Rabu, 09 Mei 2012

Taqarrub

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), maka ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring." (An-Nisa : 101)


Seberapa besarkah shalat kita selama ini telah berpengaruh kepada kehidupan kita sehari-hari? Ah, tidak usah jauh-jauh menilai orang lain. Diriku sendiri saja. Hm, usia hampir 25 tahun, sudah banyak shalat yang kulakukan, raka'at yang telah tertunaikan, hm, lalu, seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupanku? Mungkin memang telah banyak shalat yang kulakukan, namun entah berapa yang diterima oleh Allah, berapa yang kulakukan dengan sempurna, atau bahkan mungkin tak ada? Berapa yang kulakukan di waktu awal atau bahkan justru kulakukan di sisa wa ktu dan menjelang waktu shalat berikutnya? 

Miris. Malu pada Allah. Amalan yang pertama kali kan ditanya, justru malah menjadi amalan yang mudah pula ditinggalkan bagi sebagian orang. Malu pada Allah. Ketika kita mengecilkan ketaatan terhadap Allah dengan alasan dunia, padahal tak sedikitpun dari ketaatan kita yang akan menambah kemuliaan Allah, dan tak sedikitpun kemaksiatan kita yang akan menurunkan kemuliaan Allah. Kitalah yang pada sesungguhnya membutuhkan ketaatan itu, termasuk shalat. Tak hanya sekedar kewajiban. Ia adalah kebutuhan yang membuat kita menjadi manusia seutuhnya. Tak percaya? Ya buktikan saja. hehe. Betapa banyak manusia yang terlihat begitu menggenggam dunia, namun hatinya gersang dari kebahagiaan. Padahal, semua sudah dimilikinya. Tak ada yang kurang dari pandangan manusia. 

Jadi teringat kejadian ketika SMA dulu. Ada seseorang bapak yang kutemui di angkot, dan tiba-tiba berkata padaku, "Nak, kalau kamu lagi shalat, jangan bawa sesuatu yang diluar dari shalat itu ke dalam shalatmu, tapi, ketika kamu tidak shalat, bawalah nilai shalatmu kedalam kehidupanmu." Ups! Iya juga yah. Nasihat yang kudapatkan bermula dari aku tersenyum pada bapak itu. Hoho.. Hikmah menyebarkan senyum juga nih.. (walaupun ga senyum-senyum sendiri juga..:) ). Aku bahkan sudah lupa wajah bapak itu. Tapi kata-katanya masih kuingat hingga kini. Makanya ketika muraja'ah An-Nisa 101 tadi, jadi teringat ke beberapa tahun silam saat aku bertemu dengan bapak itu. Ah, semoga Allah senantiasa merahmati beliau. Aammiin ya Rabb..:*

Ingatlah Allah, ketika berdiri, duduk, dan berbaring. Sehingga ia menjadi perisai kita dari bermaksiat kepadaNya. Agar senantiasa kita merasakan pengawasannya. Namun, bagiku, lebih karena agar merasakan Allah selalu dekat dengan kita. Kedekatan kita dengan Allahlah yang menentukan seberapa berkualitasnya amalan kita. 

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..