Ada seorang anak muda yang sedang memiliki masalah yang sangat besar menurutnya, dan sudah merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia datang pada seorang tua yang bijak, dan mengutarakan masalahnya. Orang bijak tersebut hanya memberinya air segelas,ia minta anak muda itu untuk meminumnya, dan bertanya, bagaimana rasa air tersebut. Dijawab oleh pemuda itu, "Air ini begitu segar." Tak lama, oleh orang bijakk itu dimasukkan segenggam garam ke dalam gelas yang berisi air tadi, lalu pemuda itu diminta untuk meminum airnya kembali. Tentu saja rasanya sudah tidak seperti sebelumnya. Asin luar biasa, hingga terasa pahit. Kemudian, si pemuda diajak oleh orang bijak tadi ke sebuah danau indah yang ada tak jauh dari rumahnya. Lagi, pemuda itu diminta untuk meminum air danau yang jernih itu. Rasanya segar sekali. Seperti tadi, ke dalam danau tersebut dimasukkan segenggam garam. Dan untuk terakhir kalinya, si pemuda diminta untuk merasakan kembali air danau tersebut. Rasa air danau tersebut masih tetap segar. Orang bijak itu menganalogikan, bahwa segenggam garam tadi adalah masalah, dan tempat air (gelas dan danau) sebagai kelapangan dada kita dalam menghadapi masalah. Jika hati kita lapang, maka masalah sebesar apapun akan terasa mudah. Namun, jika hati kita sempit, maka masalah yang kecil pun bisa terasa besar.
Benar juga ya..
Masalah itu kan pasti akan ada selama kita hidup. Jadi, bukan masalahnya yang harus menyesuaikan diri dengan kita, karena masalah, ujian atau cobaan itu Allah yang menentukan. Variabel yang lain yang bisa kita ubah adalah bagaimana menyeting hati kita agar bisa lapang dada dalam menghadapi masalah. Seperti do'a dalam Al-Qur'an (Thaha 25-28)
"Wahai Tuhanku! Lapangkanlah dadaku. Dan mudahkanlah bagiku urusanku. Dan bukakanlah simpulan dari lidahku. (Supaya) mereka memahami perkataanku."
Semoga Allah senantiasa melapangkan dada dan hati-hati kita.. :)
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar