Minggu, 20 Mei 2012

My Lovely Family

Seorang anak yang dibesarkan oleh ayah berdarah Jawa dan ibu berdarah Padang. Itulah aku. Anak pertama dari dua bersaudara. Aku besyukur dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga ini. Meskipun aku sangat menginginkan punya kakak laki-laki (haha.. tetep..), tapi banyak cara yang Allah berikan untuk tetap dapat merasakan bagaimana memiliki kakak laki-laki (ya kakak sepupuku yang laki-lakilah jadi korbannya..:D). Perpaduan Jawa Padang itulah yang membuatku bisa melihat dua kultur yang berbeda. Warna yang berbeda pula. Oke, back to the topic. Alhamdulillaah aku memiliki amazing parent seperti ayah dan ibuku. Dan tentunya my lovely sister seperti adikku, saudara yang hanya terpaut satu tahun tiga hari dariku.

(moslem-cartoon.blogspot.com)


Ada ibuku.
Bagaimana tidak luar biasa, ibuku berhasil membuat anak-anaknya shaum Ramadhan full dari fajar hingga maghrib,dan full selama 1 bulan, dari usia 4 tahun. Itu adikku. Kalo aku sih pertama shaum full ya umur 5 tahun (pas ade 4 tahun). Adikku hanya "kalah" di hari pertama shaum Ramadhan, itupun di jam 5 sore. Ibuku atau ayahku tidak memaksakan kami untuk shaum Ramadhan saat itu. Apalagi memang usia kami yang masih belia saat itu. Halah. hehe. Aku dan adikku hanya melihat ibu dan ayahku shaum dan sahur, itu saja. Dan sejak saat itu, aku dan adikku shaum Ramadhan full, sebulan penuh. Kok bisa ya?
Ibuku juga berhasil membuat anak-anaknya ini di usia yang masih kanak-kanak, tahan untuk berdiri dan mengikuti shalat tarawih di masjid 11 raka'at. Itupun tanpa paksaan. Padahal, dari kaca masjid sebelahku berdiri, aku bisa melihat anak-anak lain seusiaku berlari-lari dan bermain di luar, tidak ikut shalat tarawih. 
Ada lagi, ketika ibuku memutuskan untuk berjilbab di tahun 1995an, aku dan adikku juga ingin memakai jilbab juga. Saat itu kami masih SD, dan ibuku bilang, nanti saja kalau kami sudah SMP. Akhirnya, aku dan adikku mengenakan jilbab ketika kami SMP kelas 1. Itupun, lagi-lagi tanpa paksaan. 
Al-Quran.. Sudah diperkenalkan kepada kami sejak kami kecil. Saat teman-teman kami masih belajar iqro', aku dan adikku sudah bisa baca Al-qur'an ketika berusia 5 atau 6 tahun. Bukan sombong, tapi inilah kehebatan ibuku. Bisa membuat kami seperti ini. Subhaanallaah.. Alhamdulillaah.. 
Akhirnya aku tahu rahasia ibuku kenapa bisa membuat kami "seperti itu".. Hehe.. Kata ibuku, karena dari kecil sudah ditanamkan rasa takut dan cinta pada Allah, takut akan nerakanya, dan senang akan surganya. Iya juga sih, soalnya setiap sebelum tidur dulu, bukan cerita negeri dongeng yang kami dengarkan, tetapi cerita tentang nabi dan rasul, surga dan neraka (tapi ceritanya ga serem kok.. hehe), dan tentang Dzat yang telah menciptakan kami, Allah.. :). Iya juga ya? Inggi..Inggi.. Kenapa ga kepikiran kesana sih? Ckckckck..

Ada ayahku.
Ayahku itu hebat. Mendidik kami dengan kebebasan yang bertanggungjawab. Dari kecil. Dulu, aku ingat, aku tidak boleh bilang "terserah", karena itu artinya kita tidak punya pilihan. Meskipun sekarang juga masih aja suka bilang terserah.. Hehe.. Kalo kepepet.. Ayahku yang lebih memilih untuk membelikan buku daripada mainan. Dan akhirnya, aku dan adikku pun sudah bisa membaca saat kami bahkan belum memasuki TK. Ada hal-hal yang mungkin kalo kupikirkan sekarang, kok bisa ya, tapi aku melalui itu dengan ayahku. Yang paling kuingat ya ketika aku dan ayahku naik motor pulang pergi Bandung-Jakarta. Pertama kali kulakukan saat aku masih SMP. Saat itu Ramadhan. Ayah hendak ke Jakarta untuk mengurus perpanjangan motor (aku lupa apanya). Ayah sedang tidak fit saat itu. Ibuku agak khawatir. Tanpa ragu, aku bilang aja kalau aku mau ikut sama ayah ke Jakarta. Yang ada dalam benakku saat itu, biar ayah ada temen aja, lagian, kalau ayah bawa aku, ayah ga akan ngebut kan.. haha.. Tapi sampai di Jakarta, habislah aku dimarahi oleh pakde, bude dan si mas karena ikut ke Jakarta naik motor. Capek? Sangat. Badanku terasa mau remuk. Tapi ga kapok kok. Hm, terakhir aku naik motor dari Jakarta ke Bandung saat aku lulus apoteker 2010 lalu. Terbukti kan aku ga kapok? :) Ayahku juga membuatkan papan tulis di salah satu tembok bagian rumahku. Biar gampang kalau ayah mau ngajarin kami tugas-tugas sekolah. Papan tulis itu sudah tidak ada lagi sekarang. Semenjak rumah direnovasi tahun 1999. Cuma ayah juga yang sempet-sempetnya ngerekam suara aku waktu aku menangis. Yah, meskipun sekarang entah dimana rekamannya. Cuma tersisa fotoku yang sedang menangis aja, dan dijadikan wallpaper ayah di hpnya sekarang. 

Ada adikku. 
Yang meskipun kami dulu sering berantem, tapi dialah yang sebenarnya menjadi partnerku dalam beramal. Memulai amal-amal baru di hari-hari kami. Menemani untuk mengejar cinta-Nya, dan menemani untuk menata diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Alhamdulillaah karena aku dibesarkan dalam keluarga ini. Meskipun aku tahu, aku belum bisa menjadi anak dan kakak yang baik, tapiiiii aku akan berusaha lebih keras lagi! Semangat! Hehe.. Dan terutama menjadi hamba yang lebih baik lagi dimataNya.

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..