Kamis, 31 Januari 2013

Waktu

Ada saat ketika kita merindukan kondisi kita yang seperti dulu. Karena dirasa, kondisi dulu lebih nyaman dibanding dengan kondisi kita saat ini.
Ada saat kita merindukan teman-teman kita yang dulu. Karena kita rasa, lingkungan yang sekarang tidak sepositif lingkungan terdahulu. 
Ada saat kita merasa merindukan sosok kita yang dulu. Saat kita merasa diri kita yang dulu lebih baik dari diri kita saat ini. 

Semua itu ada saatnya masing-masing. 
Waktu..
Kita tak pernah bisa bernegosiasi dengan waktu. Tak pernah bisa. 
Waktu berjalan terus, meskipun terkadang kita tak sepenuhnya menyadarinya.
Hingga yang kita rasakan, waktu berjalan begitu cepat.
Padahal kitalah yang belum melakukan apa-apa dari sekian banyak waktu yang kita lewati. 
Itulah dahsyatnya waktu.
Bahkan Allah pun bersumpah atas nama waktu.


Beuntunglah orang yang waktunya ia isi dengan berbagai amalan. 
Berlari dari satu kebaikan ke kebaikan yang lain.
Hingga tak ada hari yang terlalui, selain dari hari ini jauh lebih baik dari hari kemarin..
Maka bersegera dan bergeraklah..!


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 30 Januari 2013

Istiqamah Wanna Be :)

Pernah baca terjemahan Al-Ahqaf ayat 13?
Hehe... Pernahlah ya,, insya Allah..


Yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita." 

Waaah... Ingin sekali menjadi orang yang dimaksud dalam ayat itu. Orang yang beriman kepada Allah, dan mereka istiqamah dalam keimanannya, sehingga tidak ada kekhawatiran pada diri mereka. Hmm.. Subhanallah... 

Yang namanya istiqamah itu bukan hal yang mudah. Tetap bertahan dalam berbagai tantangan keimanan yang bisa saja menghampiri setiap waktu. Keimanan takkan dibiarkan tanpa teruji, bukankah begitu? 
Karena sejatinya, ketika kita mengatakan bahwa kita mencintai sesuatu, maka konsekuensinya adalah kita harus membuktikannya. Sama dengan keimanan, ketika kita mengatakan, kita beriman, maka biarlah ujian-ujian keimanan itu yang akan membantu kita untuk bisa membuktikan sejauh apa keimanan kita pada Allah. 

Istiqamah..
Sama seperti surga yang insya Allah selalu kita perjuangkan setiap harinya..
Maka menjadi pribadi yang istiqamah pun butuh tadhiyah dan jiddiyah yang luar biasa..
Allah... Aku ingin sekali menjadi hamba yang istiqamah di jalanMu ya Rabb.. 
Fasyhad, insya Allah.. :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Minggu, 27 Januari 2013

A Gift For You :*

Tulisan ini dibuat untuk menjadi kado milad seorang kakakku tercinta. Sebenernya miladnya sih besok, tanggal 28 Januari, tapi, khawatir besok aku gak sempet posting tulisan ini, jadi sekarang aja. Ga masalah kan waktunya kapan, yang penting nyampe maksudnya.. Pembelaan diri mode : on... :)

Untuk kakakku tercinta, Ratna Indriasari
Empat belas tahun sudah aku mengenalmu
Tak habis rasa syukurku pada Allah
Karena Allah telah mempertemukan kita
di jalan yang indah ini
Jalan tarbiyah dan dakwah

Empat belas tahun..
Rasanya tak cukup kata untuk mengutarakan cinta
Benar-benar cinta
Cinta yang kuharap semoga hanya karena Allah
dan untuk Allah semata

Allah Sang Maha Pemilik Cinta,
Bimbinglah rasa cintaku untuknya ini agar selalu bermuara padaMu
Agar kami mampu bersyukur atas ukhuwah ini
Ukhuwah yang semoga tak hanya sekedar kata

Allah,
Kumohon agar Engkau memberikannya naungan cintaMu yang besar
Yang jauh lebih besar dan dalam dari cintaku padanya
Karena ia..
Ia adalah kakak terbaik bagiku
Kemarin, kini, dan nanti..
Insya Allah... :)

Barakallah, tetehku...
Semoga usianya berkah...
Semakin baik dimata Allah..
Jazakillah khair untuk semuanya..
Untuk setiap yang teteh lakukan...
What a wonderful sister for me.. :*
Trust me, I really love you...
Uhibbukifillah teteh sayang... :)



NB : teteh... Rini cuma bisa nulis ini.. Hmm.. Sebenernya banyak yang mau Rini ucapin ke teteh.. Tapi kok jadi speechless ya? Yaudahlah ya.. Ntar kalo udah bisa Rini lanjutin, Insya Allah Rini lanjutin tulisannya..

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Hidayah Milik Allah

"Bukankah Allah yang mencukupi hamba-hambaNya? mereka menakut-nakutimu dengan sesembahan yang selain Dia. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah maka tak seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Dan barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha perkasa dan mempunyai (kekuasaan untuk) menghukum?" (Az-Zumar 36-37)


Yang namanya menjaga hati itu sulit. Menjaga hati dari niatan-niatan selain Allah itu tak mudah. Butuh effort yang besar, dan keistiqamahan yang luar biasa untuk mencapai niatan yang bersih dan terjaga dari hal-hal yang tak seharusnya ada. 

Apalagi yang namanya dakwah. Rasanya, sayang sekali mengotori dakwah dengan niatan yang tak murni. Tertipu. Itu yang akan terjadi jika kita tak menjaga diri dari niatan yang tak murni. Merasa diri sudah berbuat banyak, namun dimata Allah tidak ada arti apa-apa. Merasa sudah menjadi jalan bagi datangnya hidayah untuk orang banyak, sehingga ia tak lagi mengejar amal kebaikan yang lain. Karena menganggap diri aman dan cukup bekal. Padahal, seperti ayat Az-Zumar 36-37 diatas, Allahlah yang mencukupi hamba-hambaNya. Allahlah yang memberi petunjuk pada siapa yang Ia kehendaki, dan hamba yang Allah beri petunjuk, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Begitupun sebaliknya. Barang siapa yang Allah biarkan dalam kesesatan, maka tak ada seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. 

Kita hanyalah makhluk, dan objek dakwah kitapun juga makhluk. Sama-sama memiliki keterbatasan. Hidayah dan petunjuk milik Allah semata. Bukan kita yang menggerakkan hati seseorang untuk menuju hidayah Allah. Allahlah yang Maha membolak-balikkan hati. Sekeras apapun kita berjuang untuk membawa seseorang pada kebaikan, jika Allah tak menghendaki, maka ikhtiar kita akan sia-sia bukan? 

Manusia. Tak ada alasan untuk sombong dengan keterbatasannya. Semoga Allah melindungi diri kita dari kesombongan sekecil apapun, dan membimbing kita untuk senantiasa menjaga diri dan niat dari selainNya. Amin. 

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Sabtu, 26 Januari 2013

Kelapangan Hati



Pernah baca artikel di suatu majalah islami.
Ada seorang anak muda yang sedang memiliki masalah yang sangat besar menurutnya, dan sudah merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia datang pada seorang tua yang bijak, dan mengutarakan masalahnya. Orang bijak tersebut hanya memberinya air segelas,ia minta anak muda itu untuk meminumnya, dan bertanya, bagaimana rasa air tersebut. Dijawab oleh pemuda itu, "Air ini begitu segar."  Tak lama, oleh orang bijakk itu dimasukkan segenggam garam ke dalam gelas yang berisi air tadi, lalu pemuda itu diminta untuk meminum airnya kembali. Tentu saja rasanya sudah tidak seperti sebelumnya. Asin luar biasa, hingga terasa pahit. Kemudian, si pemuda diajak oleh orang bijak tadi ke sebuah danau indah yang ada tak jauh dari rumahnya. Lagi, pemuda itu diminta untuk meminum air danau yang jernih itu. Rasanya segar sekali. Seperti tadi, ke dalam danau tersebut dimasukkan segenggam garam. Dan untuk terakhir kalinya, si pemuda diminta untuk merasakan kembali air danau tersebut. Rasa air danau tersebut masih tetap segar. Orang bijak itu menganalogikan, bahwa segenggam garam tadi adalah masalah, dan tempat air (gelas dan danau) sebagai kelapangan dada kita dalam menghadapi masalah. Jika hati kita lapang, maka masalah sebesar apapun akan terasa mudah. Namun, jika hati kita sempit, maka masalah yang kecil pun bisa terasa besar. 

Benar juga ya.. 
Masalah itu kan pasti akan ada selama kita hidup. Jadi, bukan masalahnya yang harus menyesuaikan diri dengan kita, karena masalah, ujian atau cobaan itu Allah yang menentukan. Variabel yang lain yang bisa kita ubah adalah bagaimana menyeting hati kita agar bisa lapang dada dalam menghadapi masalah. Seperti do'a dalam Al-Qur'an (Thaha 25-28)

"Wahai Tuhanku! Lapangkanlah dadaku. Dan mudahkanlah bagiku urusanku. Dan bukakanlah simpulan dari lidahku. (Supaya) mereka memahami perkataanku."

Semoga Allah senantiasa melapangkan dada dan hati-hati kita.. :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Kamis, 24 Januari 2013

Ekkado (kok) Manis

Ini ceritaku saat melakukan kesalahan fatal dalam memasak. 
Ceritanya, kemarin aku berniat membuat ekkado dan chicken teriyaki. Namun, karena aku masuk kerja siang, dan ke pasar sudah agak siang, jadilah hanya sempat membuat ekkado saja. Ke pasar membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat ekkado. Ada telur puyuh, ayam, kembang tahu, dan bawang daun. Ah, kalau tepung kanji kan ada di rumah, jadi tidak kubeli. 

Sampai di rumah.. Gerak cepat, merendam kembang tahu yang sudah dipotong-potong, lalu merebus telur puyuh, membersihkan ayam dan menggilingnya. Nah, kesalahan fatal itu terjadi saat aku sedang membuat adonan ayamnya. Ayam yang sudah dihaluskan (pake blender aja, biar cepet.. hehe..), ditambahkan 1 butir telur, bumbu, bawang daun daaaannn... tepung kanji. Aku mencari tepung kanji yang ada di rumah. Kata ibuku, udah ada yang sudah dibuka, jadi ga perlu buka lagi yang baru. Cari-cari... Hm.. dimana ya... Kami berdua pun mencari tepung kanji. Dan setelah beberapa saat kami mencari, ibuku memberikan seplastik "tepung" yang kata ibuku, itu tepung kanji. 

Ke dalam adonan ayam kutambahkan tepung tadi sebanyak 2 sendok makan. Kuaduk. "Hm.. tapi kok belum mengental ya?", pikirku. Teorinya kan ditambahkan tepung kanji biar adonan mengental. Ibuku pun berfikir yang sama. Akhirnya, total 4 sendok tepung yang ditambahkan. Kubuatlah ekkadonya. Kembang tahu,, adonan ayam, lalu telur puyuh, dibungkus, dan diikat dengan daun bawang. Tapiii... Karena ini percobaan, jadilah ada yang tidak pas. Ukuran kembang tahunya seharusnya lebih panjang lagi, biar bisa diikat. Ternyata ukuran yang kupotong terlalu pendek untuk bisa diikat. Yah.. Akhirnya ada ekkado yang terikat dengan daun bawang, ada yang dibiarkan saja seperti siomay. 

Saat satu ekkado sudah digoreng..
Waktunya mencoba!!
Panas-panas pun kucoba. Hehe.
"Eh, kok manis ya?", pikirku lagi. 
Ternyata ibuku pun merasakan yang sama. Manis.
Hm.. Manis dari mana ya? Kok bisa manis.. Padahal tidak diberi gula... Dari kembang tahunyakah? Ah kayanya ga deh.. Ayamnya? Lebih-lebih ga sepertinya.
Aku dan ibuku sibuk merasa-rasa dan berfikir, dari mana si rasa manis itu muncul..
Tiba-tiba ibuku berteriak, "Jangan-jangan tepung tadi tuh gula!!"

Benarlah pemirsa... Kucoba dan... Manis!
Itu gula Rin!!! 

Hadeh....
Jadi sibuk menyesali.. Kenapa tadi si tepung itu gak kucoba dulu ya? Padahal biasanya selalu kucoba tiap menggunakan tepung apapun. Tapi hari ini... Ckckckck...

Akhirnya kutambahkan tepung kanji yang sebenarnya, hingga rasa manis yang ada bisa tersamarkan.. Yah.. betterlah... meskipun rasa manisnya memang tidak hilang sempurna..

Haduh.. Ini sih namanya gagal total. 
Tapi... Dapet pelajaran banyaklah...
Hihi... Jangan percaya itu tepung kanji, sebelum mencobanya, jika tidak, rasa masakan akan berubah haluan, yang awalnya dikehendaki asin, malah manis... :)

Walaupun begitu, si ekkado gagal ini habis juga.. :p
Tapi tetep aja aku merasa bersalah sama suamiku.. Abang malah ketawa-ketawa aja.. Maafin Rini, Abang.. :'(

Aku lupa mengambil gambar si ekkado gagal ini, jadi, gambar ekkadonya kuambil dari blog yang lain aja ya, resep-masakane.blogspot.com, yang pasti itu ekkado yang berhasil.. :D



-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Senin, 21 Januari 2013

Bakat



Ada satu pertanyaan yang belum terjawab olehku sendiri hingga saat ini. Dari dulu, sampai sekarang.
Berasa pertanyaan yang heboh ya.. Padahal sih sederhana aja. Pertanyaannya adalah, apa sebenarnya bakat aku. Hehe... Pertanyaan aneh kali ya.. Tapi beneran, pertanyaan ini sering mengusikku. Apalagi kalau aku berfikir masalah apa yang kuingin lakukan atau hal apa yang aku suka. Hmm.. Sangat mengganggu. 

Lebih khawatirnya karena aku suka jadi merasa tidak mengenali diri sendiri.. Tidak tahu bakat aku apa, keinginan aku apa, suka apa, serba tidak tahu tentang diri sendiri.. Sampai-sampai kadang suka ingin melihat diri sendiri dari sisi orang lain.. 

Saking ingin tahunya apa bakatku, saat sepekan lalu ke Griya, ada fingerprint buat mengetahui bakat, aku ingin sekali mencobanya. Cuma, ibuku bilang, udah telat kalo baru sekarang.. Haha.. yasudahlah ya... 

Cuma ingin berbagi sedikiiit saja.. Perlu untuk mengetahui apa yang menjadi bakat diri kita. Ya meskipun memang bakat bukan segalanya.. Namun, saat kau merindukan untuk berbuat sesuatu yang membuatmu nyaman, atau suka untuk melakukannya, kau bisa memulai dari bakat yang Allah berikan untukmu... 

"Ampuni aku ya Rabb, yang masih belum bisa mensyukuri apa yang Kau berikan untukku..
Karuniakan aku kejernihan hati untuk menyelami apa yang ada di balik semua yang Kau tetapkan untukku.."

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 16 Januari 2013

At-Taghabun 14

"Hai orang - orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri - istrimu dan anak - anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati - hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taghabun :14)

Baca ayat ini, menelaahnya, mentadabburinya, membuat diri sendiri khawatir sebenarnya...
Khawatir menjadi salah satu orang yang dimaksud dalam ayat tersebut... Na'udzubillahi min dzalik..
Semoga Allah melindungi diri dari hal yang demikian..
Terbayangkah kita, jika kita menjadi musuh bagi orang-orang terdekat kita? Menjadi orang yang menjerumuskan keluarga yang mencintai kita dan kita juga mencintai mereka?
Ah..Rabbi..benar-benar kumohon agar diri ini dijauhkan dari hal yang disebutkan di ayat tadi.

Semua memang bisa terjadi di dunia ini.. 
Orang yang saling mencinta, bisa berubah menjadi musuh dalam waktu yang singkat, atau sebaliknya.
Orang yang memilliki hubungan darah, tak jarang justru malah saling menumpahkan darah saudaranya.
Masya Allah... 

Kalau boleh kutarik kesimpulan... Ada hal yang bisa menghindari diri kita agar tak menjadi musuh bagi orang yang kita cintai dan mencintai kita.. Bahwa kecintaan kita haruslah didasarkan pada kecintaan kita terhadap Allah.. Komitmen yang terbangun pun, berlandaskan keimanan... Sehingga kita, tak saling menjadi musuh bagi satu dan yang lain, tetapi menjadi penjaga dalam ketaatan terhadapNya, teman seperjuangan dalam beribadah kepadaNya, membangun cita dan cinta yang hanya karena Allah semata... :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-




Senin, 14 Januari 2013

Interaksi a.k.a Muamalah

Drug interaction atau Interaksi obat. 
Hmm.. Kalau anak farmasi, pasti pernah belajar tentang interaksi obat. Ada obat-obat yang kerjanya akan dipengaruhi oleh zat lain. Zat lain itu bisa berupa obat yang lain, atau makanan. Interaksinya pun bisa macam-macam, ada yang melemahkan kerja obat utamanya, atau sebaliknya. Bahkan interaksi obat ini ada yang bisa sampai menimbulkan efek yang membahayakan bagi pasien yang mengonsumsi obat tersebut. Interaksi obat terjadi bila 2 atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu atau lebih obat berubah. Obat-obat yang besar kemungkinannya terlibat dalam interaksi obat adalah : obat yang rentang terapinya sempit, obat yang memerlukan pengendalian dosis yang teliti, dan obat yang menginduksi atau menghambat sistem enzim mikrosom hepatik sitokrom P450 monooksigenase. Makanya penting bagi seorang farmasis untuk memahami interaksi obat ini.

Itu tentang interaksi obat. Ternyata pada manusia tidak jauh berbeda kan? Manusia disebut makhluk sosial. Makhluk yang membutuhkan orang lain untuk bisa survive dalam hidupnya. Tidak bisa hidup sendiri. Makanya Islam sangat memperhatikan masalah muamalah. Bagaimana kita bermuamalah dengan orang-orang di sekitar kita, mulai dari yang terdekat, ada tuntunannya. Hal ini tentu saja untuk menjaga agar interaksi kita dengan orang lain bukan interaksi yang merugikan seperti interaksi cisapride dengan erithromycin yang bisa menimbulkan aritmia.. (lho, kok jadi kesini? halah-halah... :))


Seperti Rasulullah... Rasulullah adalah manusia dengan akhlaq terbaik.. Bahkan musuhnya pun mengakui kebaikan akhlaq beliau.. Akhlaq Qur'ani.. Qur'an yang hidup dalam keseluruhan perilaku beliau...

Nafi'un lighairihi... Bermanfaat untuk orang lain... Itulah puncak akhlaq seorang mu'min seharusnya... Interaksi yang menentramkan.. :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Minggu, 13 Januari 2013

Renungan

Sering saat berangkat kerja, aku melihat saudara-saudara kita yang diberi keterbatasan dalam penglihatan, tunanetra. Yap, karena tempat kerjaku cukup dekat dengan Wiyata Guna. Saat melihat mereka, mau tak mau aku jadi malu sendiri. Kadang masih saja mengeluh ini itu, padahal mereka mengalami apa yang tidak dkualami. Dunia bagi mereka gelap. Namun, aku tahu, mereka memiliki indera lain yang jauh lebih kuat dibandingkan denganku. Suatu kali aku melihat dua orang tunanetra laki-laki di Jalan Moh. Yunus. Mereka sedang berjalan di pinggir jalan, sambil berpegangan tangan, sedangkan satu tangan mereka yang lain memegang tongkat. Keduanya tampak cukup bahagia. KUlihat dari senyum yang terukir saat mereka berbicara satu sama lain. kira-kra 5-6 meter dari tempat mereka berjalan, ada gerobak sampah. Aku yang saat itu berada di atas motor, ingin berteriak dan bilang, "Mas, hati-hati, di depan ada gerobak sampah". Namun, kata-kata itu tak keluar dari mulutku. Aku yang sudah di depan mereka terus saja melihat hingga mereka berjalan tepat di belakang gerobak sampah tersebut. Yap. Mereka tidak menabrak gerobak sampah itu. Mereka sudah tahu, bahwa jalan mereka ada penghalang. Dengan bantuan tongkat tentunya. Alhamdulillaah..


Mungkin, tanpa kita sadari, kita sering memandang sebelah mata, atau merasa iba pada mereka yang memiliki keterbatasan. Padahal, mereka tidak membutuhkan rasa iba dari kita. Bahkan, boleh jadi mereka memiliki kelebihan daripada kita yang lebih luar biasa. 

Ah, tak adil rasanya kalau kita menilai mereka yang memiliki keterbatasan perlu dikasihani, padahal, bukankah Allah itu Maha Adil? Pastilah Allah memberikan sesuatu yang tak Ia berikan pada kita yang tak diuji dengan keterbatasan tersebut... 


وَمَايَسْتَوِي اْلأَعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلاَالْمُسِىءُ قَلِيلاً مَّاتَتَذَكَّرُونَ
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-Mu’min: 58).

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 09 Januari 2013

Evaluasi

Lihat twitter, ada tweet dari @sahabatalaqsha yang bagus : "Pertanyaan sebelum tidur: Apa yg sudah kulakukan hari ini utk memelihara diriku & keluargaku dari neraka? #Muhasabah"

Tak jarang kita lupa memaknai hari demi hari yang kita lalui sebagai waktu memebekali diri kita untuk kehidupan akhirat kita. Mungkin karena terjebak rutinitas. Itulah pentingnya evaluasi. 

Berhenti sejenak untuk melihat apa yang sudah dan belum kita lakukan. Untuk memaksa diri memperbaiki diri di kemudian hari. Berhenti sejenak, bukan lantas terdiam, lalu beranjak mundur perlahan. Namun ia adalah momentum untuk mengisi diri dengan semangat dan tekad yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Karena pastilah, sangat banyak yang belum kita lakukan. Karena manusia adalah makhluk yang lalai. Beruntunglah manusia yang memilki saudara disampingnya sebagai pengingatnya, dan Allah yang masih berkenan utnuk menegurnya saat ia lalai. Disanalah kepekaan diri bermain. Kepekaan yang hanya timbul dari taqwa dalam diri. 

Jadi ingat AT-Tahrim ayat 6...
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

-Bersegeralah, akrena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Jumat, 04 Januari 2013

Mimpi-mimpiku

Tulisan perdana di tahun 2013.
-Masih belum istiqamah menulis satu hari satu tulisan nih.. :'(-

Sudah menginjak hari keempat di tahun 2013.
Orang lain sudah ramai-ramai menuliskan wishlist mereka di 2013 ini.
Cukup satu sebenarnya yang aku inginkan di tahun 2013 ini, menjadi hamba yang lebih dekat dengan Rabbnya.
Itu visi tahun ini. Visi selamanya sih sebenarnya.



Bicara mimpi, aku punya banyak mimpi yang belum terwujud. Menuliskannya membuatku mengingat mimpi dan berusaha mewujudkannya.

1. Menjadi hafizhah
2. Pergi haji, dan membawa kedua orangtuaku berhaji juga
3. Menulis buku
4. Kuliah S-2
5. Keliling Indonesia, Lombok, Bunaken, Danau Toba, Bromo, dll (haha.. banyak maunya... I like travelling. Mencium udara daerah baru. Pengen banget backpackeran dari dulu, tapi ga ada temen.. :( ingin sekali belajar banyak hal dari tempat-tempat baru. Secara, dari kecil sampai sekarang tinggal dan besar di Bandung)
6. Menginjakkan kaki di Jerman
7. Bisa buat es krim dan variannya, trus ntar buat es krim ala Rini.. Hehe.. (ini sih gara-gara suka banget sama yang namanya es krim, apapun jenisnya)
8. Mendirikan rumah tahfizh
9. Membuat film dakwah, untuk remaja (ini sih cetusan ide bareng Wafaa.. :p)

Sisanya, masih tersimpan dalam "Kumpulan Mimpi Rini Inggriani", belum dipublikasi (hadeh.. berasa artis!).
Yang lain, aku ingin menjadi orang yang lebih baik lagi. Jadi anak, kakak, istri, menantu, murabbi, saudara, dan teman yang baik. Pokoknya semua yang baik-baik. :)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..