Kamis, 12 Juli 2012

Traffic Jam

Dua jam perjalanan pulangku dari rumah sakit ke rumah hari ini. Macet sekali.. Mulai dari depan stasiun,      Kebon Kawung, masuk Pasirkaliki, Istana Plaza, lalu masuk Pasteur.. Hmm.. Bertambahlah macetnya... Maranatha, jangan ditanya, sudah tentu padat merayap. Dua jam. Seperti perjalanan ke Jakarta aja. Bahkan ke Jakarta pun bisa kurang dari dua jam. Aku pernah mengalaminya. Itu yang nyetir Mas Didit soalnya. Hehe.. Padahal dulu belum ada Cipularang lho, dan kami melewati Puncak. Sempat shalat Isya dulu bahkan di Masjid Puncak. Masku ini emang jago banget kalo nyetir. Ketika  masuk tol Pasteur, Mas Didit bilang pada kami-kami adiknya ini,"Nih ya, liat nih, jam setengah 9, kita udah sampe kota Jakarta." Itu baru pukul 18.45 WIB. Dan memang benar, jam setengah 9 malam, kami sudah keluar dari pintu tol dan masuk kota Jakarta. Ini si mas yang ekstra ngebut, apa emang jalanannya sepi banget yah? Tapi aku tidak merasa Mas Didit ngebut banget.. Aman-aman aja soalnya adrenalinku. Oke banget nih si mas. :)



Oke2. Balik lagi ke perjalanan pulangku yang akrab dengan macet. Aku paling tidak suka macet. Meskipun pernah juga mengalami macet sampai 8 jam waktu pulang ke Surabaya saat menjelang Idul Fitri. Lagian siapa juga sih yang suka sama macet? Waktu terbuang, sampai di tempat tujuan telat, dan yang paling aku tidak suka, macet itu pemicu emosi. Hm, semacam depresan gitu. Tapi, disisi lain, aku bisa ambil sisi positifnya juga. Melatih kesabaran. Mengendalikan diri untuk tidak mengeluarkan keluhan.  Macet hari ini berhasil menemaniku mengulang hafalan juz 22. Setelah selesai, akhirnya aku yang kalah. Ketiduran. Hehe.  

Lebih suka jika jalanan tidak macet. Lebih suka kalau pergi kemana-mana, jalan lancar-lancar saja, bisa sampai lebih cepat, waktu lebih efisien. Tapi... Seperti itulah kehidupan kita. Tidak mungkin kita berharap hidup tanpa masalah, tanpa tantangan. Adakalanya kita harus terjebak dalam situasi yang tidak kita inginkan. Jika Allah membiarkan kita tanpa masalah, maka mungkin kita yang harus bertanya pada diri kita. Adakah yang salah dalam diri? Ketika Allah memberi masalah, maka ada yang Allah inginkan dari diri ini. Menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijak, lebih dekat denganNya, dsb. Jika kita tak terbiasa dengan masalah, maka kita belum teruji. Sekali lagi, bersyukur karena Allah masih berkenan untuk menguji kita yang tak seberapa ini. Tetap berharap, semoga cinta indahNya membersamai kita dalam setiap ujian yang Ia berikan. 

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..