Selasa, aku masih berusaha browsing, apa ada travel selain Cipaganti yang ke Semarang. Eh, ternyata aku mendapatkan info tentang bis Pahala Kencana. Baru berhasil dihubungi Rabu siang. Ada sih keberangkatan hari Kamis, tapi siang. Sebelum kami memesan tiket Pahala Kencana, kami cek dulu apakah kami bisa mendapatkan tiket pulang pada ahad malam atau tidak. Ternyata tidak ada yang kosong untuk Ahad malam. Akhirnya, keberangkatan ke Demak pun dicancel.
Kukabari pakde. Jum'at sore, pakde baru balas sms, dan isinyaaaa.... *tuktuk*. Ternyata pakde sudah menyiapkan tiket pulang untuk kami dan lain-lainnya. Ku-sms abang. Dan.. Tak berapa lama, kami segera memutuskan untuk berangkat malam itu juga. Entah dengan apa. Kami berbagi tugas menghubungi travel, PO atau stasiun. Akhirnya, kami bisa berangkat dengan menggunakan KA Harina sampai ke Stasiun Tawang Semarang. (Sampai disini, aku berpikir, kami ini memang pasangan spesialis dadakan ya... hehe... :)).
Sampai Semarang sekitar pukul 05.15 keesokan harinya. Segera berwudhu dan shalat Subuh. Baru kali ini aku ke tempat pakde pakai kereta. Telfon pakde, tanya naik apa lagi ke rumah pakde di Demak dari stasiun. Oke, naik angkot sampai terminal Terboyo, lalu naik bis sampai depan rumah pakde. Karena kami ga hafal rumah pakde, jadi berhenti di Pasar Karanganyar.
Selama 3 hari di Demak, setiap hari kami pergi ke makam sunan-sunan. Sebenernya sih ga terlalu minat juga kesana, tapi pakde tuh promosi terus, yaudah, sambil jalan-jalan sambil nyenengin pakde juga, akhirnya kami pergi deh. hehe... Hari pertama ke Menara Kudus, makam Sunan Kudus, hari kedua, pergi ke Kadilangu, makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak, dan hari ketiga ke Gunung Muria, makam Sunan Muria. Pemandangan di ketiga makam tersebut hampir sama. Banyak orang yang mengaji di sekitarnya.Hmm... Miris memang... Di daerah jawa kan masih kental yang seperti itu.. Makanya, sebenernya kami ga terlalu tertarik ke makam sunan, tapi minimal jadi jalan-jalan... Tau Menara yang terkenal di Kudus, Masjid Agung Demak, dan pergi ke gunung! hehe... Beneran gunung. Jalan menuju kesana seperti ke Lembang kalau di Bandung. Untuk mencapai makam Sunan Muria, kami harus menaiki anak tangga yang begitu banyak. Kalo orang-orang ada yang sampai ngitungin jumlah anak tangganya. Kalau aku sih ngga.. Udah ngos-ngosan sendiri... Wkwkwkwk... :D
Well... Tapi banyak hal yang kudapat dari perjalanan ke makam sunan-sunan tersebut. Intinya satu sih, bahwa perjalanan dan peer dakwah kita masih begitu panjang... Bagaimana memberi pemahaman Islam yang baik terhadap masyarakat.
Disini juga aku bertemu dengan keponakan-keponakanku yang sudah lama tidak melihat mereka. Yang paling berkesan ya ketemu anaknya Mbak Rani, Randi dan Maudi. Bocah abisss!! Apalagi Maudi.. Cerewetnyaaa... Luar biasa. Ada hal yang paling lucu menurutku. Pagi hari ketiga, aku, abang, Mbak rani dan kedua anaknya pergi untuk sarapan di Lentog Tanjung. Sebelum masuk warungnya, di halaman warung ada pohon kersen. Dan si kecil Maudi meminta pada mamanya untuk mengambilkan kersen, namun, mamanya tidak menurutinya, karena buahnya cukup jauh. Akhirnya kami semua masuk ke dalam warung. Saat sedang makan di warung itu, ada kucing yang masuk dan mulai menghampiri tempat duduk aku, Maudi dan Mbak Rani. Spontan Maudi berteriak, "Om!! Ono kucing, Om... Wedi aku Om..". Kaki kecilnya segera ia angkat tinggi-tinggi. Suamiku membawa kucing keluar warung. Namun, tak lama, kucing itu masuk kembali, lalu Maudi berteriak lagi, dan suamiku membawa kucing itu keluar lagi. Hal itu terjadi 3 kali. Hehe.. Setelah makan, kami segera beranjak pulang. Saat di halaman warung, Maudi kembali meminta kersen, namun kali ini pada suamiku. "Om, kersen Om..."
Suamiku mengambilkan satu buah kersen untuknya dan memberikannya pada Maudi. Secepat kilat, buah kersen itu sudah ada di mulutnya. Melihat itu, si abang berseru, "Astaghfirullah..." dengan wajah yang terlihat menyesal. Kutanyalah, "Kenapa, Bang, ada yang lupa?", si abang hanya menggeleng seraya berkata, "Tadi abang ambil kersen pake tangan kanan, bekas pegang kucing... belum cuci tangan.. Kirain kersennya cuma buat mainan, ga langsung dimakan... Ternyata..."
Kami memandang Maudi... Dan... dia hanya tertawa penuh kemenangan, sambil memamerkan kersen yang ada di mulutnya... Ga tau kalo kersen itu udah bercampur dengan aroma kucing... Ya Allah... Hehe... Ekspresi abang sama Maudi tuh lucu banget.. Yang satu menyesal setengah mati, yang satunya malah tertawa gembira.. Tapi alhamdulillah, Maudi gak papa.. :)
Banyak yang kami dapat disini... Interaksi dengan bocah-bocah lucu, pengalaman-pengalaman, dahsyatnya silaturahim, dan masih banyak lagi.. Tapi kayanya yang paling berkesan buat si abang adalah bahwa Demak menjadi titik tolak, dimana yang biasanya abang susah untuk mandi, di Demak sehari bisa mandi 3-4 kali sehari, dan dimana yang biasanya abang bisa makan apa aja segimanapun juga, di Demak, si abang menyerah sama makanan. Hehe... :)
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Menara Kudus |
Maudi :) |
Masjid Agung Demak |
Abang :) |
Randi-Maudi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar