Hari Jum'at lalu, aku mengisi di keputrian Fisika Teknik ITB. Temanya tentang wanita dan karier. Banyaknya sih sharing tentang pertimbangan apa yang dipakai kalau seorang wanita bekerja di luar rumah, apa rambu-rambunya,dll.
Saat sesi tanya jawab, ada yang bertanya seperti ini, "Teteh kan sekarang ga kerja, kalau misalnya pagi di rumah, udah ngurusin suami sama anak, terus beres, terus teteh ngapain lagi, gabut ga sih teh? Pengen kerja lagi ga teh?".
Hehe... Kubilang, berdua dengan anak 10 bulan yang sedang aktif-aktifnya belajar, ga mungkin gabut alias gaji buta. Malahan yang ada aku sering ga bisa ngerjain hal lain. Yang ada, mencari me time aja susahnya bukan main. Mengejar tilawah saja, ngos-ngosan. :)
Sorenya, ada salah seorang temanku yang kirim whatsapp. Dia tanya, gimana saat aku udah pindah ke rumah sendiri, saat semua dikerjakan sendiri. Apakah bisa semua terkerjakan atau tidak. Masak, mencuci, dll gimana... Temanku ini sudah menikah, dan sana-sama sudah punya aban berusia 10 bulan. Sama.
Terlihat, kan bedanya? Dua orang bertanya hal yang mirip, tapi beda persepsi. Yang satu berpikir kalau aku punya banyak waktu luang hingga gabut, sedangkan yang satu berpikir aku begitu sibuknya hingga sulit mengerjakan sesuatu. Yap. Beda sekali. Karena apa? Karena yang satu sudah mengalami dan tahu bagaimana realitanya, sedang yang satu lagi belum mengalaminya, dan masih berasumsi. Hehe.. ini bedanya.
Persepsi setiap orang berbeda-beda akan satu hal yang mungkin seharusnya bisa "disamakan". Namun ternyata persepsi tak bisa disamaratakan, tapi ia bisa disamakan di awal. Persepsi bisa terbentuk dari pengalaman. Apa yang dialami seseorang di masa lalu, bisa nenjadi persepsi awal dalam memandang masa depan.
Persepsi... Oh persepsi... :)
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar