Jujur saja, semenjak kejadian yang terjadi di kantor kemarin dan aku kabur kemarin, hari ini aku agak enggan bekerja. Ditambah dengan yang terjadi hari ini. Berada di titik terendah. Yah, meskipun tetap saja ada yang bisa membuatku tertawa disana. Selepas kerja, aku segera menuju Salman untuk mengisi mentoring MA. Seperti biasa, Salman selalu bisa membuatku merasa tenang dan sejuk. Sesuatu yang akan selalu kurindukan. Hm, mungkin nanti akan kubuat tulisan tentang Masjid Salman ITB. :)
Mentoringku cukup singkat, tapi semoga tak sesingkat dalam pelaksanaan berwujud amal di kehidupan sehari-hari kami kelak. Lingkaran ini juga yang selalu kurindukan di setiap pekannya. Lingkaran yang mengingatkanku kembali akan tujuan hidup,setelah hampir sepekan penuh disibukkan dengan pekerjaan yang tak jarang membuathati gersang.
Mentoring selesai, aku menuju Gramedia. Ada buku yang kucari, namun ternyata di Gramedia tidak ada. Aku melihat buku Indonesia Mengajar. Di dalamnya ada profil pengajar muda dari Indonesia Mengajar. Ada hal yang membuatku tersentil. Dari 51 pengajar muda yang ada di buku tersebut, ada entah 4-5 orang temanku sesama SMA 3 dan ITB satu angkatanku. Kenapa aku tersentil? Karena apa yang telah mereka capai sungguh luar biasa, dan mereka pun melakukan hal yang berguna bagi masyarakat. Sedangkan aku? Entahlah, semenjak bekerja, aku merasa hidupku begitu egois. Hanya untuk diriku sendiri. Dan aku tidak memiliki kontribusi terhadap masyarakat. Apalagi terhadap dakwah. Ah, rasanya aku sudah melangkah bergerak menjauhi apa yang disebut dengan pribadi bermanfaat untuk ummat. Astaghfirullaah.. Ampuni aku ya Rabb... Apakah ini yang dialami sebagian orang? Tapi aku merasa ada yang hilang dari diriku. Semangat, ghirah, atau apapun itu namanya. Kemana ia yang dulu begitu menyala?
Ah, tak seharusnya menyesali diri terlalu lama. Ia hanya butuh waktu untuk mengembalikan ghirahnya seperti dulu. Azzam itu telah terpatri dalam diri. jangan biarkan ia hilang kembali ya Rabb...
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar