Kamis, 17 Oktober 2013

Peran Bernama "Ibu"



Ada sebuah komunitas bagi para ibu atau calon ibu yang beralmamater ITB. ITB Motherhood. Ada grup di facebook, dan sesekali kopdar. Grup Facebooknya ini sangat aktif, semua bisa ditanyakan disini. Masalah kesehatan, curhat, sampai buka lapak bisnis. Hehe... Kalau aku sih masih jadi passive reader aja... :D

Tapi join grup ini kerasa banget manfaatnya. Jadi tau apa yang harus kita ketahui, atau bahkan sesuatu yang kita merasa belum membutuhkan pun, bisa jadi investasi saat kita membutuhkannya kelak. Alhamdulillah ada grup ini...

Dari semuanya, ada satu hal yang aku perhatikan sama pada anggota grup ini. Bahwa keinginan mereka untuk menjadi ibu yang hebat bagi anak-anaknya adalah prioritas. Kalau dulu, waktu kuliah di ITB, setiap salam ganesha mottonya adalah untuk Tuhan, bangsa dan almamater, kalo sekarang untuk Tuhan, bangsa dan keluarga.. Hehe... Semua sepakat bahwa menjadi ibu berarti menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya, madrasah pertama dan utama dalam membangun peradaban ummat. Meskipun ada banyak juga yang menjadi working mom, namun sebenarnya keinginan mereka adalah bersama anak-anak mereka sepanjang waktu, membersamai perkembangan mereka. Hanya terkadang kondisi yang menuntut mereka untuk menjadi working mom. Biasa karena alasan ekonomi, atau aktualisasi diri.
Saat memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, yang berkarir dirumah, ternyata yang dialami oleh kami-kami ini hampir sama. Hehe... Dari orangtua atau keluarga yang selalu menyayangkan keputusan tersebut. Alasan yang sering diterima adalah, "Kalau cuma jadi ibu rumah tangga, ngapain susah-susah kuliah di ITB? Kasian ijazahnya, mubazir..."

Itu yang S1, apalagi kalau yang memutuskan untuk berkarir di rumah adalah seorang ibu yang sudah lulus S2, lebih-lebih lagi penolakan yang diterima. Tapi, kami tetap sepakat, bahwa bagaimanapun, seorang ibu haruslah wanita yang cerdas. Karena dari tangannyalah anak-anaknya kelak memperoleh pendidikan, bukan dari pengasuh, khadimat atau yang lainnya. Menjadi apapun seorang wanita, maka ia haruslah cerdas.Entah nanti bekerja di luar rumah, atau di dalam rumah. 

Ada perbedaan sudut pandang generasi yang kulihat dalam masalah ini. Generasi orangtua kami menganggap bahwa setelah kuliah ya harus kerja, imbalannya berupa gaji. Kalau si anak tidak bekerja di luar rumah, maka artinya ia menyia-nyiakan pendidikannya. Atau anggapan bahwa sekarang, jadi perempuan itu harus mandiri (iya sih... :)), tidak bergantung pada suami (secara finansial). Karena sekarang, kebutuhan mahal... Wkwkwkwk...  

Sedangkan kami, justru tidak seperti itu. Semakin tinggi pendidikan, semakin sadar bahwa pendidikan yang selama ini didapat ya tujuan utamanya agar dapat membentuk generasi yang lebih baik. Memberikan kebermanfaatan yang sebesar-besarnya dalam keluarga. Lingkup sosial yang terkecil. Bukan berdaya guna di luar, untuk orang lain, sementara amanah keluarga dan anak-anak didelegasikan kepada orang lain.

Membentuk pola pikir seperti ini, dan memahamkan kepada orang lain bukan hal yang mudah, namun bagiku, itu adalah sesuatu yang patut diperjuangkan. Karena ini masalah investasi jangka panjang dan amanah. Wanita tetap bisa produktif, meski ia "hanya" seorang ibu rumah tanga. Banyak kok contohnya. Liat aja di acara Tupperware She Can... Hehe... Malah promosi.... :D

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantikmu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..