Selasa, 08 Maret 2011

Hamasatul Jannah, Energi Para Pemburu Surga

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi dan disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali-Imran 133)

Begitu banyak motivasi untuk memperoleh surga yang dapat kita temukan di lembaran-lembaran surat cinta-Nya pada kita. Al-Qur’anul karim. Atau, tengoklah ke sirah Rasulullah SAW dan para shahabat yang telah menggoreskan tinta emas karya-karya mereka di hadapan Allah.

Mereka begitu menginginkan untuk bertemu dengan Rabb-nya dalam jannah-Nya. Tarbiyah yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para shahabat mampu menghadirkan surga dalam keseharian mereka. Surga begitu jelas dan nyata di hadapan mereka dan mereka tahu betul apa yang mereka inginkan dalam hidup ini. Sehingga, terkadang kita akan tercengang ketika mengikuti lembaran perjalanan hidup mereka. Tercengang dengan amalan-amalan mereka yang tak biasa kita lakukan saat ini. Tercengang dengan amalan-amalan luar biasa yang mereka berikan pada Din ini. Ternyata, hamasatul jannah memberikan energi luar biasa untuk melahirkan amalan-amalan yang luar biasa pula. Kejelasan akan surga dalam benak akan memberikan gambaran nyata akan apa yang harus kita lakukan dan bagaimana kita menghadapi setiap peristiwa yang datang pada kita.

Surga seakan-akan begitu dekat dengan Rasulullah dan para shahabatnya. Ketika dihadapkan dengan perang, saat musuh yang akan dihadapi begitu banyak dengan kekuatan besar, mereka tidak melihat kesengsaraan yang akan dihadapi. Yang mereka lihat adalah ajang untuk mempersembahkan diri untuk kejayaan Islam. Mereka mencium wangi surga dalam peperangan.

Saat Bilal disiksa dengan begitu kejamnya demi mempertahankan ke-Islamannya, ia tidak melihat kematian sia-sia yang akan menjemputnya. Yang ia lihat adalah keindahan Islam yang sesungguhnya.
Apa yang kita rasakan saat melihat Hamzah bin Abdul Muthalib di akhir hidupnya? Apakah ia menderita? Wafat dalam kondisi yang menyayat hati? Mungkin itu yang kita rasakan. Tetapi, bisa jadi, itulah yang diinginkan oleh Hamzah. Begitulah caranya mencintai Rabb-nya. Dengan tadhiyah yang luar biasa.

Yah. Hamasatul Jannah akan memberikan energi besar bagi para pemburu surga untuk melakukan hal-hal yang mungkin tidak masuk akal bagi kita. Bagaimana seorang Abu Bakar r.a mampu memberikan seluruh hartnya untuk jalan dakwah? Apakah ia tidak khawatir akan kehidupan keluarganya kelak? Seorang ‘Ali yang berani menggantikan Rasulullah saat beliau hijrah. Apakah ia tidak khawatir akan keselamatan dirinya?

Itulah kekuatan iman. Kekuatan iman yang lahir dari aqidah yang mantap. Kepribadian yang kokoh karena ditempa tarbiyah.

Merekalah pemburu surga yang sesungguhnya. Merekalah pecinta Rabb-nya. Merekalah pecinta sejati.
Bagaimana dengan kita saat ini? Ketika kita berkata kita mencintai Allah dan Rasul-Nya, apakah itu sudah berarti kita mengamalkannya dalam setiap sisi kehidupan kita? Ketika kita berkata bahwa kita adalah pemburu surga, apakah amalan-amalan menuju surga telah kita lakukan untuk menghiasi keseharian kita?

Bisa jadi, kita tak mampu menghadirkan amalan luar biasa karena kita belum memperoleh gambaran jelas mengenai apa yang kita inginkan. Saat menginginkan surga, apakah kita sudah memperoleh ilmu tentang surga? Ada yang pernah mengatakan ini padaku, “Kalau memang benar-benar menginginkan surga, udah tau bagaimana surga itu? Udah pernah baca buku yang membahas tentang surga?”. Setelah itu, yang kuingat aku segera mencari buku Tamasya ke Surga-nya Ibnu Qayyim.

Yah. Bagaimana kita mampu memberikan pengorbanan dan amalan luar biasa ketika kita tidak mengetahui persis apa yang kita inginkan.

Hadirkan surga dalam benak, maka akan engkau dapati amalan-amalanmu menujunya. Namun, jangan lupa untuk menghadirkan pula neraka untuk membuatmu takut melakukan kemaksiatan-kemaksiatan pada Rabbmu. Hadirkan kekaguman pada Sang Khaliq, maka akan kau dapati dirimu mulai mencintai-Nya dan melakukan amalan-amalan yang dicintai-Nya. Insya Allah.

Seuntai Kata, Penyemangat Diri

"Dalam desah nafas, ada setitik harap
Dalam detak jantung, ada sekerat semangat
Dalam tetes keringat, ada azzam kuat
Dalam langkah, ada cita tinggi
Dalam lelah, ada sebentuk idealisme
Dalam luka, ada sebait cinta
Dalam jenuh fikir, ada sebuah senyum
Dalam keraguan, ada keyakinan akan janji-Nya
Dalam ketidakberdayaan, ada seuntai do’a
Dalam kesendirian, ada keramaian hakiki"


Setiap orang memiliki alasan untuk bertahan
Setiap orang memiliki alasan untuk melangkah
Dan setiap orang memiliki alasan dalam mengambil keputusan
Apakah diri ini harus bergantung pada pilihan dari lingkungan?
Ah.. retoris..

Aku tidak menafikan jika pengaruh lingkungan itu ada..
Tetapi, aku lebih memilih untuk menjadi pribadi yang merdeka
Pribadi yang merdeka dengan hanya bergantung padaNya
Salah satu caraku untuk bertahan adalah dengan mencoba melihat setiap kebaikan dalam setiap keterbatasan
Aku tak akan bertahan tanpa melihat sebuah titik cahaya dalam kegelapan
Aku tak akan bertahan tanpa ada keyakinan
Bukankah janji-Nya tak pernah salah?


Teruntuk adik-adikku tercinta..
Perjalanan dakwah yang panjang akan mendewasakan setiap kita yang terlibat di dalamnya, insya Allah..
Cobalah untuk melihat kebaikan dari setiap peristiwa..
Bukan untuk berlari dari kenyataan, hanya untuk mencoba berhusnuzhan padaNya..
Bahkan setiap benturan, akan menjadi tarbiyah yang menguatkan setiap pribadi kita
Karena bentuk tarbiyahNya pada setiap hamba akan berbeda

Dimanapun, kapanpun, diri ini akan senantiasa mengucap do’a untuk kalian…
Mencoba saling memahami, dan saling menguatkan..
Dunia bernama “Perjuangan” itu kurasa sangat luas
Tapi, niat yang berujung padaNyalah yang mempersatukan kita
Allah-lah yang menganugrahkan keistiqomahan itu
Insya Allah


"Takkan luntur azzam diri
Takkan surut semangat jiwa
Takkan hilang cinta ini
Takkan pudar ukhuwah ini
Insya Allah."

Kakak Terbaikku...!!!

12 tahun yang lalu, aku merupakan salah satu siswa baru di SMPN 2 Bandung. Saat itu aku memilih akan mengikuti ekskul apa. Ekskul yang kupilih saat itu adalah basket. Entah apa alasanku saat itu. Setelah kakak-kakak dari ekskul basket keluar dari kelasku, ada pendaftaran sebuah ekskul rohis yang saat itu disebut KRM Miftahul Huda. Karena temanku memilih ekskul KRM, akhirnya aku berfikir ulang untuk masuk ekskul basket. Kubatalkan pendaftaran ekskul basket, kemudian kupilih ekskul KRM sebagai ekskul satu-satunya yang kuikuti saat itu. Jujur, saat itu, alasanku memilih ekskul KRM adalah karena temanku memilih KRM. Hehe.. ikut-ikutan..

Semua informasi yang berkaitan dengan KRM kuperoleh dari temanku itu. Mulai dari kapan acara perdananya, kapan waktu-waktunya, dan lain-lain. Saat itu, kami masih sekolah di hari Sabtu. Seingatku, mentoring pertama kami diadakan pada hari Sabtu. Hari pertama mentoring, aku datang ke masjid telat. Aku lupa mengapa telat. Yang jelas, saat itu aku sudah melihat lingkaran cahaya itu di masjid. Sambil terengah-engah, segera kulepas sepatuku, lalu bergegas menuju lingkaran cahaya itu. Saat aku bingung dengan apa yang harus kulakukan, seseorang dengan senyumnya yang hingga saat ini masih kuingat menyapaku, mengucapkan salam, dan memperkenalkan namanya. Ratna. Yap! Itu namanya. Setelah itu, aku dikenalkan dengan anggota baru kelas 1 yang lain dan masuklah aku ke dalam lingkaran cahaya itu.

Waktu terus berjalan. Kegiatanku di KRM Miftahul Huda pun terus berlanjut. Walaupun saat itu aku bukan tergolong anggota yang sangat aktif, tetapi untuk mentoring, aku selalu berusaha untuk hadir. Acara-acara KRM yang menginap, aku hampir tidak mengikutinya. Kanan atau kajian kepemimpinan yang berisi kaderisasi untuk pemilihan pengurus baru pun tak kuikuti. Teman-temanku yang lain mengikutinya. Setelah Kanan, teman-temanku bercerita tentang apa yang mereka dapat ketika acara tersebut. Mereka mencari urutan ayat-ayat Al-Qur’an yang diletakkan acak, ada yang di bawah tangga atau di tempat lain. Seru! Itu yang terlintas saat itu. Aku sedikit menyesal tidak mengikutinya. Entah berapa kegiatan KRM yang kulewatkan saat itu. Hehe.

Ketika kami sudah memasuki kelas 3, kami tetap mentoring, walaupun sudah tidak diperbolehkan untuk ikut ekskul saat itu. Yang kutahu, Sabtu siang, aku dan teman-temanku selalu menuju masjid dan menunggu datangnya sosok itu. Sosok yang takkan kulupakan hingga saat ini. Salah satu sosok yang mengantarkanku untuk melihat Islam lebih dalam, setelah ibuku. Sosok yang istimewa dengan caranya sendiri. Aku masih ingat dulu, sosok yang memakai ransel berwarna coklat itu tak pernah mengeluh dengan tingkah kami yang mungkin sangat tidak bisa diatur. Sosok itu memberikan solusi dengan cerita-cerita kami tentang masalah yang tak habis-habisnya.

She is my sister. T’Ratna Indriasari. Ketika kakakku itu baru bekerja, aku ingat sekali, aku dan teman-temanku langsung memintanya untuk mentraktir kami. Hehe. Tetehku ini cukup tegas (apa galak ya? Hehe). Tapi ia sangat-sangat ramah. Setiap selesai mentoring, aku dan tetehku ini pulang bareng.

Banyak hal yang bisa kuingat dari kebersamaanku dengannya. Aku tahu, tak akan cukup aku menuliskannya disini. Tapi, aku telah menuliskannya dan menyimpannya baik-baik dalam memoriku. Bagiku, ia adalah kakak terbaik yang pernah Allah berikan padaku. Alhamdulillah ya Rabb.. Aku begitu menyayanginya.

Ia mengenalkanku pada dakwah. Ia mengenalkanku pada dakwah sekolah. Ia mengenalkanku pada tarbiyah. Ia mengenalkanku pada amanah. Ia mengenalkanku pada tadhiyah. Ia mengenalkanku pada jiddiyah. Dan ia mengenalkanku pada mujahadah.

Begitu banyak.. hingga saat ini aku masih berada dalam dakwah sekolah, ia pun masih selalu ada. Ia ada dengan saran-sarannya, ia ada dengan solusi-solusinya, ia ada dengan ketulusan hatinya, ia ada… Aku tahu, walaupun pertemuan kami tak seintensif seperti 12 tahun lalu… Walaupun lingkaran cahaya 12 tahun lalu itu telah menyebar ke arah yang berbeda-beda saat ini.. Aku tahu, ia akan ada.. Karena dakwah adalah kafilah panjang yang mempersatukan.. Karena niat dan azzam yang mengumpulkan.. Karena do’alah yang mempertautkan hati.. Insya Allah.

Teruntuk kakakku tercinta, Ratna Indriasari..
Kakak terbaikku..
Jazakillah khair untuk segalanya..
Untuk semua yang teteh berikan untukku..
Semoga Allah selalu memberkahi setiap langkahmu
Memberikan cinta-Nya untukmu..
Semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam keridhoanNya, di Jannah-Nya kelak.. insyaAllah..
Uhibbukifillah..


~ditulis dengan cinta yang insya Allah karena Allah~
`Special untuk kakakku yang menjadi salah satu inspirasiku'
‘Barakallah’

Berhenti Sejenak...

Sesungguhnya, Rijalul Qaul tidaklah sama dengan Rijalul Amal, dan Rijalul Amal tidaklah sama dengan Rijalul Jihad, dan Rijalul Jihad tidaklah sama dengan Rijalul Ikhlas.. Oleh karena itu, jadilah sosok-sosok yang menyentuh semua dimensinya, yaitu dimensi perkataan (qaul), perbuatan (amal), kesungguhan (jihad), dan tulus karena Allah (ikhlas)

Berhenti Sejenak Untuk Mengisi Perbekalan..

Waktu memang tak pernah berhenti berjalan, meskipun manusia di dalamnya tak bergerak sekalipun. Waktu demikian berharga, sehingga orang2 yang tak memanfaatkannya adalah orang yang merugi. Maka, beruntunglah orang2 yang memanfaatkan waktunya untuk mengisi perbekalannya dengan berbagai amalan dan karya2 besarnya. Maka jadilah kita melihat orang2 yang mampu bergerak dari amalan yang satu ke amalan yang lain.

Namun, terkadang, kita terjebak dalam sebuah rutinitas. terkadang, hak-hak diri kita justru terlalaikan karena sibuknya kita. Ibadah yang tak lagi terjaga, tilawah yang semakin berkurang, dan malam-malam yang terlalui tanpa sempat sujud merendahkan diri padaNya.

Kita seperti orang yang sedang melakukan perjalanan yang jauh. Ketika kita menginginkan untuk terus berjalan, maka selama itulah, kita pun memiliki kebutuhan untuk sesekali berhenti sejenak.. beristirahat untuk memenuhi hak2 tubuh kita..Berhenti sejenak untuk mengisi kekuatan kita, memaknai kembali apa yang kita lakukan, lalu bergerak lagi dengan kekuatan yang sudah terisi penuh.

Adakalanya hati terasa hampa, karena shalat yang tidak lagi khusyu, hanya sekedar rutinitas, atau bahkan cenderung terburu-buru. Jika itu yang kita rasakan, maka, berhentilah sejenak. Bertanyalah pada diri kita, sejauh mana kita sudah tawazun terhadap diri kita. Benahilah hak2 diri dan orang lain yang sempat terabaikan.

Berhenti sejenak bukan lantas mematahkan langkah dan menghambat tujuan. Justru kita harus berhenti sejenak untuk mengisi kekuatan kita dan melihat apa yang telah kita lakukan. Karena kita adalah manusia, bukan batu karang yang tetap kokoh meski diterjang ombak. Karena kita manusia , bukan gunung tinggi yang tetap kokoh meski diterpa angin kencang.

Kenikmatan Yang Terlupa

Jika selama ini kita terbiasa berada di tengah-tengah apa yang biasa orang sebut dengan "Zona Nyaman", maka akan sangat berbeda ketika kadaan memaksa kita untuk keluar dari zona tersebut. Zona nyaman disini yang dimaksud adalah kondisi dimana ibadah kita menjadi sesuatu yang bisa dengan mulus dilakukan, nyaris tanpa hambatan, kecuali rasa malas dari dalam diri. Ketika kita bisa melaksanakan shalat di awal waktu, tilawah yang 1 juz, dan semua orang di sekitar kita berbicara tentang indahnya dakwah, maka itulah kondisi yang seharusnya benar2 disyukuri. Tetapi sebaliknya, banyak diantara kita yang lupa mensyukurinya. Bahkan mungkin tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah suatu kenikmatan yang tak terganti dengan kenikmatan dunia sekalipun. Baru menyadari ketika kenyamanan beribadah telah hilang dari kehidupan kita yang kita jalani. Termasuk aku. ketika sekolah, kuliah, ibadah menjadi sesuatu yang sanagt mudah dilakukan.Tetapi, ketika masuk ke dunia kerja, semua berbeda. Terkadang untuk melaksanakan shalat lima waktu di awal waktu, butuh perjuangan keras. Saat itulah, baru kusadari. Ada kenikmatan yang hilang. Kenikmatan beribadah dengan nyaman.
Namun, disatu sisi, aku melihat itu sebagai sebuah tarbiyah dari Allah. Agar aku bisa lebih berjuang demi tetap menghambakan diri padaNya dngan baik. Disitulah saat kita diuji, apakah yang lebih penting bagi kita. Jika godaan dunia yang begitu sedikit bisa melenakan kita untuk berpaling dariNya, maka apa yang akan kita banggakan di hadapanNya saat kita bertemu denganNya kelak..
Karena kita tak selalu berada dalam kondisi yang baik untuk beribadah. Seperti saudara Palestina kita yang nyaris slalu berada dalam kondisi antara hidup dan mati ketika beribadah. tapi, tak satu langkah pun mereka berbalik.

Subhanallah... semoga kita lebih peduli dengan kenikmatan yang mungkin sering tak kita sadari. Karena sesuatu akan sangat terasa brharga ketika kita tak lagi memilikinya.

Kamis, 03 Maret 2011

Apa Kabar?

Apa kabar IMAN?
Semoga sedang menapak TINGGI!
Apa kabar CINTA?
Semoga sedang tak MENDUA!
Apa kabar HATI?
Semoga sedang tak MATI!

Sepertinya pertanyaan-pertanyaan ini memang harus selalu kutujukan pada diriku setiap harinya. Agar aku tahu, bagaimana kondisiku setiap harinya. Kondisi keimananku, cintaku, dan hatiku.

Iman…
Sesuatu yang kadang naik, kadang turun.
Kitalah yang bertanggung jawab atas kondisi keimanan itu. Kitalah yang harus berusaha menjadikan kondisi keimanan kita dalam kondisi yang selalu tinggi. Ketika keimanan turun, kitalah juga yang harus membangkitkannya kembali.

Cinta..
Sesuatu yang abstrak, yang bahkan hingga saat ini aku masih sulit untuk mendefinisikannya.
Tapi, satu hal yang kutahu dengan jelas, bahwa tak pantas kita menduakan cinta pada Rabb dengan cinta yang lain selainNya…

Hati…
Seperti iman yang terkadang naik atau turun. Hati adalah sesuatu yang begitu mudah untuk berubah. Hati sangat menentukan bagaimana kondisi pemiliknya.. Jika hati baik, maka baiklah orang itu, tapi, jika hati itu mati, seperti itulah kondisi pemiliknya.

Maka.. jadikanlah iman kita meninggi setiap waktunya, cinta dan hati kita terpaut hanya padaNya..
Yaa Muqallibal Quluub.. Tsabbit Qalbii ‘ala diinik…

Palestina Dalam Inginku

Aku teringat dialog antara aku dan teman sebangkuku ketika aku masih duduk di kelas 2 SMAN 3 Bandung dulu.
Temanku bertanya, “Rin, seandainya kita bisa memilih mau dilahirkan di negara apa dan berkebangsaan apa, kamu mau jadi orang apa?”. Saat itu, aku tidak perlu waktu yang banyak untuk memikirkannya. Aku sudah tahu jawabanku.
Dengan mantap kujawab, “Palestina”. Aku tidak ingat benar, ketika itu temanku bilang dia ingin dilahirkan berkebangsaan apa, seeingatku sih Inggris, apa Jerman gitu… Pokonya kalo gak salah negara Eropa.

Kini aku kembali mengingat percakapan itu. Yah, takdirku memang bukan untuk dilahirkan menjadi seorang berkewarganegaraan Palestina. Takdirku adalah disini.
Tahu, kenapa jawabanku adalah Palestina?
Yah.. aku rindu! Aku merindukan tanah itu! Tanah yang menyediakan medan jihad di depan mata! Semua orang berebut menjemput kesyahidannya! di tanah itu…!!!
Tapi, mungkin aku belum mencapai kapasitas untuk itu. Makanya Allah menentukanku untuk tidak dilahirkan disana. Tapi, aku yakin, ini adalah skenario terbaik yang Allah berikan untukku.
Walaupun aku tidak dilahirkan menjadi seorang Palestina, tetapi, akan kubuktikan, bahwa aku akan berusaha untuk berjihad dalam medah jihad yang Allah berikan untukku, disini, dan akan kujemput kesyahidan itu, di Bumi Allah ini!!


Teruntuk saudara2ku di Palestina : Aku mungkin tidak bisa banyak berbuat, yang bisa kulakukan hanya berdo’a. Tetapi, Al-Haq pastilah menemukan jalannya.  Al-Haq akan menemukan kemenangan yang dijanji. Hingga saat itu tiba, yakinlah bahwa Allah bersama

Ibuku, Ibu Hebat

Ibuku adalah ibu yang hebat. Kalimat ini kupikir adalah kalimat yang ada dalam benak setiap anak. Begitu juga denganku. Ibuku adalah ibu yang hebat. Ibuku adalah ibu yang begitu sabar menghadapi kenakalan-kenakalanku. Bahkan hingga aku berumur 21 tahun seperti sekarang pun, aku mungkin belum bisa menjadi anak yang baik. Masih sering membuat ibuku kesal. Alis kiriku yang terbelah adalah salah satu bukti kenakalanku waktu kecil. Ketika aku kelas 6 SD, aku diajak oleh temanku untuk bermain sepeda. Saat itu ibuku sudah melarangku untuk pergi. Tapi aku memang bandel, akhirnya, tahu apa yang kudapat? Yah salah satu bukti kenakalanku lagi. Aku jatuh dari sepeda dan hampir tertabrak motor. Seluruh tubuhku luka, bajuku sobek. Ada luka yang masih membekas hingga saat ini.

Ibuku adalah ibu yang hebat.
Bagaimana tidak hebat, ibuku bisa membuat aku yang saat itu masih berumur 5 tahun dan adikku yang masih berumur 4 tahun bisa menjalankan shaum Ramadhan penuh untuk pertama kalinya. Dari Subuh hingga Maghrib, dan selama 1 bulan!
Ketika itu aku yang masih kecil, disuruh untuk berbuka oleh saudaraku, tapi, tahu apa jawabanku saat itu? Aku jawab’ “ Gak mau, ntar masuk Neraka. Ntar Allah marah.”
Yang hebat itu adalah ibuku. Yang bisa mendidikku dan adikku agar takut pada Allah, bukan pada yang lain. Yang menanamkan keimanan padaku sejak aku kecil. Setiap hari, sebelum tidur, ibuku selalu bercerita tentang Surga dan Neraka, tentang kisah nabi-nabi. Inilah yang berkesan dalam diriku. Dan terinternalisasi sejak aku kecil. Aku bangga memiliki ibu seperti ibuku. Yang mengenalkanku pada Allah.
Aku ingin membuat ibuku selalu tersenyum. Aku ingin menjadi anak yang hebat baginya, sama seperti ibu telah menjadi ibu yang hebat bagiku. Walaupun aku tahu, aku takkan pernah bisa membalas apa yang telah ibu berikan padaku. Aku ingin mewujudkan semua keinginannya.
Ya Allah, cintailah ibuku, dan lindungilah ia selalu.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (Luqman : 14)

Bahasa Ukhuwah, bahasa Keindahan

Jika ukhuwah hanyalah hubungan pertemanan, maka ia tak lebih dari simbiosis mutualisme..
Jika ukhuwah sakedar pemanis lisan belaka, maka ia tak ubahnya cerita khayalan yang melenakan diri..
Kerena ukhuwah islamiyah tak hanya sekedar hubungan pertemanan atau pemanis lisan belaka, maka menjadilah ia sesuatu yang luar biasa! Energi dahsyat yang dimiliki mukmin…
Menjadikannya tegar melangkah, walaupun rintangan tak pernah berhenti menghampirinya.
Menjadikannya pribadi yang mampu kembali tegak walaupun berkali-kali terjatuh.
Karena ukhuwah islamiyah adalah bahasa AMAL, bukan bahasa TEORI!
Ia dibangun berlandaskan AQIDAH dan KEIMANAN.
Ukhuwah berorientasi MEMBERI, bukan MENERIMA.
Ukhuwah adalah adalah masalah HATI, maka kembalikanlah ia pada Sang PEMILIK HATI.

Ketika kau berukhuwah, maka wajahmu akan bersinar,dosamu akan diampuni, berada dalam mahabbatullah, merasakan manisnya iman, berada dalam jannah-Nya, dan mendapat naungan serta syafaat dari Rabbmu.. Bukankah itu indah??
Jadi..tunggu apalagi? Karena ukhuwah adalah bahasa amal, maka segeralah menjadikannya bahasa sehari-harimu…
Seperti apakah bahasa ukhuwah itu?

· Katakan rasa cintamu pada saudaramu..
· Berjabat tangan ketika bertemu dan berpisah.
· Tunjukkan wajah ceriamu di hadapan saudaramu.
· Ucapkanlah selamat jika saudaramu mendapatkan prestasi/kebahagiaan.
· Penuhi haknya.
· Jangan kau timpakan kesulitan pada saudaramu.
· Saling membantu dan meringankan beban.
· Saling bertausiyah.
· Sebutlah nama yang disukai oleh saudaramu.
· Tutupi aib saudaramu.
· Saling memaafkan.
· Jangan lupa menyebutnya dalam doa-doa panjangmu.

Bahasa ukhuwah adalah bahasa yang indah. Teramat indah. Butuh pribadi dengan hati dan akhlak yang indah untuk menyampaikannya. Semoga kita termasuk orang-orang itu. Yang bersaudara dan saling mencintai karena Allah. Semoga Allah kekalkan ukhuwah ini, hingga Ia berkenan mempertemukan kita kembali di jannah-Nya. Amin.

“Ya Allah,sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadaMu, bertemu untuk taat kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru di jalanMu, dan berjanji setia untuk membela syariatMu,maka kuatkanlah ikatan pertaliannya. Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahayaMu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepadaMu,hidupkanlah dengan ma’rifatMu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin.”

Kado Istimewa Untuk Sang Mujahid

Adalah salah satu judul buku yang ditulis oleh Dr. Abdullah ‘Azzam. Dalam buku ini, kita diajak untuk melihat berbagai keutamaan yang telah Allah sediakan untuk sang mujahid, baik yang disebutkan dalam sekian banyak ayat dalam Al-Qur’an, atau dari hadits2 Rasulullah SAW. Keutamaan-keutamaan yang benar-benar akan menjadi kado istimewa bagi seorang mujahid. Kado istimewa dari Rabb mereka. Membaca buku ini seakan-akan membawaku berkelana mengarungi dunia bernamakan “JIHAD”. Dunia yang ternyata begitu indah dengan segala keutamaannya, yang menggoda setiap jiwa yang beriman untuk memasukinya lalu hidup dalam dunia itu, hingga ruh dipisahkan dari jasadnya. Kehidupan yang membuatku begitu iri untuk dapat menjadi salah satu penghuninya. Menjadi seorang mujahid adalah cita-citaku, dan menjemput kesyahidan adalah harapan terbesarku. Walaupun, terkadang aku sendiri meragukan kualitas diri ini untuk memperoleh predikat mulia itu. Predikat yang dulu juga begitu diidam-idamkan oleh para sahabat Rasul, dan mereka sangat bersegera untuk menjemputnya.

“Sesungguhnya ruh-ruh para syuhada itu ada dalam perut burung hijau. Baginya ada lentera-lentera yang tergantung di arsy. Mereka bebas menikmati surga sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera itu. Kemudian Rabb mereka memperlihatkan diri kepada mereka dengan jelas, lalu bertanya : “Apakah kalian menginginkan sesuatu?”. Mereka menjawab : “Apalagi yang kami inginkan sedangkan kami bisa menikmati surga sekehendak kami?”. Rabb mereka bertanya seperti itu sebanyak tiga kali. Maka tatkala mereka merasa bahwasanya mereka harus meminta sesuatu, mereka berkata: “Wahai Rabb kami! Kami ingin ruh kami dikembalikan ke jasad-jasad kami sehingga kami dapat berperang di jalan-Mu sekali lagi.” Maka tatkala Dia melihat bahwasannya mereka tidak mempunyai keinginan lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim)

Lihatlah… Betapa syuhada yang sudah merasakan kenikmatan surgapun menginginkan ruhnya dikembalikan ke dalam jasadnya agar dapat berperang kembali. Maka, tak ada alasan bagi diri ini untuk tidak menginginkan jihad dan kesyahidan, bukan?

“Rabbi… Kuatkan diri ini untuk dapat memperbaiki kualitas diri. Hingga Kau izinkan diri ini meraih cinta-Mu melalui keutamaan yang Kau sediakan dalam indahnya kematian melalui kesyahidan…. “

Ada Apa Dengan Dakwah Sekolah

Udah kuliah, masih aja aja di SMP”.
“Mau sampe kapan di sekolah, Rin?”

 
Pertanyaan-pertanyaan yang sering menghampiriku.. Walaupun dalam redaksi yang berbeda.
Pertanyaan-pertanyaan yang kadang kujawab dengan penjelasan panjang lebar, atau terkadang hanya kujawab dengan senyuman.

