Kadang, aku merasa sepertinya harus memahami semua orang... Harus mengikuti apa yang dirasa enak pada orang lain... Sementara mereka tidak pernah mencoba memahami apa yang aku hadapi..
Jadi teringat sebuah kisah. Di kelompok mentoring, ada seseorang yang sedang kekurangan. Tapi ia tidak pernah bercerita pada teman-temannya. Setiap minggu ia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari rumahnya untuk sampai ke tempat ia mentoring. Kadang dengan uang yang pas-pasan, dengan kondisi yang pulang sampai rumah selalu malam, karena jarak rumahnya dan tempat ia mentoring yang cukup jauh... Tapi ia mencoba mengerti. Teman-temannya memang jauh lebih dekat ke tempat ia mentoring, ia pun mengalah. Terkadang ingin sekali meminta, bisakah sesekali mereka yang merasakan betapa jauhnya ia dalam menempuh perjalanan setiap minggunya. Tapi tidak ia utarakan. Ia hanya berpikir, teman-temannya sudah menikah, punya anak kecil, susah dibawa jauh-jauh. Jadilah ia berpikir untuk menerima kondisinya dan tidak menuntut apapun. Meski kadang, terlintas pikiran, bagaimana ketika ia kelak sudah menikah dan punya anak kecil? Masih haruskah ia yang pergi jauh sendiri dengan alasan teman-temannya ada lagi yang harus dimengerti kondisinya? Ia menjadi tertutup. Beberapa waktu ia tak datang mentoring karena tidak ada ongkos kesana. Tapi teman-temannya tidak ada yang menanyakan. Yang ada bahwa kehadirannya menurun. Kemudian ayahnya wafat. Lagi-lagi, tak ada satupun temannya yang tahu. Dan ia pun tak ingin memberi tahu. Sekian lama ia merasa sendiri. Dan apa yang terjadi selanjutnya? Ia memutuskan untuk pergi dari mentoring dan tarbiyah. Karena ia merasa, ukhuwah yang selalu digaung-gaungkan tak ia dapati melainkan hanya sekedar materi mentoring. Ia terlanjur sakit hati. Ia terlalu lelah untuk memahami semua orang. Sementara ia merasa sendiri. Dan teman-temannya menganggap ia sudah tidak berafiliasi pada tarbiyah. Salah siapa? Ah, yang terpenting bukan mencari siapa yang salah.
(Seperti yang diceritakan oleh salah seorang teteh, semoga bisa menjadi ibrah bagi kita)
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar