Selasa, 14 Januari 2014

Terpaksa Jahat

Terkadang, kita tidak sadar, bahwa diri kita menjadi penyebab larinya seseorang dari kebaikan. Ha? Kok bisa?

Pernah dengar, ada seseorang yang awalnya baik, tetapi karena keadaan, ia menjadi jahat. Seseorang yang tadinya baik, menjadi jahat karena sekelilingnya membuatnya seperti itu. Ada seorang yang baik. Sebut saja A. Ia adalah orang baik. Orang-orang disekitarnya menuntut banyak hal padanya. Ia harus seperti ini, seperti itu. Ia harus mengikuti standar sekelilingnya. Jika tidak, maka pelabelan buruk pun sudah hadir padanya. A lalu.berusaha agar sesuai dengan lingkungannya. Namun, lingkungannya tak adil. Mereka menuntut A berubah sesuai kehendak mereka saja. Sementara lingkungannya tidak mau berubah atau introspeksi diri. Hanya A yang dituntut untuk berubah. Apakah A bisa bertahan? Busa saja. Asal ia kuat. Namun, kadang yang terjadi adalah, A sudah lelah mengikuti semuanya. Lelah untuk berubah, sementara orang lain tidak. Lelah karena ketidakadilan. Dan akhirnya, ia pun menjadi apatis. Tidak peduli apa yang orang bilang. Karena ia pikir, toh melakukan kebenaran pun adalah kesalahan dimata lingkungannya. Satu orang baik pun berkurang. Dan kita, secara sadar atau tidak, telah menjerumuskan seseorang agar jauh dari kebaikan. Pada ujungnya, kita sebagai lingkungan A, akan berkata,"Tuh, kan, emang dia ga sebaik itu, kok..."

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Senin, 13 Januari 2014

Keep Struggle

Kurasa, aku takkan sekuat itu
Membayangkannya saja sudah membuatku hampir mundur
Dan memilih jalan lain
Seperti biasa, aku lebih memilih sakit secara fisik, daripada sakit secara mental
Ah, jika seperti ini terus, aku bisa menyerah

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Jumat, 10 Januari 2014

My Pregnancy Journey :7th Month

Oktober-November 2013

Di bulan ke 7 ini, kami pindah tempat cek rutin. Tetep sam dr. Delle, tapi jadinya di Klinik Utama Al-Islam awibitung. Soalnya, itungan jaraknya kalau dari rumah kesini lebih dekat dibandingkan dengan jarak dari rumah ke RSAI Soekarno Hatta. Karena udah sreg sama dokternya, meski harus ngantri lama, ya dijalanin aja... Terus, pengennya emang lahiran sama dokter ini juga. Makanya nyari tempat yang lebih dekat dari rumah. Kalau lahirannya mau di Awibitung, berarti kita harus survei tempat sekalian dari sekarang. Jadwal dokter di hari Selasa sama Kamis. Selasa abang ga ada jadwal ngajar, jadi kami pilih Selasa aja untuk kontrol rutinnya.

Masuk bulan ke-7, frekuensi kontrol rutin menjadi dua minggu sekali. Jadilah agenda menngantri kami di dsog adalah sebulan dua kali. Wkwkwkwk... Kalau di Awibitung, kami mendapat printout hasil USGnya.
Pemeriksaan pertama di awibitung. Disini antriannya memang tidak sebanyak di RSAI. Terus, dokternya lebih detail menjelaskan, kayanya sih karena ga diburu-buru sama antrian pasien seperti di RSAI. Overall, kami sih oke-oke aja buat kontrol dan lahiran disini,insyaAllah. Udah sempet nanya-nanya juga tentang biaya persalinan disini.

Gerakan dede udah semakin terasa. Karena organ-organ tubuhnya sudah semakin berkembang. Jadi ya udah bisa kerasa seperti tendangan, tinjuan.dll. Nah, di usia 7 bulan ini kami mendapat berkah. USG 4D gratis. Hehehe... Dalam rangka HUT RSHS. Mumpung ada gratisan, yaudah kami kesana deh. Alhamdulillah, masih dapet USG 4D gratis. Emang rizkinya. Saat USG 4D, posisi dede masih melintang ternyata. Tapi kan masih bisa berputar-putar. Masih 7 bulan ini, insyaAllah.

Bulan ke-7 kehamilan.
Merasa bahwa bulan ke-7 dan 8 nanti adalah bulan dimana mental benar-benar diuji luar biasa sama Allah. Psikologis juga dipaksa untuk bisa dimanage dengan baik. Masalah sepertinya tidak berhenti datang untuk menguji (agak lebay, tapi percayalah, itu yang terjadi... Hehe...). Lagi-lagi,, hanya berharap, bahwa apa yang kualami saat inii adalah bagian dari tarbiyah Allah dalam menyiapkan hambaNya untuk mengemban amanah baru, yang pasti tidak lebih mudah kedepannya. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi.


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Bekal Abang

Ini adalah cerita tentang bagaimana aku kemarin melakukan kekonyolan saat menyiapkan bekal buat si abang. Sebenernya sih yang kusiapkan cuma buat omelet aja, pake sosin sama cabe rawit  biar pedes... Wkwkwkwk... Saat aku sedang menggoreng omeletnya, aku sambi sama nyiapin nasinya ke dalam kotak bekal si abang. Cuma, karena aku nyiapin nasinya kelamaan, akhirnya...oh akhirnya... Bagian bawah omeletnya bisa diduga... Gosong... haha... Parah... emang ga banyaksih... Tapi tetep aja pait pastinya... si abang mah terima-terima aja, sambil tetep senyum.. Tapi kan jadi kasian... Hadeh... Harusnya emang ga disambi gitu tadi... Buat omelet kan cepet matengnya... Hiks... Yasudahlah... Nasi sudah menjadi bubur... Eh. omelet sudah menjadi gosong (sedikit...:p)... Pasrah... Kubilang sama abang, kalo pait, buang aja yang bagian gosongnya... Hehe... Dan ternyata, siangnya, dimakan juga sama abang. Abang bilang enak. Beuh... Gini nih... Apa yang ga enak buat abang... :D

Jadi, dari peristiwa kemarin itu, jadilah iseng pas terhubung ke internet, aku search tentang inspirasi bekal makanan... Wuih... Bagus bagus.... Ada yang buat anak, atau suami...

Gambar di bawah ini diambil dari http://notesofika.wordpress.com/2010/07/30/bekal-makan-siang-buat-kuliahkerja/... bisa diliat disini... Bagus-bagus deh bekalnya... :) Jadi pengen...





Bikin ngiler, kan... Aku aja pengen... :p

Dari dulu, bercita-cita pengen buatin bekal buat abang menu yang lengkap gitu... Atau macam bento.. Tapi belum kesampean... haha... Cita-cita yang aneh... Tapi, meskipun aneh, tetap akan diperjuangkan... Wkwkwkwk... Insya Allah...:)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 08 Januari 2014

Penjual Jagung

Dari sekitar dua-tiga minggu yang lalu, setiap malam ada penjual jagung yang lewat depan rumahku. Kira-kira lewat depan rumah sekitar pukul 20.00 WIB. Dari suaranya, kutebak bahwa ia adalah seorang anak yang beranjak remaja. Pernah, suatu hari, ia lewat depan rumah dan meneriakkan dagangannya...

"Jagung...jagung...."

Gitu katanya... Di tengah ia meneriakkan dagangannya, suaranya nyaris hilang, lalu tak lama hujan turun cukup deras.
Hiks... dramatis... Langsung sedih....

Hari ini, ia lewat depan rumah lebih awal. Jam lima sore... Penasaran dengan pedagang jagung ini, pergilah keluar rumah....
Ternyata, yang menjualnya adalah seorang ibu yang sedang menggendong anaknya yang masih kecil.....
Hiks... Jadi sedih...

Ternyata selama ini salah mengira karena suaranya... Kukira remaja, tetapi ternyata seorang ibu....

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Senin, 06 Januari 2014

My Pregnancy Journey : 6th Month

Berusaha menyelesaikan tulisan bulan demi bulan selama kehamilan... Hehe... Berasa dikejar deadline gini.... Salah sendiri, bukannya setiap bulan ditulisin, eh ini malah dirapel... Baiklah....

September-Oktober 2013

Bulan keenam... seharusnya kan di bulan ini masih kontrol satu bulan sekali, tetapi di bulan ini kami kontrol dua minggu sekali jadinya.

Kontrol pertama di bulan ini, aku suntik TT yang kedua kali. Jadi sudah lengkap deh suntik TTnya. Trus, di bulan ini juga aku cek darah dan urin. Jadilah, setelah periksa ke dokter, lalu kami ke laboratorium untuk cek darah dan urin. Dua kali disuntik... Tapi ga sakit juga sih, alhamdulillah... woles wee... :P
Hasilnya nanti kami ambil saja saat kontrol bulan depan. Tadinya gitu rencananya... Tapi ternyata rencana berubah.

Di bulan Oktober, sepupuku yang di Jakarta akan menikah. Kami sekeluarga akan pergi untuk menghadiri walimahannya. Tiga bulan berturut-turut, pergi ke luar kota. Dari Demak, Lampung, dan kini Jakarta, yang paling dekat. Acara walimahannya tanggal 12 Oktober. Nah, selama 2 minggu sebelum berangkat ke Jakarta, aku sering pusing, terus mual-mual juga, dan sempat muntah beberapa kali. Padahal kan ini trimester dua, harusnya udah ga mual muntah lagi...

Sebelum pergi ke Jakarta, abang memintaku untuk kontrol aja dulu ke dokter, jadi kalau dokter saranin harus istirahat, kita ga akan pergi ke Jakarta. Yah, untuk memastikan aja. Akhirnya, pergi lagi deh kontrol di luar rencana. Hari Jum'at. Sebelumnya kami mengambil hasil cek darah dua minggu lalu. Sekilas kulihat, yang berada di bawah normal adalah HB-ku. Periksa ke dokter, alhamdulillah semua baik-baik saja, mungkin pusing atau mual itu karena kecapean dan terlalu banyak pikiran. Iya juga sih, emang rada-rada stress bulan ini teh... Setelah tahu kalau semua baik-baik saja, malamnya kami tetap pergi ke Jakarta. Naik travel. Sampe di Jakarta hampir jam 12 malam. Tidur larut malam, dan esoknya bangun pagi banget, karena harus siap-siap ke gedung pernikahan. Seharian di tempat pernikahan, sore hari ke tempat saudara di Cijantung, sampai malem, lalu balik lagi ke tempat kami menginap yang jaraknya lumayan jauh. Tapi alhamdulillah dianterin si mas. Hehe... Lelah? Iyalah, pasti... Tapi, seperti azzam di awal, aku tidak akan mengeluh. Jalani saja, alhamdulillah kami kuat.

Di bulan ini, sudah mulai kerasa gerakan dede... Mulai agak keras. Abang juga sudah bisa merasakannya. Kalau naik motor dan aku sedang dibonceng abang, dede bergerak, abang merasakan gerakannya. Awalnya sih aku mikir, masa iya sampe kerasa gitu. Tapi ternyata memang terasa kata abang.

Mulai diajak bicara dedenya... Pernah suatu hari, aku sedang ada di Salman. Sedang shalat Maghrib, sambil menunggu abang menjemput. Setelah shalat, aku membuka hape. Ternyata hapeku lowbat... Saat itu dede menendang beberapa kali, cukup keras, dan ini baru pertama kalinya seperti ini. Saat itu, aku melihat ke arah jama'ah ikhwan...Dan ternyata si abang baru masuk masjid Salman. Wkwkwkwk... Baiklah... Aku keluar masjid...:P

Menikmati setiap harinya...Yang meskipun mungkin tidak mudah, tapi harus dihadapi...:)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Ukuran Sukses

Ukuran kesuksesan saat ini memang lebih mengedepankan pada materi yang didapat. Orangtua akan bangga saat anaknya diterima di perusahan besar dengan gaji tinggi, atau bekerja sebagai PNS yang notabene kata orang-orang jadi PNS itu enak. Dapet pensiunan, kesehatan ditanggung, dll. Orangtua akan menuntut anaknya untuk tetap bekerja dan mendapatkan materi, dengan alasan sekolah sudah tinggi, masa tidak bekerja? Terjebak dalam ukuran kesuksesan yang mainstream saat ini. Sukses itu berarti kerjaan bagus, gaji tinggi, banyak uang, dst. Lalu, kemana kesuksesan yang lain akan mendapat tempat? Seperti berhasil mendidik anak-anak yang shalih, membangun kedekatan anak dengan orangtua yang lebih sehat, anak-anak yang dekat dengan Alquran.. Apakah semua itu tidak termasuk kesuksesan? Oh, mungkin itu bukan sukses, saat belum menghasilkan materi. Itu bukan sukses, saat melihat anak perempuan mereka yang sudah mendapat ijazah dari perguruan tinggi, lalu memutuskan untuk bekerja di rumah. Malu, saat anak mereka memutuskan untuk memulai bisnis dari awal. Sebab, kata mereka, bisnis itu tidak menentu. Padahal, karakter orang yang berbisnis, tentu akan berbeda dengan karyawan. Dan bagi kebanyakan orangtua saat ini, anak yang bekerja sebagai karyawan di perusahan tertentu, jauh lebih membanggakan dibandingkan anak yang memutuskan untuk berbisnis dan memulainya dari bawah.

Pernah baca tulisan seorang teman di facebook. Cerita tentang bagaimana ibunya yang seorang wanita karir, tidak malu saat ia(temanku) memutuskan untuk ikut suaminya kuliah di luar negeri dan tidak berkarir disana. Jadi ia 'hanya' mengurus anak dan rumah. Ibunya tidak memaksanya untuk tetap bekerja, padahal ia sudah S2. Saat temanku bertanya pada ibunya, apakah ibunya malu atau tidak ketika ia tidak bekerja, ibunya berkata, "Ibu sudah bangga melihat teteh ngurus anak dengan baik, dan jadi istri yang baik." Dan itu yang membuat temanku legaaa sekali. Temanku bilang, banyak ibu yang tidak suka bila anak perempuannya tidak bekerja atau berkarir di luar rumah, terutama jika ibunya seorang ibu rumah tangga. Karena dalam pikirannya, wanita sekarang harus bekerja, biar kalau ada apa-apa, ga kebingungan. Yah, ada benernya juga sih. Wanita pun harus mandiri secara finansial. Tapi tidak selalu harus berkarir di luar rumah. Aktualisasi diri bisa dilakukan dimanapun. Salut sekali dengan ibu temanku yang bisa berjiwa besar saat anaknya menentukan pilihan. Antimainstream.

Sekolah tinggi, bukan berarti harus balik modal. Terutama dalam bentuk materi. Yah, meskipun rata-rata orangtua pasti berpikir seperti itu. Wanita yang cerdas, akan melahirkan generasi yang cerdas, generasi yang tangguh saat diterpa berbagai sisi buruk kemajuan zaman. Tak seperti saat ini, anak perempuan yang dituntut untuk bekerja karena ia sudah sekolah tinggi, ketika ia punya anak, pendidikan dan pengasuhan anaknya ia serahkan pada orang lain. Tapi itu adalah bentuk sukses, karena ia bisa memenuhi kebutuhan materi anak-anaknya. Itu adalah sukses sesuai dengan pandangan orangtuanya. Tak peduli anak-anak itu memiliki karakter seperti apa. Selama materi tercukupi, tidak masalah.
Jadi teringat quotenya dian sastro... :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Jumat, 03 Januari 2014

Takkan Mudah

Tak ada yang menjanjikan bahwa hidup kedepannya akan lebih mudah
Aku tau itu
Bahkan mungkin akan jauh lebih berat dan berliku
Bahwa orang hidup akan akrab dengan yang namanya masalah
Rasulullah pun tak luput dari berbagai masalah yang harus beliau selesaikan
Masalah memang selalu ada, kini atau nanti
Namun, aku tetap bisa meminta padaMu ya Rabb..
Agar di sela-sela masalah yang Kau berikan, sabar dan syukur menjadi teman untuk berdiri tegak...

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Kamis, 02 Januari 2014

I'm Ready

Januari 2014.
Bersiap untuk peran baru.
Bersiap untuk amanah baru.
Bersiap untuk lebih meningkatkan capaian-capaian diri demi meningkatkan kapasitas diri di hadapan Allah.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..