Kamis, 01 Mei 2014

Anak-anak Akhir Zaman

Tadi pagi... liat fb, liat newsfeed... ada temen yamg ngeshare status temennya... isinya bener-bener serem... Ini isinya...

Repost dr status bund novelia ummu nayfah
—Baik dibaca para orang tua dan calon
orang tua—
Nayfah, putri saya, bisa dibilang “anak
pingitan”. Saangat jarang main keluar
bersama teman-temannya kecuali saya
mendampinginya. Saya tak peduli para
tetangga mengatakan saya ”overprotektif”
atau apalah. Saya hanya ingin perkembangan
Nayfah bagus, tidak terpengaruh dengan
pergaulan yang bisa membuatnya menjadi
”anak nakal”.
Dan hari ini, kekhawatiran saya terbukti
(lagi).
Pagi ini, ada 3 orang anak bermain di depan
rumah. Sebut saja si A (laki-laki sekitar 6
tahun), si B (laki-laki sekitar 4 tahun), dan si
C (perempuan sekitar 4 tahun).
Awalnya, tak ada yang aneh dengan
pembicaraan anak-anak itu. Hingga si A,
anak lelaki terbesar, berkata dengan lantang,
”Main pipis- pipisan yuk!”
Mendengar itu, saya langsung melongok ke
depan lewat jendela.
Takutnya anak-anak itu pipis sembarangan di
depan rumah. Selain najis, itu nggak sopan.
Mau
saya tegur jika memang terjadi. Tapi yang
saya lihat selanjutnya adalah sesuatu yang
sedikit
”berbeda”. (perlu diketahui, saya ngumpet
supaya anak2 itu tidak tahu bahwa mereka
diawasi).
A: Main pipis-pipisan yuk!
B: Gimana tuh? (Si B sepertinya tertarik)
A: (berkata pada Bukan elu,bego! Tapi gue
ngajak C!
C: Mainnya gimana, A?
A: Elu jongkok. (sambil dilaksanakan oleh si
C) Nah, gue begini... (Si A berdiri di depan si
C yang sedang jongkok, sambil seolah-olah
memberikan –maaf— penisnya).
A: Nah, elu minum pipis gue!
Subhanalloh...!!! Saya ga bisa nahan emosi.
Saya buka pintu, langsung ke pagar. ”Main
apa, Sayang?” Tegur saya. Si A langsung lari,
diikuti oleh si B dan si C yang mungkin
merasa harus lari juga.
Duuuhhh... itu adegan kok sangat
memprihatinkan yah... dan itu bukan yang
pertama kali. Sudah
beberapa kali saya mendapati anak-anak
berusia 7 tahun kebawah bercerita tentang
sex positions.
Entah ortu mereka teledor menaruh buku/CD
sembarangan, atau memang dibiarkan begitu
saja?
Tetangga-tetangga sekitar saya, sudah
terbiasa membiarkan anak mereka bermain
dengan teman-
temannya tanpa pengawasan. Bahkan saya
yang memegang teguh prinsip ”lebih baik jadi
anak
pingitan daripada jadi anak liar” dianggap
kolot, tak mau bersosialisasi, dan sebagainya.
Saya
terima itu. Tak masalah orang lain berkata
apa, yang penting Alloh tahu alasan saya
baik. Cukup Alloh yang tahu.
Sudah menjadi kebiasaan di sini, para ibu
menyuruh anaknya bermain keluar rumah
agar mereka
bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Padahal,
itu bisa menjadi bumerang pada mereka
sendiri.
Anak-anak akan tumbuh tanpa pengawasan.
Kita tak bisa mengoreksi informasi salah yang
mereka dapatkan saat bermain jika kita
sendiri tak tahu bagaimana mereka bermain.
Jadi, bagi para bunda, mohon dengan sangat
ya Bun...selalu temani anak jika bermain di
luar
rumah. Atau kalau mau pakai cara saya juga
boleh. Ajak saja teman-temannya bermain di
rumah, jadi kita bisa sambil mengawasi.
Rumah berantakan itu resiko. Tapi insya
Alloh itu lebih baik daripada rumah rapi, tapi
psikologis anak kita yang ”berantakan”.
*Mohon bantu SHARE, agar lebih banyak lagi
bunda yang tahu.

Huaaaa... serem bangeet... anak umur 7taunan gitu...udah tau hal-hal kaya gitu... astaghfirullah...

Lingkungan tempat anak kita berada saat ini sudah tidak aman.. Tantangan yang dihadapi anak kita jauh luar biasa dibanding zaman kita dulu... Pekerjaan rumah kita sebagai orangtua masih begitu banyak... Benarlh bahwa menjadi orangtua adalah amanah yang besar dan tak mudah... Namun banyak dari kita yang tak membekali diri dengan keilmuan yang mumpuni saat menjalani fase tersebut...

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..