Bertemu dengan DM akhwat ITSAR beberapa waktu yang lalu jadi mengingatkanku pada kondisiku dulu. Saat masih menjadi DM KRM Miftahul Huda. Mengingatkanku juga pada kondisi yang tak jauh berbeda dengan dulu. Hampir sama. Tarik-menarik kader. DS dan DK.
Dulu, banyak temanku yang bertanya, kenapa hingga kuliah pun, masih saja turun ke sekolah. Selalu tak ada habisnnya kalau membahas DS dan DK. Hehe...
DM itu apa? Direct Message?hehe... Twitter abis..
Bukan... DM yang kumaksud disini dalam ruang lingkup ITSAR. Singkatan dari Dewan Mas'ul. Jadi, setiap sekolah yang berada di bawah ITSAR, memiliki 2 DM, 1 DM ikhwan, dan 1 DM akhwat. DM ini bersatu dalam DMI alias Dewan Mas'ul Itsar.
Menjadi seorang DM itu, bagiku adalah suatu anugerah. Disamping itu adalah amanah yang berat. Menjaga gawang kaderisasi rohis sekolahnya. mengapa berat? Karena DM haruslah menjadi orang yang mengetahui kondisi lapangan sekolahnya, menjadi orang yang bisa bertahan saat orang lain mungkin sedang berhalangan, menjadi orang yang segala bisa. Hehe.. Walaupun aku dulu juga ya agak-agak ga bener juga jadi DM.. hehe.. Parah emang. Seorang DM pastilah memiliki aktivitas yang lain selain amanah sebagai DM, bukan? Misal, kalau dia anak kuliahan, pastilah ada aktivitas di tempat kuliahnya, atau kalau dia seorang yang sudah bekerja, pastilah ia harus melaksanakan kewajibannya, kalau dia anak SMA, pasti juga ada kegiatan di SMAnya. Nah, disitulah pentingnya prioritas. Aku hanya berkaca pada diriku dulu saja. Dulu aku juga seperti yang lain. Euforia kampus terkadang membuatku ingin mencoba segalanya. Ingin ikut semua kegiatan atau kepanitiaan. Boleh? Ya boleh aja.. Namun, seiring pemahamanku tentang prioritas, fokus dan lapangan di DS, aku menyadari bahwa ada yang berbeda antara DS dan DK. Aku lebih memilih DS, karena saat itu aku berpikir, bahwa jumlah SDM yang ada di DK sudah cukup banyak. Sedangkan di DS terbatas. Maka aku lebih memilih yang jumlahnya sedikit itu. Saat di DK, kita memiliki keuntungan yang mungkin sulit didapat di DS. Di DK, kita bisa mendapatkan pelatihan-pelatihan yang cukup banyak, karena kita menjadi subjek dan objek. Sedang di DS, kita lebih dominan sebagai subjek. Jika tak mau tertinggal, maka kita harus memiliki inisiatif yang cukup tinggi untuk mengembangkan diri. Itulah tantangannya. selain itu, saat kuliah, itu adalah masa golden age kita. Dimana kita bisa menjadi apapun di kampus, jika kita mau. Namun, lagi-lagi, pilihan itu kembali pada kita, bukan? Lagipula, aku melihat teladan yang nyata pada diri kakak-kakakku. Ada K'JJ yang tadhiyah dan disiplinnya luar biasa, ada teh Asti yang mengajarkan banyak hal dalam setiap sikapnya, ada Teh Onye yang tetap memprioritaskan ITSAR meski sibuk, dll. Menjadi DM bukanlah tanggung jawab yang ringan. Sadar atau tidak, itu adalah amanah yang pasti akan Allah minta pertanggungjawabannya kelak. Sejauh apa kita sudah optimal dalam menjalankan amanah itu.
Ah, lagi-lagi aku teringat akan kata-kata Teh Ari dulu,
"Jangan heran, jika kita melihat adik-adik kita tidak seperti yang kita harapkan, kualitas dan kuantitasnya. Karena mungkin, yang kita berikan pada mereka adalah waktu-waktu sisa kita, energi sisa kita setelah yang lain."
Bener juga ya...
Kalau kaderisasi atau pembinaan terlihat melemah, jangan salahkan adik-adik kita. Tapi coba kita introspeksi. Melihat sudah sejauh apa ikhtiar kita. Dengan ikhtiar kita yang belum sempurna saja, Allah masih baik untuk tetap menjaga adik-adik kita, bukan?
Allah memang baik sekali...
Buat teman-teman DM, bersyukurlah, karena menjadi DM itu anugerah. Bersyukurlah, karena amanah ini membuat teman-teman memiliki peluang lebih dalam beramal dan berjiddiyah.
NB : Ini sih tulisan dari sudut pandangku saja... Hehe...
Oiya, DM kan butuh regenerasi. Dan kita harus menyiapkan DM selanjutnya. Ceritanya mau ngadain training DM dan training calon DM. Ada masukkan? hehe...
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu Bergeraklah, karena diam berarti kematian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selamat Datang di Alam Pejuang
Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah
About Me
- inggi
- Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar