Kamis, 28 Maret 2013

Memoar ITSAR 2009 : Infokus ITSAR

Setelah kemarin libur mengupload tulisan dari Memoar ITSAR 2009, alhamdulillah.. hari ini bisa upload tulisan lagi.. Kali ini tulisan yang ku-upload adalah tulisan dari suamiku, bang Yahdi Siradj (eh, iya kan? wkwkwk...ampun, bang! ^^).  Hehe... Bukannya narsis, tapi emang tulisannya ada di Memoar ITSAR 2009, jadi ya ku-upload aja.. :P. Tulisan ini tentang pembelian infokus ITSAR dan latar belakangnya.. (da si abang mah kalo nulis teh banyak prolognya... :D). 
Tapi, apapun itu, semoga tulisan ini bisa menyemangati kader2 ITSAR lagi.. terutama danus! hehe...!

Infokus... Sebuah langkah awal dari ITSAR KAYA menuju ITSAR JAYA

Dari dulu saya dan Teh Asti memang sepikiran : "Kita butuh infokus. ITSAR kalo bisa punya Infokus sendiri". Entah sejak kapan tepatnya pikiran itu muncul tapi yang pasti ide itu ada ketika ITSAR lagi gak punya apa-apa. Nyari duit susah, mau kegiatan danusnya setengah mati. 
Yang jadi beban adalah setiap SMP 2 mau make infokus selalu nyewa sejamnya 20ribu. Buat organisasi remaja mesjid kayak KRM, uang segitu tuh sayang banget melayang dalam waktu sejam hanya demi menyewa infokus. Kalau dipake makan sih gak papa :D, tapi kalau dipake infokus.. Oh.. gak rela rasanya. SMP 2 hampir tiap minggu make infokus. Terutama buat kegiatan Squad Shoiqoh dimana materinya musti kudu harus menggunakan infokus. Karena yang ikut cukup banyak, dan yang dijelasin tuh mengenai internet. Bisa mati kutu belajar internet tanpa infokus. Kutunya mati karena saya stress gak bisa ngajar dan garuk-garuk kepala terus.

Akhirnya terpancang niat dalam hati bahwa suatu saat ITSAR harus punya infokus. Biar saya lebih leluasa mengajar internet. Biar gak usah bayar-bayar lagi. Biar gratisss sekalian dan bisa make sepuasnya. Mau dipake nonton pas acara mabit gak masalah.. Mau dipake training juga gak masalah. Pokoknya ITSAR harus mandiri dalam hal penggunaan Infokus. Lagian acara ITSAR itu sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, eh salah, maksudnya sedikit sedikit ada- sebentar sebentar ada. Sekarang ada kegiatan, besoknya udah ada rapat lagi merencanakan kegiatan yang lainnya. Jadi yang namanya infokus itu sudah menjadi kebutuhan primer dan gak bisa ditunda-tunda lagi. Teman-teman yang lain juga sudah ada yang bermimpi suatu saat ITSAR buat semacam lembaga pelatihan. Gimana mau terwujud mimpinya, kalau infokus saja belum punya??

Kita percaya sama yang namanya PUISI LANGKAH. Puisi inilah yang menginspirasi saya dan kawan-kawan untuk senantiasa beramal di ITSAR ini. Berikut puisinya:

LANGKAH

Langkah keseratus akan tercapai
Setelah langkah pertama, kedua dan ketiga

Derap langkah itu tengah kita ayunkan bersama
Disini, di tempat yang penuh makna dan arti

Dalam menuju langkah-langkah selanjutnya..
Pernahkah kita SURUT karena TAKUT??
PATUTKAH kita MENYERAH karena LELAH ??!!

REGUK SEMUA YANG ADA !!
TANAMKAN PADA JIWAMU !!
LATIH DIRI, TEMPA DIRI !!!

hari ini harus lebih baik dari hari kemarin !!
Dan esok harus lebih baik dari sekarang !!!

Dan...
Langkah keseratus,
BUKANLAH LANGKAH TERAKHIR !!!


(JJ, dalam buku kaderisasi ITSAR)
Semuanya diraih dari langkah yang sederhana. Kita wajib bermimpi besar, tapi kita lebih wajib memulainya dengan langkah-langkah yang sederhana. Tak perlu tergesa-gesa membuat lompatan besar. Cepat atau lambat, tujuan itu kan kita raih jua. Hanya semangat juanglah yang menentukan apakah kita mencapai mimpi-mimpi kita atau menyerah di tengah jalan.
Begitupun filosofinya dengan pembelian infokus ini. Kita punya mimpi membuat Lembaga Training ITSAR, maka mari kita wujudkan dengan membeli infokus dulu. Setelah itu, kita buat modul-modul pelatihan, lalu kita beli whiteboard dan spidol sampai akhirnya kita memiliki gedung 5 lantai seluas 2 hektar dengan 8 pintu gerbang utama, 11 lift dan 13 eskalator. 
Ternyata tekad itu tidak sia-sia. Di tengah jalan, ITSAR menemukan peluang untuk mencari dana. ITSAR belajar danus sendiri! Kita jualan CD E-book, kita sebar brosur NF, kita jualan kue, kita kumpulkan koran bekas, dan kita bikin kupon akhirat. Tabungan ITSAR sampai juga ke 7 digit. Upaya danus pun berkembang. Bermunculanlah kader-kader bermata hijau yang selalu berpikir bagaimana mencari uang demi dakwah. Sebenarnya yang bermata hijau bukan kader-kader, tapi "kader" saja cukup. Yaitu saya :) walaupun alhamdulillah di kemudian hari saya dibantu oleh partner saya Nida, Rahmi dan Ria. Semoga akan bertambah kader-kader lainnya yang mau ikut berdanus bersama TIM Danus ITSAR (punten ah, promosi).

Sebuah pengumuman, bahwa ITSAR harus dan bisa kaya dikumandangkan lewat pembelian infokus pertama kali. Surveynya dilakukan sepenuh hati. Sewaktu ke BEC saya kukurilingan ke semua toko infokus. Saya masuki tokonya satu persatu. Berjihad mencari produk yang yahud tapi bukan buatan yahudi kalau bisa. Mencari produk yang murah, tapi kualitasnya gak yang murahan. Mencari infokus yang ciamik persis mirip dengan orang yang sedang mencarinya itu. Akhirnya dari hasil survey lewat internet dan berkunjung langsung ke titik lokasi, saya putuskan untuk membeli infokus Benq Tipe 5000. Kualitas SVGA, lumens 2500, harga pangmurahna, di internet didaulat sebagai produk best seller. Dari aroma namanya juga gak kecium bau-bau zionis walaupun memang mesinnya sedikit amis. Mungkin sewaktu shipping dari Taiwan ke sini kapalnya sempet dipake ngangkut ikan hasil tangkapan nelayan, huehuehue…


Sejak saat itulah saya optimis, bahwa ITSAR suatu saat bisa KAYA! Punya uang dan Baitul Maal sendiri. Bisa bikin Lembaga Zakat ITSAR sendiri yang dipegang Kang Yedi, bisa punya bank sendiri yang nanti dimanajeri oleh Bayu dan Fachri. Punya apotek sendiri yang dipegang oleh Rini, Ria dan Teh Mia. Punya bengkel dan pabrik kendaraan perang milik Nina Konitat, punya kebun binatang yang digawangi oleh Tejo, Camar dan Ririn. Punya gedung universitas sendiri yang dibangun lewat tangan emas Birza dan anti banjir lewat sistem pengairannya Aina yang canggih karena dipadu dengan program yang super elit, dan juga disupport oleh panel solar sel buatan Yusal. Sementara dosennya ada Teh Onye , Teh Nana, dan Teh Devi. ITSAR juga punya rumah sakit sendiri yang dibentuk oleh dokter-dokter terbaik umat yaitu Kian, Putri, Azsya, Teh Ari, Tanri, Rahmi, Prili, Risma dan kepala perawatnya Anis. ITSAR juga punya pameran dan rumah seni yang diwujudkan oleh Hasri nantinya. Tidak hanya itu sudah siap sedia juga para teknokrat-teknokrat ulung yang menciptakan terobosan teknologi terbaru dari tangan terampil Aldi, Anta, JJ, Iqbal, Akrim, Dzikra, Andry, Adhi, Geva, Amhar, Taufan, Ramadhan, Nurlina, dan Agung. Untuk pertumbuhan kader? jangan takut... kan sudah ada Teh Asti yang megang Biro Pusat Statistk ITSAR... pokoknya masalah angka-angkaan teteh kita yang satu ini jagoannya. Pada akhirnya segala keuangan ITSAR, perputaran uang milyaran rupiah akan dihandle oleh Kang Iman businessman kita. Ketika visi ITSAR Kaya, Karya dan K'Aria terus menerus diwujudkan lewat amal-amal ITSAR, para kader-kader muda akan terus beramal hingga terwujud satu visi terbaru yang dicapai oleh kader - kader baru, generasi baru di masa yang akan datang. Visi itu adalah ITSAR JAYA…

Inilah tulisan rada maksa saya yang menyambungkan Infokus dengan ITSAR Jaya.... JAYA itu kepanjangan dari JAY-A alias JAY-Ayu huehuehue... piss Jay... Semoga terbentuk keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah… amin..

By : Yahdi Siradj


NB : Karena tulisan suami sendiri, jadi suka-suka ngomentarin ah...
       Bukan tulisan rada maksa, Bang, tapi emang maksa abis! hehehe... ^^ 

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-


1 komentar:

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..