Ah.. Andai saja orang tahu, bahwa cintaku begitu besar untuk dakwah ini, terutama di dakwah sekolah.. DS SMP.. Cita-citaku tinggi, mimpiku besar..
Kenapa???
Aku sangat bersyukur, karena Allah mengenalkan indahnya Islam padaku..
Tahukah, kapan salah satunya?
Ketika aku duduk di bangku SMP kelas 1..
Mengikuti sebuah ekstrakurikuler bernama KRM..
Aku pertama kali mengenal apa itu mentoring..

Tahukah kapan?
Ketika aku duduk di bangku SMP kelas 1…
Aku merasakan indahnya memiliki kakak-kakak yang selalu sabar, dan ada di sampingku…
Tahukah kapan hal itu bermula?
Ketika aku duduk di bangku SMP kelas 1..
Maka, bagaimana cinta itu bisa tidak hadir, jika saat aku SMP adalah salah satu saat-saat yang paling berkesan dalam hidupku hingga kini..
Aku ingin merasakannya kembali!!
Aku ingin turut melihat langkah-langkah Ar-ruhul Jadid Fii Jasadil Ummah itu..
Meneriakkan kata-kata seruan..
Melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an..
Bersama berfastabiqul khairat..
Langkah-langkah yang sedang menapaki bagian dari perjalanan panjang perjuangannya..
Aku masih ingin menjadi bagian di dalamnya..
Ini adalah salah satu bentuk syukurku.

Tetapi, aku pun memahami, bahwa dakwah ini syumul
Dakwah sekolah adalah salah satu bagian dari luasnya cakupan dakwah Ilallah
Ini adalah lahan dakwah yang sedang kugarap
Jadi, ada apa dengan dakwah sekolah? =D

Jiwa Perindu

Terkadang, jiwa ini letih
Terlalu letih, bahkan…
Hingga tanpa disadari, ia pergi untuk mencari apa sebenarnya sumber kekuatannya…
Sumber kekuatan yang membuatnya tetap tegak, di saat yang lain runtuh…
Tetap terang, di kala gelap melanda…
Saat pencarian itu, ada ragu melanda…
Apakah aku harus terus bertahan, atau menyerah pada keadaan?
Sebentar… Bukan! Tampaknya bukan keadaan, tetapi apa itu yang disebut dengan cobaan!
Cobaan yang mau tak mau akan kudapati sebagai konsekuensi atas keimananku…
Cobaan yang dapat berarti banyak hal.
Ia bisa berupa saringan, yang hanya mu’min yang mampu lolos,
Atau sarana tarbiyah Allah untuk mu’min,
Atau dapat juga bertujuan meningkatkan kedudukan di sisi Allah…
Ini adalah tahapan-tahapan yang harus kulalui
Untuk sampai pada puncak keimanan dan ketaqwaan
Untuk sampai pada akhir yang baik pada kehidupanku.
Aku tahu, jika aku menyerah pada tahap ini, tak mungkin aku beranjak ke tahap berikutnya!
Mana mungkin aku dapat berlari, jika aku menyerah untuk belajar berjalan?
Apakah mungkin, aku dapat berjalan, jika aku menyerah untuk belajar berdiri?
Dan mungkinkah, aku dapat berdiri, jika aku menyerah untuk mencoba terus merangkak?
Walaupun sakit, jatuh, bangun, dan terjatuh lagi!
Terjatuh untuk kemudian bangun lagi.
Melalui tahapanku berikutnya.
Karena aku tak mau berhenti disini!
Hanya ada dua pilihan.
Menyerah dengan status keimanan seadanya, atau melalui semua ini untuk mencapai predikat istimewa di hadapan Sang Khaliq…
Ah.. Ternyata jiwa ini masih memiliki kerinduan itu…
Kerinduan untuk menjadi kekasihNya…
Kerinduan untuk terus meningkatkan kedudukannya dimata Rabbnya..
Kerinduan untuk bertemu denganNya dalam keadaan terbaik….
Kerinduan yang menjadi salah satu sumber kekuatannya.
Maka saksikanlah!
Kini, jiwa itu telah kembali mengisi raganya.
Raga yang sempat memiliki kekosongan akan jiwanya.
Tapi, satu hal yang pasti…
Kini raga dan jiwa itu telah menjelma menjadi pasangan yang lebih tangguh!
Siap menghadapi tahapan berikutnya!!!

“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” ( Al-Baqarah:214)

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..