.

Inilah yang kubilang takdir Allah yang membuat angka-angka itu memiliki makna. Aku sama abang ga berpikir kalo anak kami akan lahir di tanggal 16. Tapi Allah yang mengatur semuanya. Jadilah sekarang kami triple 16. Yang bingung kalo anak kedua nanti lahir bukan tanggal 16, berarti biar ada temen, harus punya anak lagi dong? #eh?

Haha... Becanda... Anak baru umur satu setengah bulan juga... Udah ngomongin anak kedua.. Hehe.. Sekarang fokus ke Umar dulu.. :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Kamis, 27 Februari 2014

Growth Spurt

Beberapa hari ini Umar cukup rewel, tidur siangnya sangat sedikit, atau bahkan tidak tidur siang. Di siang hari, tidur lima menit, ga lama bangun lagi. Nangis. Sering sekali menyusui, hampir sejam sekali atau 30 menit sekali. Baru minum susu, tak lama nangis dan minta mimi lagi. Jadwal tidur malem alhamdulillah ga terlalu berubah. Tapi tidur malemnya jadi lebih malem, baru tidur jam sepuluh atau lebih. Karena siang tidurnya kurang, otomatis ngaruh ke ritme aktivitasku. Susah ngapa-ngapain. Hehe.. Baru ditinggal bentar, udah minta mimik lagi.

Pas lagi kaya gini, jadi inget growth spurt atau percepatan pertumbuhan. Searchinglah di internet. Banyak baca, dari the urban mama, mommies daily, sama ayah bunda. Intinya sama. Growth spurt ini terjadi di masa pertumbuhan, bahkan sampai remaja.  Waktu growth spurt untuk tiap bayi beda-beda. Tapi ada beberapa waktu yang umum, saat 7-10 hari pasca lahir, 2minggu, 4-6minggu, 3bulan, 6bulan, 9bulan. Eh, tapi lebih jelasnya liat di referensi tadi aja. Lebih terasa pada bayi ASI. Karena pada bayi dengan ASI, ASI mudah dicerna, sehingga bayi mudah lapar. Sedangkan pada bayi dengan susu formula, lebih sulit dicerna, sehingga rasa kenyang lebih lama. Berasa sekali pada ibu dengan bayi ASI, karena katanya, jadi keteteran, susah ngapa-ngapain. Hahaha...aku banget itu. Harus pinter-pinternya manajemen waktu.

Ciri-cirinya sama banget kaya Umar. Hampir nonstop menyusui, jadwal tidur siang hancur... Tidur siang sedikit, mudah sekali bangun. Selalu ingin dekat sama ibunya buat mimik. Selalu mimik seakan selalu haus dan lapar. Rewel.

Yap, ternyata Umar sedang growth spurt.. Ini masuk usia 1,5 bulan alias 6minggu. Yah...termasuk dalam range waktu growth spurt kalo di referensi yang kubaca.

Okelah... Berarti ini adalah tahap yang wajar dan penting dalam pertumbuhan Umar. Jadi ya harus dihadapi... Dilewati dengan baik. Solusinya, ikuti keinginan bayi, katanya.

Semoga Allah beriku kesabaran untuk melewati ini. Dan menjadikanku ibu yang bijak. :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selasa, 25 Februari 2014

Tujuh Hari Pertama Ia Hadir

Be Strong!

Edisi lanjutan pasca melahirkan.
Setelah jam 7 pagi melahirkan, aku masih di ruang bersalin sampai pukul 9an. Masih ditemenin abang yang sedang menghubungi keluarga dan teman-teman kami. Karena memang ga nyangka kalau akan lahiran pagi itu, dan semuanya berjalan begitu cepat, jadi di rumah sakit cuma aku sama abang. Belum ada yang datang. Aku masih tepar. Jam 9an baru ke ruang perawatan. Karena bayi kami meminum cairan ketuban, jadi ga IMD, cuma sempet diletakkin di dada sebentar, setelah itu langsung dibawa deh. Aku juga belum melihatnya secara jelas. Setelah makan, aku bilang sama abang, mau liat anakku. Sambil berjalan bawa infusan, kami pergi ke ruang bayi. Masih ada selang di mulutnya untuk mengeluarkan cairan ketuban yang sempat terminum. Bayi kami harus puasa dulu selama 6 jam, untuk membersihkan lambungnya. Setelahnya, aku diambil darah untuk pemeriksaan, soalnya, Hb aku saat diperiksa 6 bulan kehamilan kemarin memang di bawah normal. Hehe.. Jalan masih tertatih-tatih, karena masih sakit jaitan, plus pusing. Alhasil banyak di tempat tidur. Abanng juga tepar itu mah… Ngantuk karena semaleman ga tidur. Serasa kami habis pulang dari medan perang. Wkwkkwk,,,

Siangnya, ada Nida yang datang bawa buah-buahan… Hehe… makasi ya nda…
Saat sore, ada perawat yang datang, dan bilang kalo cairan lambung anak kami sudah bagus, kalo ASI aku sudah keluar, bisa dipompa dan diberikan ke anak kami untuk mempercepat pemulihan. Hanya butuh sedikit, sekitar 5-7ml.  Segera abang beli pompa manual. Ketika dicoba untuk dipompa…Hiks…Ternyata belum keluar… Sedih bukan main. Apalagi ibuku bilang, kalo dulu ibu begitu lahiran langsung ASInya keluar. Terus kata ibu, salah aku sih ga suka makan sayur. Ha… makinlah down… Tapi abang tetap berusaha menyemangati.. Aku mencoba ke ruangan bayi untuk meminta menyusui secara langsung. Soalnya dari yang aku baca, ASI akan keluar bila dirangsang dengan isapan bayi. Beda sama pompa ASI. Tapi ternyata belum boleh, karena masih terpasang selang dan infus. Baiklah…

Sedih, stress, semuanya bercampur jadi satu. Langsung whatsappan sama Uni Nansi, sama Teh Nita. Curhat. Tapi tetep diyakinkan kalau ASIku akan ada. Ketika Maghrib, Bu Nina datang. Langsung nanyain, ASInya udah keluar atau belum. Kubilang belum. Dan Bu Nina langsung menyemangatiku, dan meyakinkanku, bahwa ASIku insyaallah ada. Ternyata setelah dicoba oleh Bu Nina, ada kok, kolostrumnya keluar. Aku aja yang ga tau tekniknya. Meskipun masih sedikit, tapi hal itu membuat optimis aku dan abang. Semalaman, kami mencoba memerah ASI, meskipun yang keluar hanya tetes demi tetes saja. Keesokan paginya, saat dr.Delle visite, lagi-lagi kami bilang, kalau ASInya belum keluar. Seperti biasa, dr.Delle dengan gaya khasnya mematahkan pesimis kami. Meyakinkan bahwa memang pada hari pertama setelah melahirkan ASI belum keluar. Hanya kolostrum saja. ASI baru keluar umumnya pada hari kedua atau ketiga. Waah,,,, Moodboster banget. Alhamdulillaah ya Allah… Allah telah menghadirkan orang-orang yang bisa menyemangatiku.  Hari itu aku bisa menyusui langsung ke bayiku. Hari itu aku sudah boleh pulang. Tapi bayi kami belum bisa pulang. Karena pemberian antibiotik minimal 3 hari.Jadi, baru bisa pulang Ahad, insyaallah. Saat mau pulang, diberi tahu kalau bayi kami pun kuning. Huaa… Sedih… Akhirnya harus difototerapi… Kami pulang tanpa membawa bayi kami. Fototerapi akan dilakukan 2x24 jam. Kalau sudah normal bilirubinnya, bisa pulang.

Keesokan harinya, meski jalan masih tertatih-tatih dituntun abang, kami pergi ke KUAI. Karena ada jadwal menyusui, jam 9.00, 12.00, 15.00, dan 18.00. Aku dan abang di KUAI dari pagi sampai Maghrib. Sambil di sela-sela jam menyusui, aku memompa ASI untuk cadangan saat malam nanti. Si abang udah jadi ayah ASi bangetlah… Hehe… Esoknya pun sama. Dari pagi ke rumah sakit. Tapi kali ini kami membawa ASIP yang sudah diperah di rumah. Jam 11, abang pergi ke kantor. Karena abang harus ikut bintal selama hampir seminggu di Lembang. Sedihlah… Abang pergi, aku udah mau nangis aja.. Saat memompa ASI, hasilnya tidak sebanyak sebelumnya. Haha… kayanya sih ga ada penggembira… Wkwkwk,,, Trust me, ASI sangat dipengaruhi kondisi psikis kita. Sekitar jam setengah 3, aku ditelfon kalau bayi kami sudah boleh pulang. Alhamdulillaah… Ngurus administrasi, trus dijelasin tentang perawatan tali pusar, dll. Nunggu ibu sama nanda yang jemput.

Pertama kalinya Umar di rumah…
Malamnya bangun setiap hampir satu jam sekali. Rewel di malam hari.  Mungkin masih adaptasi. Hari kedua pun masih rewel di malam hari. Namgisnya sampe kejer. Aku panik gitu, khawatir, dll… dan ujungnya nangis…  Kayanya syndrome baby bluesnya keluar deh… Suami ga ada… L

Hari ketiga, sore, jadwalnya Umar kontrol ke dokter anak. Begituperawat minta untuk test darah, udah feeling ga enak. Nunggu setengah jam buat dapet hasilnya. Saat dapat hasil dan liat kalao bilirubinnya 13, wah, ini mah harus fototerapi lagi. Dan ternyata benar. Umar harus masuk lagi. Setelah urus administrasi rawat inap, langsung ke ruangan bayi. Setelah itu aku menyusui di ruangan yang sudah ada. Udah campur aduk aja lagi perasaan. Kuputuskan untuk telepon abang ke nomor CP tentara yang dikasih abang. Sambil nangis-nangis aku bilang kalo Umar masuk lagi. Seperti biasa, abang menguatkanku lagi.  Dan keesokan harinya dan lusa, aku seperti kemarin-kemarin, ke KUAI untuk menyusui, dan memompa ASI di rumah. Bedanya, aku ke KUAI sendiri, tanpa abang. Naik angkot. Itu udah berasa sendiriii banget. Jaitan belum pulih, naik angkot sendiri ke rumah sakit, di RS sendirian dari pagi sampai malam, pulang ke rumah malem naik angkot. Sendirian. Tanpa suami. Anak juga di rumah sakit. Lagi. Baby bluesnya keluar deh…. Cuma Allah aja yang menguatkanku. Esoknya, yaitu hari Kamis, aku sekalian kontrol ke dr.Delle,kata dr.Delle, kemaren itu panggulku pas-pasan buat lingkar kepala dan berat badan Umar yang besar, Alhamdulillah aku sering jalan, jadi masih biasa normal. Dan setelah diperiksa jaitanku….Ternyata jaitanku kebuka dong sedikit…  Ya Rabb… Disuruh kompres pake kalium permanganate, seminggu lagi kontrol.
Ya Allah… Ini sih kayanya aku yang terlalu maceuh… Orang-orang mah habis lahiran the katanya istirahatnya lama, ga ngapa-ngapain untuk beberapa waktu, sampai pulih.. Aku? setelah pulang dari RS, harus balik ke RS dari pagi sampe malem, dengan jalan masih tertatih-tatih, pusing-pusing… Hehe… Kalo kubilang kea bang, tuntutan hidup begitu tinggi, kawan… J

Jum’atnya, jadwal abang pulang, katanya sih pagi dari Lembangnya. Alhamdulillah jam11an abang udah di KUAI. Senengnyaa,,, Hehe… Si abang udah dibotakin bak tentara gitu… Alhamdulillah jadi sampe malem ada yang nemenin… Maghribnya, Umar udah boleh pulang. Kami pun naik taksi ke rumah. Mungkin Umar masuk lagi ke RS, karena pengen dijemput sama abinya juga kali ya… Hehe… Pas pulang pertama kan abinya ga ada… 

Yah, Alhamdulillah… tujuh hari pertama Umar di dunia, Allah memberiku tarbiyah yang luar biasa. Untuk menempa diri biar kuat. Baru kuingat, aku kan pengen Umar jadi anak yang kuat, makanya dikasih nama Umar. Ternyata Allah lebih dahulu mengujiku, biar aku kuat. Yaiyalah… Anak yang kuat akan terlahir dari ibu yang kuat, kan? Baiklah… J

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-



Senin, 24 Februari 2014

Welcome to The World

Lanjut dari pemeriksaan tanggal 13 Januari 2014. Itu hari Senin. Sudah bukaan tiga. Keesokan harinya, pagi aku jalan pagi, semakin cepat,untuk merangsang kontraksi. Aku jalan cukup lama. Tapi, kontraksi belum intens. Masih sesekali. Ayah kopo sudah menyuruh kami untuk ke rumah sakit. Bahkan sejak tahu kemarin sudah bukaan 3, ayah bilang, ga usah pulang dari RS. Tapi  jarak dari bukaan satu ke bukaan berikutnya kalau di bawah bukaan 5 kan masih sulit diprediksi, jadi ya bisa cepet atau lambat. Aku dan abang  bingung, ke rs apa ga.. Habis kan kontraksinya juga belum kuat. Yaudah nunggu aja. Sambil terus ngajak ngobrol dede dalem rahim. Pas maghrib, abang ke masjid. Aku ke kamar mandi buat wudhu. Ternyata keluar darah. Wah..Yang kubaca,kalo keluar darah itu berarti tanda persalinan makin dekat. Langsung bilang ke ibu. Tak lama, hujan tuun cukup deras. Wah ini mah si abang ketahan di masjid kalau gini. Menenangkan diri sambil shalat Maghrib. Begitu abang pulang, aku bilang, kalau keluar darah. Abang langsung mengajakku ke KUAI. Tapi kubilang kalau mending ke bidan deket rumah dulu aja, buat periksa bukaan . Soalnya ujan juga…. 
Akhirnya ke bidan deket rumah. Ternyata masih bukaan 3 tebal. Yaudah, kami menunggu lagi di rumah. 

Rabu. 15 Januari 2014. Abang tadinya ga akan ke kantor. Khawatir aku udah maju bukaannya dan mules-mules. Tapi, kubilang untuk ke kantor aja, nanti kalo ada apa-apa aku hubungi abang. Akhirnya abang ke kantor, dan bilang akan pulang lebih awal. Pagi itu aku jalan cukup jauh. Lalu sempet jongkok berdiri beberapa kali. Sampai mules. Hehehe.. Sebenernya sudah dari bebeerapa waktu lalu aku jongkok berdiri. Ya.. buat induksi alami.  Ternyata abang pulang cepat hari itu. Karena disuruh atasannya pulang cepat. Soalnya tau, istrinya udah bukaan tiga. Abang bilang, besok juga gapapa abang ga masuk kantor. Kubilang ga usah. Tapi ternyata memang besok abang ga ke kantor, karena aku lahiran keesokan harinya.

Dari jam dua siang hari itu, aku sudah mulai merasakan mules yang cukup teratur. Meskipun memang belum teerlalu sering. Mulai jam empat, sudah mulai cukup sering. Tapi aku belum bilang ke abang. Begitu menjelang Maghrib, mules sudah mulai 10 menit sekali, meskipun belum terlalu kuat banget, tapi feeling aku bilang, ini sih udah lebih kuat dari sebelumnya. Udah berasa bakal lahiran. Bilang ke abang, dan saat itu juga abang bilang ke KUAI aja. Bertiga, sama ibu, naik taksi ke KUAI, sambil terus menghitung berapa kali kontraksi dalam hitungan menit. Sampai di KUAI, dicek oleh bidan jaga. Ternyata masih bukaan 3 ke 4. Hehe… Setelah konsul sama dr.Delle, akhirnya aku disuruh observasi dulu. Karena masih bukaan 3 ke 4, ibu pulang lagi, setelah dijemput ayah. Ayah kopo juga datang sama Nadia, setelah itu pulang lagi. Di klinik, aku jalan-jalan untuk mempercepat bukaan. Jam 10 malam dicek bukaan, sudah maju. Bukaan 4 ke 5. Aku sudah tidak jalan-jalan lagi, sudah istirahat di ruang obsrvasi. Setiap dua jam sekali, denyut jantung janin diperiksa. Sekitar jam 11, abang beli nasi goreng. Kami makanlah berdua. Hehe…  Setelah itu, aku mencoba untuk tidur. Kontraksi mulai sering datang. Beegitu jam 12 malam, wuiiih… kontraksi udah mulai lima menit sekali, dan cukup kuat. Semakin bertambah jamnya, kontraksi semakin kuat. Aku bolak-balik ke kamar mandi. Abang jadi ga bisa tidur juga, karena aku bolak balik ke kamar mandi, dan mulai sakit menahan kontraksi. Abang terus menguatkan aku. Begitu jam 3 pagi, diperiksa bukaan lagi oleh bidan. Tahukah?? Ternyata masih bukaan 4 ke 5. Aku hampir putus asa. Aku bilang sama abang, udah mules gini, tapi bukaan belum nambah juga, sambil menangis. Abang memintaku untuk bersabar dulu. Hiks… Begitu abang shalat subuh di mushala, aku diperiksa bukaan, karena mules sudah kuat sekali, ternyata bukaan 6. Aku langsung ganti baju, dan masuk ke ruang bersalin. Abang selesai shalat subuh, lalu segera ada disampingku.Aku terus memegangi tangan abang, sambil menahan sakit. Abang terus memanduku untuk tarik nafas panjang saat kontraksi datang. Biar aku ga kepengen ngeden. Aku diminta berbaring menyamping, sambil tetap memegangi tangan abang.  Dari bukaan 6, begitu cepat ke bukaan 8 dan ke bukaan lengkap. Ternyata, bayi kami agak lama untuk sampai ke dasar panggul. Sebab lingkar kepala yang besar, dan juga berat badan yang lumayan besar. Dan panggulku pas-pasan. Itu kata dr.Delle saat seminggu kontrol pasca melahirkan. Berkali-kali mengeden, agar kepala turun ke dasar panggul. Setiap kali ngeden, abang pasti jadi korban. Bagian kiri tubuh abang sudah habis aku cengkram kuat-kuat. Alu sempat susah bernafas, sehingga perlu dibantu selang oksigen. Karena aku sulit bernafas, maka detak jantung janin pun memburuk, makanya dibantu selang oksigen. Aku sudah hampir kehabisan tenaga. Nafas pun sudah hampir hilang timbul. Hehe.. Dramatis. Tapi abang tetap menyemangatiku, menguatkanku. Dan Alhamdulillah, pukul 06.50 WIB, anak kami lahir. Aku sudah lega sekali. Hingga saat dokter menjahitpun, sudah tidak berasa. Aku dan abang menangis. Alhamdulillah… Tapi, karena kelamaan di jalan lahir, ada cairan ketuban yang terminum oleh anak kami, sehingga harus diobservasi dan diberi antibiotik.

Ternyata anak kami memang  ingin lahir di tanggal 16. Sama kaya abi umminya. Hehehe… 16 Januari 2014. Berat badan 3,6 kg dan panjang 50 cm. Satu hal yang kucatat dari ruang persalinan adalah, aku bersyukur dikarunia suami yang begitu hebat. J

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-

-Bergeraklah, karena diam berarti kematian- 

My Pregnancy Journey : 9th Month

Bulan kesembilaan…..

Kontrol mulai seminggu sekali. Karena dr.Delle umroh, maka cuti selama dua minggu, kami mencari dokter sementara yang lain. Tadinya mau ke dr.Dina, di KUAI juga, tapi jadwalnya ga match… Akhirnya kami memutuskan ke dr.Anisa di RSAI. Minggu 36, berat badan bayi 2,8 kg. Alhamdulillah, tidak naik terlalu banyak. Hehe… Semuanya juga bagus. Begitu pekan depan kami ke dr. Anisa lagi, sekarang berat badan bayi sudah 3,024kg. Sekalian pemeriksaan dalam. Alhamdullillah, kata dr. Anisa, panggulnya bagus. Support untuk lahir normal, insyaallah.

Yang mengejutkan adalah saat minggu depannya, yaitu minggu ke 38, kami periksa lagi ke dr.Delle. Karena dokter sudah selesai cuti. Taksiran berat badan bayi sudah 3,7 kg. Haaa…. Udah shock ajalah… Makan biasa padahal.. Udah dikurangin juga, tapi kok seminggu naik 700 gram?? Tapi dr.Delle terlihat fine-fine saja. Ga langsung vonis sc kaya kebanyakan dokter lain. Beliau bilang ini kan cuma taksiran, bisa plus minus.  Saran beliau cuma satu. Jalannya dipersering dan diperlama lagi, biar induksi alami. Sehingga kontraksi akan muncul. Baiklah dok.. Kami berkejaran dengan berat badan bayi. Minggu berikutnya, kami periksa ke RSAI, karena hari Selasa, hari biasa kami kontrol di KUAI adalah tanggal merah. Senin tanggal 13 Januari 2014, kami periksa ke dr. Delle. Begitu USG, shock lagi kami. Taksiran berat badan bayi sekarang sudah 4,2 kg. Makin deg-degan aja kami. Tapi seperti biasa, dr.Delle tetap tenang aja… Setelah USG, aku cek panggul lagi, abang menunggu di dekat meja dokter. Dokter bilang akan dicek, dimana yang salah. Kenapa berat badan bayinya begitu tinggi, dan pertambahan berat selama seminggu begitu besar. Saat dicek panggul, aku shock lagi. Dokter bilang, semuanya bagus, dan sudah bukaan 3. Weee??? Bukaan 3?? Tapi mules pun aku ga ngerasain. Sambil deg-degan, aku menuju ke meja dokter dan bilang ke abang, sudah bukaan 3. Seperti aku, abang pun shock. Setelah itu rekam jantung bayi. Karena masih bagus, jadi bisa ditunggu. Dan kami pun pulang. Sambil ngabarin sana-sini. Aku belum ada kontraksi juga, jadi masih bisa pulang. Ini pertama kalinya kami kontrol naik ngkot ke RS. Soalnya abang udah ga berani bonceng aku pake motor.Bisi lahiran di jalan. Hehe...

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-

-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

My Pregnancy Journey : 8th Month

Udah lama ga nulis di blog lagi setelah lahiran tanggal 16 Januari kemarin. Padahal niat tahun ini minimal 365 tulisan. Hehe… Semoga bisa dikejar nanti. Dan tulisan inipun sudah sangat telat. Udah lahiran baru nulis cerita tentang pengalaman kehamilan di bulan kedelapan. Gapapalah.

Bulan kedelapan ini,  kontrol kehamilan masih 2 minggu sekali. Di bulan ke delapan ini, setiap kontrol kehamilan ada saja yang membuat tegang. Hehe. Di minggu ke 32, saat itu dr. Delle cukup lama melakukan USG, dan setelahnya pun mengamati hasil USG lebih seksama dari biasanya.  Beliau bilang, berat bayinya masih cukup,, tapi di bawah rata-rata. Selain itu, lingkar kepala bayi kami diatas rata-rata cukup tinggi. Tentu saja kami deg-degan. Apakah ada yang salah atau tidak. Apakah lingkar kepala yang besar ini akan menyulitkan saat persalinan atau tidak. Dokter bilang, lihat perkembangan nanti saja. Banyak berdoa peer kami. Minggu ke 34, saat kami periksa kembali. Kali ini ternyata berat badan bayi sudah tinggi. Sudah 2,77 kg. Wuih… Padahal aku makan biasa aja… Malah sehari kadang cuma dua kali makan. Wkwkwk… Dokter bilang, karena berat badan  sudah tinggi,, jadi kalau usia kehamilan 37 atau 38 minggu sudah bisa lahir, lebih baik. Karena lebih lama di dalam, berat badan bayi akan semakin besar. Dan aku sudah disarankan untuk jalan kaki setiap hari untuk merangsang kontraksi. Aku dan abang shock. Hehe… Berarti kalau miinggu 37 atau 38 itu sekitar akhir Desember atau awal Januari. Sedangkan kami belum mempersiapkan apapun. Perlengkapan bayi, baju-baju bayi, dll. Langsung panik. Tapi tetep ketawa-ketawa aja. Peer dari kontrol kali ini adalah mulai mempersiapkan semuanya.

Bulan kedelapan ini adalah bulan yang benar-benar menguji mental bagiku. Beban psikologis yang kuterima cukup besar. Masalah yang datang pun cukup banyak. Tapi, masalah yang ada sedikit tertutupi oleh kesibukan mempersiapkan kelahiran bayi kami. Sudah mulai juga mencari tempat bersalin yang fix untuk lahiran. Sebenarnya sih dari semula memang sudah memutuskan untuk di Klinik Utama Al-Islam di Cicadas. Karena dr. Delle praktek disana dan lebih dekat dari rumah, kalau dibandingkan dengan ke RSAI Soekarno-Hatta.  Dan waktu terasa berlalu begitu cepat….

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-

-Bergeraklah, karena diam berrati kematian-

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..