Jumat, 13 November 2015

Jilbab Syar'i, Antara Syariat dan Trend Fashion

Ini cerita pas kemarin Nanda nikah di Jakarta. Aku memang bagian ikut didandanin. Ini terjadi saat aku akan dipasangi jilbab oleh salah satu periasnya. Bikin nyesek dan speechless.

Saat itu aku berkata pada ibu perias, agar jilbabnya menutup dada. Lalu si ibu pun berkata seperti ini, "Kamu pakai jilbab syar'i ya?", sambil tersenyum.

Aku cuma bilang iya, sambil tersenyum, meski ada rasa heran di benak. Kan memang kewajiban menutup aurat itu ya harus sesuai syari'at bukan? Atau dengan kata lain, jilbab yang dipakai memang harus syar'i kan?

"Hehe, gapapa, syar'i juga.. sekarang kan emang lagi trendnya jilbab syar'i...", lanjut si ibu.

Makin bingung kan?
Aku cuma tersenyum agak kecut asem gimana gitu kali yak.. haha.. mau ngomentarin juga bingung.
Saat aku berkata bahwa bagian depannya kurang panjang sedikit, ibu itu bilang sambil tertawa,"Dasar anak-anak."

Haha.. gubrak.com :D

Yah kuanggap aja deh ibu perias itu memang ga tau. Meskipun ibu perias itu berjilbab juga.

Jilbab syar'i, antara kewajiban atau sebagai trend fashion?

Saat ini memang banyak produsen yang membuat dan menjual produknya yang diberi nama hijab syar'i, jilbab syar'i, gamis syar'i, atau apapun namanya, ditambahkan syar'i di belakangnya.
Disatu sisi memang ini bagus. Namun ternyata, di sisi lain, jilbab syar'i ini hanya dimaknai sebagai trend fashion semata. Berlomba memakainya karena hal tersebut sedang hits. Mirisnya lagi, banyak yang menjual produknya dengan memberi harga yang sangat tinggi, misal gamis seharga diatas 500 ribu rupiah, atau bahkan jutaan rupiah. Kasian dong yang ga punya uang untuk beli baju mahal-mahal itu, ga bisa berjilbab syar'i... #eh. Padahal syar'i itu tidak ada syarat baju harganya harus sekian sekian.. Ahahaha... Sewajarnya harga baju yang bisa kita beli. Ya ga usah terlalu lebay juga.. setiap hari pakai gamis harga mahal. Wkwkwkwk.. Ya mungkin memang mampu, tapi, untuk sebuah pakaian yang akan kotor, rusak, dll, tampaknya agak berlebihan juga. Bukankah pakaian yang paling baik itu tidak dinilai dari hargannya? Sejatinya, pakaian yang terbaik adalah taqwa.

Jika jilbab syar'i dimaknai sebagai trend fashion semata, maka ia akan ada saat naik dan turun. Ada saatnya ia banyak dipakai, ada saatnya pula ia akan ditinggalkan. Padahal, jika kita memaknainya sebagai suatu kewajiban dan syariat yang sudah diturunkan untuk muslimah, maka ia akan tetap harus diperjuangkan. Tidak ada kata ditinggalkan. Karena memang begitulah syari'atnya.

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An- Nur 31)

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

2 komentar:

  1. Setuju mba, memang harus diluruskan niatnya. Dan semoga yang menggunakan jilbab syar'i bukan ikut trend saja, tp karena Allah, aamiin heheh

    -inotsu-chan.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa... harus terus meluruskan niat yaa... :)) aamiin... makasi udah mampir :)

      Hapus

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..