Hari ini, pagi tadi.
Kembali aku menyaksikan pemandangan yang miris. Seorang
bocah laki-laki berusia kurang lebih satu setengah tahun. Saat itu ia sedang
diajak ibunya jalan-jalan sambil sarapan. Anak itu begitu aktif, ia berjalan
kesana kemari. Tidak mau diam. Ibunya terus memarahi anak itu karena ia memang
tidak mau diam, akhirnya makanpun tidak masuk. Ibunya berteriak-teriak.
Menyebut namanya dengan keras, dan menyebutnya anak anakal berkali-kali. Kurasa
kesabaran ibu itu sudah berada di level terakhir. Ibu itu berteriak-teriak.
Sampai-sampai menimbulkan kegaduhan. Akhirnya sang anak digendong oleh ibunya.
Saat ibunya akan menggendongnya, anak tersebut menjatuhkan topi yang ia pakai
ke jalan. Tak pelak lagi, si ibu kembali naik pitam. Anaknya dimarahi untuk
kesekian kalinya, kali ini sambil memukul kepala anak tersebut.
Masya Allah…
Apa yang kulihat mungkin bagi orang lain biasa saja. Tapi,
tidak bagiku. Pemandangan tadi mengajarkanku satu hal. Bahwa hidup dalam kesabaran
itu tak mudah. Perlu latihan yang luar biasa. Pembiasaan sejak dini. Ah, tapi
berkata atau menumpahkan kata-kata lewat tulisan memang mudah, bukan? Yang
sulit itu mengamalkannya.
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar