Kamis, 31 Oktober 2013

Manajemen Marah

Baca tweet ini di salah satu akun twitter. "Ketika seorang anak terbiasa hidup dalam hukuman, cacian, atau celaan, maka ia akan tumbuh menjadi seorang pembohong."

Baca juga di salah satu buku, kalimatnya hampir senada. Psikologis anak yang terbiasa dengan celaan, atau hukuman saat ia melakukan kesalahan, maka kedepannya, ia akan menjadi seorang anak yang terbiasa berbohong. Kenapa? Karena ia takut ketika ia melakukan kesalahan, ia akan menerima hukuman, atau celaan, atau dimarahi. Daripada mendapatkan itu semua, maka akhirnya ia memilih jalan aman. Dengan berbohong. 

Ternyata memang apa yang terjadi pada diri anak, sedikit banyak ada andil orangtua di dalamnya. 
Dan barusan, aku juga membaca salah satu thread yang ada di grup ITB Motherhood. Ada seorang teteh yang bercerita, bahwa ia diprotes oleh keluarga besarnya, karena ia dianggap tidak bisa marah, meskipun, kata keluarga besarnya, teteh tersebut punya anak yang sangat "nakal", yang pantas untuk dimarahi. Tapi, teteh tersebut tidak memilih untuk marah. Namun, lebih memilih untuk mengeluarkan semua energi dan pikiran positifnya, mengendalikan amarahnya. Dan menyalurkannya dengan lebih baik. Kalau kusimpulkan sih, teteh tersebut punya stok kesabaran yang besar... Hehe... Kata beliau, dulu beliau termasuk anak yang sering melakukan kesalahan, dan sering dimarahi oleh orangtuanya,, sehingga teteh tersebut berpikir, toh apa yang dilakukan tetap saja salah dimata orangtua, dan akhirnya teteh tersebut terkesan cuek kalau dimarahi. Beliau tidak ingin mengulang apa yang ia rasakan pada anak-anaknya. Jadi, sedapat mungkin, menahan amarah pada anak-anaknya.

Manajemen marah. 
Yah, tidak semua orang dapat melakukannya. 
Tidak mudah. Disaat kita bisa marah, dengan nada tinggi, memojokkan, dll.  
Semua adalah pilihan....

Mungkin, apa yang dialami oleh teteh itu, hampir mirip dengan apa yang kualami. Sehingga aku berazzam akan berusaha untuk tidak marah pada anakku kelak. Tidak mau mengukir luka pada hati mereka. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.  Tidak menggunakan nada tinggi, memojokkan, pemberian hukuman yang tidak mendidik, dll. Pasti banyak tantangannya. Tapi, bukan berarti tidak bisa, kan?

Dan, hingga kini, do'aku masih sama ya Rabb...
Karuniakanlah aku kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi semuanya, termasuk menghadapi anak-anakku kelak, sehingga yang keluar dari diri ini hanyalah kebaikan.... 

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

Blog Archive

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..