Rabu, 26 Juni 2013

Baikkah Membanding-bandingkan?

Kita semua tahu bahwa tak ada orang yang suka bila dibanding-bandingkan dengan orang lain. Apalagi kalau kita adalah objek yang buruknya. Hehe.. Misal nih, ada orangtua yang membanding-bandingkan anak sulungnya dengan anak bungsunya. Entah itu masalah akademis, karir, atau yang lain. Percayalah, kedua anak tersebut tidak akan merasa nyaman. Atau, kemungkinan lain, anak yang dimata orangtua bagus, akan merasa lebih hebat, disadari atau tidak. Dan anak yang kurang dimata orangtua, akan merasa minder. Apakah ini pembentukan karakter yang baik? Atau membandingkan anak kandung dengan keponakan. Atau seorang guru yang membanding-bandingkan murid yang satu dengan yang lain. Mungkin ada yang mengatakan, membanding-bandingkan itu perlu, biar jadi motivasi. Bisa jadi. Meskipun kita harus melakukan pembandingan antara satu orang dengan orang lain, maka lakukanlah dengan bahasa yang baik, tidak menjatuhkan salah satu pihak, dan ada motivasi yang diberikan di dalamnya. Sulit? Jika jawabannya ya, maka cobalah untuk memposisikan diri pada pihak yang dibanding-bandingkan. Nyamankah? Bagaimana agar nyaman, namun tujuan memotivasi tercapai? Belajarlah. Mulai dari diri sendiri. Dan dari bagaimana Allah membuat perumpamaan yang begitu lembut dalam Al-Quran.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Minggu, 23 Juni 2013

Kau Istimewa

Seberapa penting sih bagi akhwat untuk tidak pulang malam? Hehehe.. Pertanyaan yang akhir-akhir ini cukup banyak dilontarkan. Aku akan berbicara pengalamanku dulu aja. Saat kuliah, saat aku menjadi peserta OSKM ITB 2005, hari pertama aku sudah pulang malem, karena ngerjain tugas di kosan teman. Sekelompok. Pulangnya bareng teman. Itu aku pulang jam 8 malam. Saat osjur, Alhamdulillah, karena aku di farmasi yang notabene banyak akhwatnya, jadilah setiap osjur ga pernah mulai malem. Paling lama juga sampai jam 7 malam. Kalau ada yang butuh waktu malam, biasanya menginap, dan itu lebih aman. Saat aku menjadi panitia OSKM, kalau ada kumpul malam, ya ga ikut.. Hehe.. Bagiku, untuk hal yang tidak terlalu urgent untuk aktivitas malam, ya lebih baik dihindari. Pernah aku pulang malam banget dari kampus, jam 12 malam. Eits, tunggu dulu, itu bukan karena acara diklat, osjur, rapat atau hearing kaya gitu.. Karena habis ujian lisan Fitokimia. Emang dari dulu, dosen itu selalu mengadakan ujian fitokimia hingga larut malam, bahkan ada yang sampai subuh. Hehe.. Ga capek ya? Pulangnya tentu saja aku dijemput ayah. Mana ada angkot jam 12 malem? Wkwkwk... Kampus udah sepi...horor pula.. Dramatis gini. :)

Namun, sekarang tampaknya pulang malam bagi akhwat adalah hal biasa. Bahkan ada juga rapat-rapat organisasi dakwah yang melibatkan akhwat baru dimulai ba'da maghrib. Kalau baru.mulai.Maghrib, kapan beresnya? Atau ada juga yang karena ia terlibat dalam aktivitas kemahasiswaan yang tidak semua paham tentang urgensi akhwat tidak pulang malam, akhirnya melakukan pembenaran pulang malam atas nama dakwah. Apakah benar seperti itu? Aku memang bukan ahlinya. Tapi bagiku, tak ada dakwah ketika ia melanggar syariat, tidak memperhatikan aspek-aspek keamanan, dll. Akhwat berbeda dengan ikhwan. Bukan berarti Islam mengekang akhwat. Justru ia begitu melindungi kehormatan akhwat. Menjaganya agar tetap selalu terjaga kehormatannya. Siapa yang bisa menjamin keamanan saat pulang malam? Aku aja serem kalau baca berita akhir- akhir ini. Banyak kejahatan yang menimpa akhwat. Ada yang siang atau malam hari. Tapi, malam hari akan lebih riskan, bukan?

Tampaknya akan lebih bijak jika kita lebih memperhatikan lagi aktivitas kita. Seberapa pentingkah aktivitas malam hari tersebut. Besar manfaat ataukah mudharatnya?

Karena wanita begitu istimewa dalam Islam.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Jumat, 21 Juni 2013

Arti Shaf Dalam Shalat

Ada yang menarik saat aku sedang shalat berjamaah di masjid Salman. Seperti biasa, saat akan dimulai shalat berjama'ah, akan ada yang mengatur shaf shalat agar rapat dan tertib. Dan dari semua masjid yang pernah kukunjungi, Salman adalah masjid yang cukup ketat dalam pengaturan.shaf ini. Subhanallah...

Shalat berjamaah pun dimulai. Namun, saat shalat berjamaah sedang berlangsung, ada yang menggangguku. Di shaf kedua dari belakang, ada tiga orang akhwat yang ternyata shalat munfarid. Saat imam belum ruku, mereka sudah ruku. Dan mereka pun selesai terlebih.dahulu. Shaf pun menjadi terpecah. Paling kiri berjamaah, selang 3 orang yang munfarid, lalu sebelah kanan berjamaah dengan imam. Subhanallah... Dari pengalamanku saat itu, aku jadi teringat. Betapa memang shalat berjamaah adalah cerminan dari kita sebagai ummat muslim dalam beramal jama'i. Betapa pentingnya peran seorang qiyadah dalam pergerakan dakwah. Dan yang tak kalah pentingnya adalah jundi yang taat pada qiyadah. Kebayang kan kalau semua jundi ingin memaksakan keinginan pribadinya. Tak ada yang menuruti qiyadah. Betapa chaosnya. Saat shalat berjamaah seperti yang kualami tadi, mungkin tak terlalu terlihat fatal. Hanya tidak ada kesatuan gerakan. Tapi bayangkan bila itu terjadi di luar shalat. Akan semakin lemah saja ummat ini. Qiyadah pun bukannya tak pernah salah, dalam shalat, ketika imam salah, makmum yang membenarkan. Begitulah, antara qiyadah dan jundiyah, harus ada saling mengingatkan dan menasehati dalam kesabaran dan kebenaran. Agar tak termasuk ke dalam golongan yang merugi.

Wallahu a'lam.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Senin, 17 Juni 2013

We Start From Here, MARS!

Pekan kemarin, aku kembali memulai interaksiku dengan MARS. Yah.. emang baru sama chiya dan fathki aja sih.. Tapi... Bagiku, ini seperti berjalan menyusuri kenangan indah masa lalu. Menggali kembali memori yang pernah kami lewati dulu. Ocha emang lagi KKN, jadi belum bisa ikutan.

Percaya atau tidak, awalnya nervous banget.. Haha... berasa ketemu siapaa gitu ya... Tapi, bener kok... Bingung mau memulai dari mana. But, show must go on. Ga lama kemudian, kita sudah ber-haha hihi lagi... Ups! Tilawah maksudnya...

Waktu Chi nyinggung masalah buku ayam, aku jadi inget lagi deh. Dulu kita memang punya buku mentoring. Yang diisi setiap pekannya. Ada data-data diri kami masing-masing. Materi mentoring, tilawah dari ayat berapa hingga berapa, dll. Buku itu harus dibawa setiap pekannya.

Alhamdulillah, pertemuan kami lancar. Setelah pertemuan itu, Fathki harus ke perpus pusat, sedang aku dan dan Chiya makan bersama. Seperti biasa, kalau aku sama Chiya bertemu, udah deh, omongannya udah kemana aja. Apalagi Chi, yang suka random sana-sini, bereksperimen dengan teori-teorinya, bertanya ini itu, dll. Ada yang sempat kucatat saat itu. Pernyataan Chi yang masuk akal, tapi aku mikir, kok kepikiran sih... Hehe... Ceritanya sekarang lagi random bahas tentang jodoh dan nikah. Chiya bilang, ikhwan itu curang, bisa milih sesukanya. Enak banget. Pasti rata-rata lihat fisik. Itu kesimpulannya.Terus aku bilang, ikhwan itu berhak memilih, akhwat berhak menolak. Lalu, muncullah pernyataannya Chiya.

"Tapi teh, gimana akhwat bisa nolak, kalau dipilih aja gak pernah?? Aku?"

Hahaha... Dasar Chiya... Ada-ada aja... Kepikiran kaya gitu ya...
Yah, jodoh mah udah ada jalannya sendiri, Chi... :)

Banyak sih sebenernya pernyataan Chi saat kami bersama.. Ada cerita saat dulu mereka masih SMP... Tapi yang paling kuingat ya itu...

Semoga ini awal kami membangun kembali cita dan cinta kami... Seperti dulu... Saat mereka masih SMP, dan kini sudah kuliah... Insya Allah..

Love you... :*

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-



Rabu, 12 Juni 2013

I Promise

Lagi dan lagi...
Saat husnuzhan tak lagi bermakna
Saat su'uzhan menjadi yang terdepan
Saat hati tak mampu jernih dalam memandang

Hm, mungkin ini waktunya untuk kembali terdiam...
Terasing dalam diam..
Entah mengapa, pilihan ini selalu menjadi yang terbaik...

Mengapa aku diam?
Karena itu yang terbaik
Mengapa memilih diam?
Aku hanya menghindar dari konflik
Haruskah dengan diam?
Lukaku belum cukup kering untuk menerima luka yang baru

Aku berjanji.
Meski sulit, namun husnuzhan harus menjadi akhlak diri. Pada siapapun.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Curiosity

Suatu hari saat aku sedang berada di masjid Salman. Aku sedang tilawah. Sekitar 1 m sebelah kiriku, kulihat ada seorang ibu-ibu yang juga sedang tilawah juga. Kira-kira 20 menit kemudian,ibu tersebut menghampiriku dengan tergopoh-gopoh, dan bertanya padaku.

"Maaf ya de, mau tanya, kalau ini arti waqafnya apa ya? lupa, harus berhenti atau ga boleh berhenti?"
"Ga boleh berhenti, Bu. Jadi ibu lanjutin terus aja."
"Oh...gitu ya, saya lupa lagi... makasi ya..."
"Sama-sama, Bu."

Subhanallah ya... Rasa ingin tahunya ibu itu cukup besar. Hingga bertanya pada orang yang belum ia kenal pun, ia lakukan. Kebayang, mungkin kalau aku jadi ibu itu, aku mah tunggu aja samapai liat buku tajwid, atau nanya sama orang yang kukenal.. Hhehe...

Jadi belajar sesuatu dari ibu tersebut. Daripada membaca Al-Quran dengan tajwid yang salah, lebih baik bertanya. 


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diamm berarti kematian-



Senin, 10 Juni 2013

Must be Happy

Dari semua artikel yang kubaca, entah itu dari buku atau internet, semua bilang kalau ibu hamil itu harus bahagia, jangan stres. Karena akan berpengaruh pada kondisi janinya. Saat stres, tubuh akan melepaskan hormon yang kurang baik bagi janin. Lagipula, janin punya hak untuk bahagia,kan?

Untuk tidak stres itu susah susah gampang. Masalahnya, aku dari dulu punya kebiasaan. Kalau aku stres, aku akan sariawan. Kadang aku ga tahu kalau aku stres, tiba-tiba udah sariawan penuh di bibir dan lidah. Ckckck...

Mungkin aku memang gampang stres kali ya... Meskipun terlihat ceria-ceria aja di luar, tapi sebenarnya aku sering memendam perasaan sendiri. Apalagi kalau lingkungan sedang tidak berkompromi.. Hehe...

Semenjak hamil, aku sadar betul, bahwa emosiku tak hanya berefek pada diri sendiri. Semakin ingin membuat diri sendiri bahagia, karena ada hak yang harus ditunaikan. Jika bukan aku, maka siapa lagi yang memikirkan hak kebahagiaan janin ini? Hhe..ada sih... Bapaknya... Wkwkwk... Tapi kan yang berinteraksi langsung adalah ibunya... Kalau dikatakan jangan stres, ntar malah stres karena berusaha untuk tidak stres. Jadi lebih baik diganti dengan kalimat membuat diri lebih bahagia. :)

Terkadang lingkungan sangat mempengaruhi bahagia atau tidaknya seseorang. Namun, kita tidak bisa bergantung pada orang lain. Kitalah yang bertanggungjawab atas kebahagiaan diri kita. Tak semua sesuai dengan keinginan kita. Santai aja... Face it with smile.. You have your own happiness.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 05 Juni 2013

Tiga Azzam

Kehamilanku kini sudah memasuki minggu 6 ke 7. Alhamdulillah, masih bisa beraktivitas seperti biasa. Ingin menuliskan apa yang aku rasakan pada kehamilan ini. Dari bulan ke bulan. Insyaallah. Tapi kali ini aku akan membahas yang lain dulu.

Saat aku tahu kalau aku hamil, setidaknya ada tiga azzam yang kutanamkan dalam diri.

Yang pertama adalah tidak mengeluh. Sebenarnya sudah lama kalau azzam yang ini, namun kini lebih kuat. Kehamilan bukanlah suatu hal yang mudah, ada tantangan yang harus dihadapi oleh ibu hamil. Misal, mual dan muntah. Namun, mengeluh hanya akan membuatnya semakin berat. Terlebih menjauhkan kita dari syukur. Padahal, kehamilan adalah anugerah, dan janin kita pun memiliki hak untuk berkembang dalam lingkungan yang baik.

Kedua, aku berazzam untuk menjadi pribadi yang memiliki citra diri positif. Live positively. Kita tak pernah bisa mendapatkan semua sesuai dengan keinginan kita. Ada hal yang tidak menyenangkan. Namanya juga hidup. Life is never flat. Hehe. Jalani saja. Lebih baik, energinya kita pakai untuk banyak belajar. Belajar apapun. Karena seorang ibu itu wajib menjadi cerdas. Lebih dekat dengan Alquran, baca tafsir, datang ke majlis ilmu, dll. Sekalian tadhrib amal.. Hehe...

Dan yang ketiga, aku berazzam untuk menjadi orangtua yang shalih, sebelum menuntut anak menjadi.shalih. Karena keteladanan adalah bahasa yang efektif.

Bismillah... Semoga Allah kuatkan...:)

-Bersegeralah,karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah,karena diam berarti kematian-







Selasa, 04 Juni 2013

Belajar Bijak Itu Baik... :)

Adikku pernah bilang, "Kenapa ya, orang tuh kadang suka usil banget, pas belum ada calon, ditanya, mana calonnya, pas udah ada calon, tapi belum nikah, ditanya, kapan nikahnya, pas udah nikah, terus belum punya anak, ditanya terus, udah hamil atau belum, terus, kalo udah punya anak satu, ditanya lagi, kapan mau punya anak lagi? Gak ada habis-habisnya..."

Jadi inget, pernah ada iklan layanan masyarakat tentang Keluarga Berencana yang hampir sama dengan apa yang adikku bilang. Atau pada teman yang belum lulus kuliahnya setelah sekian lama, dan selalu kita tanya, kapan lulusnya? Membuatku jadi berpikir kembali. Dulu, aku juga suka gitu. Ke kakak kelas yang belum menikah, selalu kutanya, kapan nikahnya. Terus-menerus, setiap aku bertemu. Parah. Hehehe... Tapi, aku sudah lama bertaubat kok...  Saat aku kuliah apoteker dulu. Mulai saat itu, aku berazzam, bahwa aku tidak akan bertanya-tanya hal yang seperti itu lagi. Memang, mungkin ada orang yang berdalih bahwa itu adalah sebagai bentuk perhatian kita pada orang lain, tapi ya kalau ditanyakan setiap saat, setiap hari, jatuhnya bukan perhatian... Yang ada malah makin memojokkan orang yang ditanya. Toh, hal-hal yang ditanyakan tadi tak lepas dari kehendak Allah juga, bukan? Bagaimana jika ada seseorang yang baru dipertemukan dengan jodohnya saat berusia lanjut, misal umur 60 tahun, apakah setiap hari sebelum ia berumur 60 tahun,  ia harus kita berikan pertanyaan yang sama? Kapan menikahnya? Yang ada bukan perhatian, namun mungkin saja malah menambah luka pada seseorang tersebut. Siapa yang tidak mau dipertemukan dengan jodohnya segera, atau menikah, memiliki keturunan, dll? Tapi, bukankah Allah tetap memiliki kuasa atas kehidupan kita? Mengapa tak kita do'akan saja mereka, ketimbang bertanya yang justru malah menjatuhkan mental mereka. Mendo'akan akan memberikan kekuatan untuk mereka, bukan? Begitu lebih bijak... Sesekali, mungkin kita bisa bertanya, tapi untuk tujuan yang solutif, misal, kalo belum lulus kuliah, mungkin teman kita sedang ada masalah, dan kita bisa membantunya. Kalau ada teman yang belum ada jodohnya, mungkin kita bisa membantu mencarikan pasangan untuknya. Itu lebih solutif. Dibanding dengan bertanya setiap waktu. Jika belum bisa mencarikan solusi, maka bantulah dengan do'a...

Ah, memang tak mudah ya menjaga lisan dari hal-hal yang kurang baik... Adakalanya kita masih mengikuti ego kita untuk bertanya, dan terus bertanya... Hingga kita melupakan sesuatu... Bahwa, mungkin saja, orang yang kita tanya, akan terluka karena pertanyaan kita...

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Senin, 03 Juni 2013

Pantaskah Aku Marah

Menahan amarah itu memang tak mudah. Apalagi pada saat hati kita dipenuhi oleh rasa kesal yang begitu tinggi. Saat dimana kita merasa pantas untuk memarahi semua orang. Melampiaskan kekecewaan yang ada dalam hati.

Menahan amarah itu memang tak mudah. Makanya balasannya pun adalah surga yang sangat indah. Disaat kita mampu untuk marah, namun kita justru menahannya. Bukankah itu butuh perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa keras? 

Saat kita marah, atau berfikir untuk marah, coba introspeksi diri kita, apakah kemarahan kita memang berdasar atau tidak. Jikapun ia memang berdasar, adakah cara lain yang lebih ma'ruf untuk menyelesaikan masalah itu? Percayalah, bagiku, kemarahan tak lebih dari sekedar mengukir luka pada hati yang mungkin tak sewajarnya tersakiti.


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..