Kamis, 27 September 2012

Respon Time Utama



Respon Time. 
Sering sekali mendengar kata-kata itu setiap hari. Respon time pelayanan di luar standar atau masuk standar. Hm.. Bekerja di bidang pelayanan farmasi rumah sakit, salah satu parameter kualitas pelayanan diukur dari respon time kita dalam melayani order resep untuk pasien. Sudah ditentukan, respon time yang masuk standar sekian, sisanya adalah diluar standar. Jika respon time diluar standar melebihi jumlah resep dengan respon time masuk standar, berarti ada yang perlu dievaluasi dari sistem pelayanan di farmasi kami.

Karena respon time ini begitu penting, hampir setiap hari dibahas, kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan untuk menaikkan respon time pelayanan. Kalau udah bahas respon time.. Euh.. semua sepertinya dilakukan demi si respon time ini.

Namun, akhir-akhir ini aku jadi terfikir. Sebegitukah kita mengejar respon time?  Yah.. memang sih, respon time itu bisa menunjukkan kualitas kinerja kita. Tapi aku melihat dari sisi yang lain.. Sisi yang jauh lebih penting. Kalau ada respon time pelayanann, maka bagaimana dengan respon time kita dalam beribadah? Saat bekerja, biasanya peak hour kami saat pukul 11.00-13.00, waktu dimana pasien begitu banyak, dan antrian resep pun cukup panjang. Padahal, disana ada waktu shalat Dzuhur. Tak jarang waktu shalat pun jadi bergeser cukup jauh. Bukan di awal waktu, malah mungkin hampir di akhir waktu. 


Nalarku mengatakan, ada yang salah disini. Mengapa untuk respon time pelayanan kita bisa mengeluarkan segenap tenaga dan pikiran untuk meningkatkan kualitasnya, sementara respon time kita dalam memenuhi seruanNya justru malah tidak standar? Kita yang harus lebih cerdas memanfaatkan waktu dengan baik. Ada banyak cara bisa dilakukan untuk menjaga agar respon time shalat tetap bisa masuk standar, bukan? Hehe.. Bisa gantian dengan teman. Selama kita masih mau mempertahankan keimanan kita, selalu ada jalan dari Allah untuk kita. 

Gara-gara respon time ini, aku jad berfikir ke yang lain.  
Respon time adalah waktu kita dalam merespon atau memberikan tanggapan. Kalau di kerjaan, berarti sejauh mana kita merespon kebutuhan pasien. Kalau dengan Allah, hubungannya sejauh mana kita merespon setiap seruan yang berasal dariNya, seruan-seruan dakwah, atau kebaikan-kebaikan yang datang menghampiri. Respon time kita terhadap Allahlah yang utama, karena bukankah kita diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya saja? Namun manusia tetaplah manusia yang penuh dengan keterbatasan, kekhilafan. Bahkan tak jarang sama sekali tidak  mengingat untuk apa ia diciptakan. Karena dunia begitu melenakannya. Ah.. manusia.. 

Bagaimana mempertahankan keimanan di tengah gemerlap dunia yang menyilaukan, itulah peer kita.. Bagaimana membuat kita merespon setiap seruanNya dengan amal terbaik kita, itulah tugas kita.. Bagaimana membuat agar Allahlah yang utama dalam hidup kita, itulah hakikat kita hidup.. 

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan.” (Al-Anfal : 24)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 26 September 2012

Bahagia Untuknya

1 September yang lalu, saudariku menggenapkan setengah diennya..
Alhamdulillaah.. Nisaul saudari tercinta.. :*

1 September itu hari Sabtu, seharusnya aku masih masuk kerja. Tapi, apapun kulakukan demi menemanimu saudariku.. Hehe.. Jadilah aku tukar libur dengan temanku. Alhamdulillah, itu pun semata berkat pertolongan Allah saja. Aku bisa menghadiri pernikahan Saul dari akad sampai resepsi.

Sabtu pagi, aku sudah bersiap menuju Salman. Sebenarnya, dari malamnya aku udah tidak bisa tidur. (Lho, ini sebenernya yang mau nikah siapa, yang ga bisa tidur siapa.. Hehe..). Deg-degan dari semalam, dan tidak berhenti sampai aku tiba di Salman.

Memasuki ruang utama masjid Salman..

Yah.. Belum terlalu telat.. Saat aku tiba, sedang pembacaan ayat suci Al-Qur'an.
Setelah selesai, Ndari menghampiriku dan berkata, "Rini mau ke Saul?', dan kujawablah iya. Akhirnya aku menuju tempat dimana Saul berada.

Memasuki tempat itu, mata kami sudah bertatapan saja.. Aku melihatnya..

Berjalan mendekatinya.. Dan segera kupeluk Saul dengan erat.. Setelah itu, aku menggenggam tangannya dengan erat.. Mencoba menyalurkan kekuatan pada saudari tercintaku ini.. Kami mendengarkan dengan baik setiap detik yang berlalu.. 

Saat  ijab qabul.. Ketika Hari menyelesaikan lafadz ijab qabul itu, yang mengalir deras justru air mataku.. Mengalir menganak sungai.. Alhamdulillaah... Barakallah saudariku.. Mitsaqan ghaliza itu telah terucap sudah.. Meski Saul tidak menangis sepertiku, namun aku tahu, ia lebih terharu daripadaku (yaiyalah, yang nikah siapa, hehehe... ), tapi takut make-up nya rusak ya say? Ups! :)

Oh iya, waktu ijab qabul, aku sempat merekamnya lho!! Masih ada rekamannya di hpku. Ntar kalo ketemu, aku kasih denger ya Ichaku.. :*

Saat Saul akan keluar menemui Hari, aku dan Juan menuju ruang utama Masjid Salman.. Disana ada Wafaa yang sudah datang.. Menangis lagi deh.. Hehe.. Padahal udah dimarahin Wafaa biar ga nangis.. Tapi tetep aja.. Akhirnya.. bantuan tissue pun datang.. Di tengah tangisku,aku sempat mengirim sms pada Retno yang ada di Jepang sana, untuk bilang, “No, Saul udah sah.. alhamdulillaah..”, namun smsku failed alias gagal.. hehe. 

Aku ingin mengabadikan momen indah saudariku ini, jadinya hari ini akupun bertekad untuk menjadi fotografer buat saudariku.. Amatir emang, cuma pakai kamera hp 5 MP.. Tapi ada yang ga bisa dibandingin dengan kamera tercanggih sekalipun.. Karena aku mengabadikan momen ini sepenuh hati dan dengan cinta yang besaaar..  Waktu sungkeman, aku maju meninggalkan Wafaa, ke depan biar lebih dekat ambil gambarnya.. Saingan juga sama si mas-mas fotografer yang lain..

Nah, ketika sedang mengambil gambar itu, tak terasa air mataku mengalir lagi, dan lagi.. Bukannya sibuk ambil gambar, malah sibuk menghapus air mataku yang tak mau berhenti.. Yaa.. Dapet sih gambarnya, meskipun ga banyak... Waktu balik lagi ke tempat Wafaa, lagi-lagi aku dimarahin Wafaa.. “Gimana sih? Jangan nangis terus Rini!! Ntar Nisaul sedih liat Rini nangis.. Jadi inget, dulu waktu Nono nikah, Saul yang ga berhenti nangis, sekarang pas Nisaul nikah, Rini yang nangisnya ga berhenti.. Asa dejavu tau..” 

“Rini kan bukan nangis sedih Wafaa...!! Tapi bahagia... Terharuuuu!”, jawabku. Dalam hati aku berkata, iya juga ya.. Dulu, waktu Nono nikah, Saul yang menangis terus, sekarang, Nisaul nikah, aku yang nangis terus. Ntar, kalo aku nikah, ada yang nangis terus gak ya? Haha.. Pikiran yang aneh.. Atau Nono aja? Jadi kaya lingkaran gitu No.. Wkwkwk.. 

Saat resepsi pun, aku menangis lagi.. Padahal udah berazzam tuh ga akan menangis lagi.. Eh, ternyata ketika selesai menyalami dan memeluk Nisaul, lagi dan lagi air mataku mengalir.. Wafaa udah siap-siap marahin aku lagi tuh.. Tapi tangisku kali ini ga berlangsung lama kok.. Udah puas..

Ah.. Ichaku..
Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khair..
Semoga Allah memberimu kekuatan ya Ichaku... Memberkahi setiap langkahmu kedepan.. Menaungimu dengan cintaNya yang sempurna... 

Jadi teringat kebersamaan dengan Nisaul.. Saudari seperjuangan yang begitu berharga.. 

Ada saat ketika kami kuliah dulu, kami punya program untuk membaca buku Tazkiyatun Nafs-nya Said Hawwa. Setelah membaca buku tersebut, kami mendadak menjadi pendiam untuk beberapa waktu. Efek dari buku.. Tapi, kesininya, kami kembali dengan pribadi sanguinis.. Mungkin episode itu memang perlu diulang ya Ichaku.. :*

Saat Nisaul sedang mengerjakan tugasnya di tangga masjid Salman, dan aku menemaninya, niatnya sih mau bantuin, tapi karena aku ga ngerti, bantuin nemenin aja.. Karena kedekatanku dengan Saul, sampai-sampai ada yang mengira kalau aku ini jurusan Teknik Lingkungan seperti Saul.. 

Ingat Nisaul, ingat “bola pejal” saat daurah dulu.. 

Ingat Nisaul, ingat bagaimana sore kami dilalui dengan berjalan menyusuri Salman lalu menuju Gelap Nyawang dengan bergandengan tangan..Indah sekali.. 

Ingat Nisaul, ingat bagaimana juga menyusuri kampus dari gerbang belakang hingga berakhir di Salman saat kami selesai menghadiri walimah teman kami awal tahun ini.. 

Ingat Nisaul, ingat mimpi-mimpi kami dulu.. Random, namun itulah yang mengisi kebersamaan kami.. Mimpi yang menjiwai ukhuwwah ini.. Ada mimpiku yang hanya ia saja yang tahu.. Al-Hadid mode : on.. Inget ini Cha? :)

Ingat  Nisaul, ingat do’a-do’aku untuknya.. Berdo’a untuknya agar ia segera dipertemukan dengan mujahid yang kelak kan menemani langkahnya ke surga.. Dan kini aku tahu siapa mujahid itu.. Udah kukasih wejangan juga Hari..  

Ingat Nisaul, pasti ingat juga sama Retno alias mbak Ami.. :)
Nisaul, Mbak Ami, aku.. Kayanya aku yang paling nyeleneh diantara kami bertiga.. 

Subhanallah.. Allah mempertemukan kami lewat skenario terbaikNya..
Menakdirkan kami untuk saling mengisi.. Semoga Allah berkenan mengekalkan ukhuwwah ini hingga ke JannahNya.. Aamiin ya Rabb..
Barakallah ichaku.. :*






-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 19 September 2012

Rasa Yang Sempurna

Indah itu saat melihat mentari pagi
Yang sinarnya membiaskan kehangatan
Dalam jiwa yang sempat membeku

Bahagia itu, saat menatap langit senja
Jingganya menyiratkan ketenangan
Pada batin yang terusik

Cinta itu saat memandang langit malam
Gemintang dan rembulan yang berpadu
Hingga puji padaNya menelusup dalam diri

Suka itu saat terjebak dalam lautan taman
Yang dipenuhi mawar putih
Putih.. Seputih hati dengan dzikrullah

Ada saat ketika indah, bahagia, cinta dan suka
Berbaur sempurna
Melebur, dan menjejak langit
Tumpah ruah dengan keridhaan dan kebarakahan
Saat kalamullah menjadi lantunan merdu
Penghias lisan 
Saat hati tergetar karenanya
Saat amalan cermin kalamullah
Saat hidup bersama Al-Quran
Seperti Rasulullah SAW



-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selasa, 18 September 2012

Tulisan Pertamaku

Akibat salah satu tayangan di Metro TV yang isinya menyudutkan Rohis, semua bergerak. Ada yang menunjukkannya di twitter, facebook, menulis di blog, atau melalui jalur hukum. Tentu saja kami tidak setuju dengan isi berita tersebut. Aku yang anak rohis, tidak pernah diajarkan tentang teroris atau mengajarkan teroris. Sebaliknya, yang kudapat di rohis adalah keindahan bernama Islam. Kebaikan demi kebaikan.

Ah.. Memang, selalu ada yang tidak suka dengan kebenaran. Dan mereka akan berbuat apa saja untuk menutupi kebenaran tersebut.

Nah, ternyata aku dapat berkah juga karena masalah ini. (Lho?? sok eksis gini? hehe)
Jadi, hari Ahad lalu, tanggal 16 September, saat itu aku dan beberapa teman ITSAR baru saja selesai rapat konseptor. Kubuka hapeku dan mendapatkan notifikasi twitter. Ada 1 mention dari temanku. Ternyata.. Alhamdulillah.. Satu tulisanku dimuat di Islamedia. Tulisanku tentang Rohis. tulisan itu sebenarnya kubuat untuk mengikuti lomba menulis. Tapi yang kuingat, saat itu memang aku ikut lomba tersebut di saat-saat terakhir lomba akan ditutup. Hehe. Jadi ya memang tidak mengharapkan menang. Jauh banget soalnya. Cuma ingin mengungkapkan kecintaanku pada rohis dan dakwah saja. Namun, takdir Allah memang berjalan sesuai kehendakNya. Saat aku sudah lupa dengan tulisanku itu, Allah mengembalikannya dengan cara yang indah. Yaa meskipun yang pertama mengetahui bahwa tulisanku dimuat di Islamedia memang bukan aku, tapi temanku, Bayu.. :)

Ini linknya.. ^^



Judulnya Empat Cinta Allah dalam Rohis..
Isinya ini (siapa tahu ada yang ga bisa buka link-nya.. hehe..)

 Tahun 2002 adalah tahun pertamaku mengenal ROHIS. Perkenalan yang tidak disengaja ini membawaku mengenal indahnya Islam. Bertemu dengan orang-orang yang berusaha untuk menjadikan dirinya shalih, dan yang lebih utama adalah berusaha untuk menshalihkan lingkungannya. Karena itulah ROHIS di sekolahku terbentuk. Berawal dari kepedulian alumni terhadap adik-adik satu almamaternya. Saat itu, aku yang masih duduk di kelas 1 SMP manjadi bagian dari lingkaran ukhuwah yang indah. Rohis adalah tempat pertamaku semangat untuk menghapal ayat-ayat Al-Qur’an, mengetahui tata cara beribadah yang benar, belajar mengenai akhlak seorang muslim, mengikuti kegiatan tafakkur alam yang luar biasa seru dan berhikmah, dan bermacam kegiatan lainnya. Sebagai seorang anak yang mulai menginjak remaja, bagiku ROHIS bukanlah tempat yang membosankan, malah sebaliknya,mengesankan. Hal ini karena adanya ketulusan dari kakak-kakak kami yang di tengah kesibukan mereka yang padat, selalu ada waktu untuk kami.
Ketika aku mengenyam pendidikan di SMA, kesan baik dengan ROHIS SMP, membuatku bergabung dengan ROHIS SMA tempatku bersekolah. Kali ini, dengan bertambahnya kematangan pemahaman, mulailah aku bersahabat dengan apa yang disebut dengan amanah dan dakwah. Membuatku lebih peduli dengan kondisi lingkungan sekitarku. Mungkin, inilah yang disebut dengan semangat untuk berbagi. Berbagi kebaikan dengan orang-orang terdekat.

Kampus menjadi petualanganku berikutnya bersama ROHIS. Salman menjadi tempat favoritku dan teman-temanku. Masjid kampus ini memang luar biasa daya magnetisnya. Membuat siapapun betah berlama-lama di dalamnya. Kampus memang banyak disebut sebagai miniatur sebuah negara, karena didalamnya terdiri dari individu-individu yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia. Kebaikan dan keburukan jelas terlihat berkompetisi untuk mendominasi pemikiran individu kampus. Individu-individu yang di masa sekolahnya sudah mengenal ROHIS, terlihat lebih matang dalam mengambil pilihan dan memiliki filter untuk menyaring segala hal yang masuk ke dalam dirinya.

Di tengah arus informasi yang begitu deras dan bebas, remaja menjadi salah satu target utama untuk menanamkan fikrah liberal. Remaja muslim pun tak pelak menjadi salah satu korbannya. Penanaman pengetahuan agama menjadi salah satu alat pertahanan bagi setiap anak untuk mempertahankan diri di tengah kondisi seperti inim agar tak tergelincir. Namun, hal itu tidaklah mudah. Karena pendidikan agama yang seharusnya pertama ditanamkan di keluarga, saat ini tidak lagi dilakukan. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah karena kesibukan orang tua. Orang tua mempercayakan pendidikan agama anak-anaknya pada sekolah. Seperti kita ketahui, pelajaran agama di sekolah pun terbilang minim, 2 jam pelajaran per pekan. Tentu saja ini tidak cukup. ROHIS di sekolah-sekolah banyak terbentuk karena kepedulian terhadap minimnya pendidikan keislaman di keluarga dan sekolah terhadap anak.

Kader-kader yang dihasilkan dari ROHIS, baik di sekolah maupun kampus tidak dapat dipandang sebelah mata. Individu yang telah mengenal ROHIS di sekolah, ketika mereka masuk ke kampus, mereka bisa menjadi penggerak untuk hadirnya kebaikan di lingkungan kampus mereka. Ketika mereka lulus dari kampus, mereka akan menyebar dalam masyarakat, dan diharapkan mereka akan tetap dapat mempertahankan keislaman mereka dan mewarnai lingkungan mereka. Begitupun ketika mereka menjadi seorang pemimpin, diharapkan mereka menjadi pemimpin yang adil, yang sangat dirindukan oleh bangsa ini. Tak dapat dipungkiri, bahwa pemuda adalah aset bangsa. Sebuah bangsa dapat maju dan besar karena peranan pemudanya, atau sebaliknya. Inilah yang membuat ROHIS saat ini mengambil peran penting dalam pembentukan moral dari pemuda, meskipun tak jarang ROHIS diterpa tudingan-tudingan negatif. Semoga tudingan tersebut tidak melemahkan orang-orang yang bergerak didalamnya, justru semakin menguatkan langkah ROHIS dalam menebar kebaikan. Bagiku, ROHIS adalah empat cinta dari Allah untukku. Cinta pertama, saat Allah mengenalkanku pada ROHIS SMP. Cinta kedua, saat aku bergerak bersama ROHIS SMA. Cinta ketiga adalah saat berinteraksi dengan ROHIS kampus. Dan cinta keempat adalah saat Allah memberiku kesempatan untuk bersyukur atas karunia_nya, dengan masih dapat kembali membina ROHIS tempatku pertama mengenalnya, di SMP. Seperti yang dilakukan oleh kakak-kakak kelasku dulu.

Oleh : Rini Inggriani
Tulisan ini di ikut sertakan dalam lomba menulis Islamedia : Rohis Mengawal Moral Bangsa 


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-



Kamis, 13 September 2012

Selalu Tak Sama vs Tak Selalu Sama

Adakalanya manusia terjebak dalam rutinitas, dan menganggap bahwa yang ia lakukan adalah hal yang monoton, itu-itu saja, tidak ada kemajuan atau apapun itu. Bisa jadi memang seperti itu, jika kita tidak mencoba untuk mencari sesuatu yang baru atau pembelajaran yang mungkin bisa kita dapatkan dari rutinitas yang kita lalui. 

Seperti posisiku di tempat kerja dalam beberapa waktu terakhir ini. Kalau tidak di posisi penyerahan obat pada pasien, atau cek akhir order resep. Ingin berbagi tentang posisiku di penyerahan obat. Posisi ini harus diisi oleh apoteker. 

Bagiku, posisi ini memungkinkan untuk bertemu dengan banyak orang, yang artinya bisa mendapatkan banyak hikmah juga tentunya. Terutama masalah komunikasi, mengenali berbagai tipe pasien, lebih termotivasi untuk mendalami mengenai farmasi klinis,serta butuh ketelitian juga kecepatan dalam analisa resep. Intinya sih cukup full pressure. Hehe. Tapi ya dijalani saja ya..
Banyak kejadian yang kucatat ketika aku menyerahkan obat pada pasien. Dari hal yang kecil. Misal seperti ini. Aku punya teori baru, bahwa seorang ayah itu biasanya tidak terlalu mengingat tanggal lahir  anaknya, beda dengan seorang ibu yang biasanya hafal sekali tanggal lahir anaknya. Lho? Kok malah ke urusan tanggal lahir? Hehe.. Ada hubungannya kok.. Ketika menyerahkan obat, harus dilakukan identifikasi pasien, agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat dan untuk pasien safety. Nah, identifikasi pasien ini bisa dilakukan dengan cara menanyakan tanggal lahir pasien atau nomor rekam medis pasien. Tanggal lahir atau nomor rekam medis pasien bersifat khas, sehingga bisa dijadikan sebagai alat identifikasi pasien. Aku lebih memilih untuk menanyakan tanggal lahir ketimbang nomor medrec, karena biasanya pasien tidak ingat nomor medrecnya. Untuk pasien dari poli anak, biasanya aku bertanya pada orangtuanya (ayah atau ibunya) tanggal lahir anaknya. Biasanya nih, kalau ayahnya yang mengambil obatnya, ketika kutanya, “Mohon maaf, Pak, bisa tolong disebutkan tanggal lahir anaknya?”, sang ayah tersebut akan diam sejenak untuk mengingat-ingat tanggalnya sambil senyum-senyum. Hehe. Beda kalau ibunya yang mengambil obat dan kutanya hal yang sama, ibu tersebut akan segera menjawab dengan pasti tanpa berfikir dulu biasanya. Ini sudah kusurvei untuk cukup banyak pasien lho.. Hehe. Walaupun ada juga ayah yang sangat hafal tanggal lahir anaknya. Dan kuberi reward dalam hati dan kucatat, ”Wah,, subhanallah, ayah teladan”.. Hehe..

Itu tentang teori yang kudapat.
Ada lagi yang bisa buat mati gaya. Hadeh. .
Suatu saat aku menyerahkan obat pada seorang pemuda usia 27 tahunan, dari dokter rehab medis. Ya seperti biasa, aku melakukan identifikasi pasien, lalu menjelaskan mengenai obat-obat yang ia peroleh. Mengenai aturan pakai, efek samping yang mungkin timbul, apa saja yang harus ia perhatikan ketika mengonsumsi obatnya, dll. Ketika di akhir penjelasanku, aku bertanya padanya, “Ada yang kurang jelas atau ingin ditanyakan, Mas?”, ia tersenyum sambil berkata, “Saya mau tanya, tapi bukan tentang obat-obat saya, boleh Mbak?”. Oh, mungkin tentang obat punya keluarganya, atau siapanya kali ya, pikirku. Kujawab, “Boleh Mas, silakan”. Pertanyaannya yang buat aku mati gaya karena tidak menyangka kalau pertanyaannya ternyata random.. Mas itu bertanya, “Mbak bulu matanya pake bulu mata palsu bukan?”. Ini gubrak.com!!!!!! Calm, Inggi.. Setelah kukuasai diri, barulah aku menjawab, “Bukan Mas, Alhamdulillah ini asli, pemberian Allah.. “. Dan ia menjawab, “Oh.. subhanallah, bagus soalnya...”. Dan aku tidak berkata apa-apa lagi, selain senyum saja. Masnya ini ada-ada aja.. Pantesan dari tadi saat kujelaskan tentang obat-obatnya, ia senyum-senyum aja. Ups! Eh, ga boleh gitu,, siapa tau emang masnya itu ramah dan suka senyum.. Istighfar...Istighfar.. Hehe.. Maaf ya Mas...

Ada lagi, saat aku sedang di depan, melihat antrian di komputer, ada seorang dokter yang menghampiriku. Kupikir, mungkin dokter tersebut mau membeli obat. Ternyata, saat ia mendekat, ia hanya berkata, “Rumah sakit itu tempat penyebaran penyakit. Kalau daya tahan tubuh sedang turun pake masker yaa..” Dan setelah itu ia pun berlalu meninggalkanku yang hanya diam terpaku mendengarnya. Hehe. Kujawab saja meskipun ia sudah tidak ada di hadapanku. “Iya, dok..”.. Hehe. 

Itu mati gaya..
Ketika aku menyerahkan obat untuk pasien penyakit kronis, seperti diabetes atau jantung, jadi mengingatkan diri sendiri untuk lebih menjaga keshatan dan banyak bersyukur. Pernah menyerahkan obat pasien diabetes, seorang bapak berusia 72 tahun. Seabrek obatnya, obat oral dan injeksi insulin yang jumlahnya hampir 10 pen insulin. Kutanyakan pada bapak tersebut, “Bapak sudah biasa menggunakan obat-obat ini?”, dan ia menjawab, “Sudah Nak, sudah hampir 7 tahun”, dan ia tetap tersenyum. Masya Allah.. Aku tidak bisa membayangkan setiap hari, setiap pagi, siang, sore dan malam, ia menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya sekian unit, selama 7 tahun terakhir ini? Ah, semoga Allah memberi bapak itu kesabaran dan kekuatan dalam menjalani pengobatannya. Semangat bapak! :)

Ada juga seorang ibu yang usianya hampir sama dengan bapak tadi, tapi lebih muda sih, sekitar 68 tahun. Namun, ibu tersebut mendapatkan obat-obat jantung yang begitu banyak. Beliau diantar oleh anaknya. Setelah aku menjelaskan tentang obat-obatnya yang sudah rutin beliau pakai, ibu tersebut tersenyum begitu ramah dan antusias sambil menyalamiku dan mendo’akanku. Subhanallah.. Berkah Allah ada dimana-mana ya.. Alhamdulillah bukan bapak-bapak, jadi aku kan bisa menggenggam tangan ibu tersebut dengan begitu erat .. 

Sekarang berlanjut pada kesimpulan..  Meskipun setiap hari kita melakukan rutinitas yang mungkin sama dari hari ke hari, tapi insya Allah ada hal baru yang kita peroleh setiap harinya. Dan itulah yang memberi perbedaan dari satu hari ke hari lain. Ada tarbiyah baru yang Allah berikan untuk kita setiap saat. Seperti shalat yang kita lakukan. Jika itu hanyalah rutinitas semata, maka bisa jadi kita akan kehilangan hakikat dari shalat tersebut. Kehilangan makna, karena ia hanya sebatas pemenuhan kewajiban saja. Dan akan sangat merugi jika seperti itu. 


Seperti langit sore yang kutatap setiap senja
Tak pernah ada rasa bosan melihat lukisanNya itu
Selalu berbeda keindahannya
Meski mungkin ia adalah langit senja yang sama yang kutatap kemarin



-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selasa, 04 September 2012

Released : My Family Album!

Finally!!
Finally apa ini teh? Hehe.. #modus

Akhirnya, keluarga kami punya juga foto keluarga. :) 
Sebenernya sih udah lama banget pengen foto keluarga. Tapi selalu sulit mengumpulkan semua untuk foto, padahal cuma berempat sih. 

Mulai dari masalah dresscode, sudah dipikirkan jauh-jauh hari. Adikku mengusulkan untuk memakai hanbok.. Baju korea gitu.. Tapi ayah sama ibu ga setuju. Awalnya aku juga ga setuju sih, tapi ade bilang, "Bagus, mbak.. Lucu tau..Hehe..". Ya boleh aja sih, tapi mau cari dimana? Ah, memang adikku itu korea mania.. Akhirnya hanbok pun didelete dari daftar dresscode yang akan kami pakai di foto keluarga nanti. 
 
Setelah sekian lama direncanakan, alhamdulillah... ternyata waktu terbaik untuk foto keluarga kami adalah pada H-1 idul fitri tahun ini, alias tanggal 18 Agustus kemarin. Adikku sudah libur dari kantornya, jadi ia sudah di Bandung. Kami sepakat untuk bertemu di Jonas Banda pada sore hari, karena H-1 idul fitri pun aku masih bekerja..:(

Setelah memilih-milih paket kami menuju studio. Aku sih edisi ganti kostum secepat kilat. Hehe. Tanpa persiapan apapun. Yang tersisa adalah energi sisa kerja.. karena ternyata, pasien di rumah sakit H-1 idul fitri tetap saja banyak.

Dan kemarin, aku mengambil hasilnya. Membawa foto 16R dengan frame itu memang sesuatu sekali.. Hehe..

Inilah hasilnya...


It's wonderful.. :)
 Ibu dan ayahku tercinta..
My lovely parent
 Ini aku dan adikku.. Adik yang lebih dewasa dan lebih caaantiik.. Hehe.. :)

My beloved sister.. The only one and only.. :*




 
Overall... Semoga Allah berkenan memberikan cinta dan petunjukNya selalu untuk keluarga kami.. :*


-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..