Sering sekali mendengar kata-kata itu setiap hari. Respon time pelayanan di luar standar atau masuk standar. Hm.. Bekerja di bidang pelayanan farmasi rumah sakit, salah satu parameter kualitas pelayanan diukur dari respon time kita dalam melayani order resep untuk pasien. Sudah ditentukan, respon time yang masuk standar sekian, sisanya adalah diluar standar. Jika respon time diluar standar melebihi jumlah resep dengan respon time masuk standar, berarti ada yang perlu dievaluasi dari sistem pelayanan di farmasi kami.
Karena respon time ini begitu penting, hampir setiap hari dibahas, kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan untuk menaikkan respon time pelayanan. Kalau udah bahas respon time.. Euh.. semua sepertinya dilakukan demi si respon time ini.
Namun, akhir-akhir ini aku jadi terfikir. Sebegitukah kita mengejar respon time? Yah.. memang sih, respon time itu bisa menunjukkan kualitas kinerja kita. Tapi aku melihat dari sisi yang lain.. Sisi yang jauh lebih penting. Kalau ada respon time pelayanann, maka bagaimana dengan respon time kita dalam beribadah? Saat bekerja, biasanya peak hour kami saat pukul 11.00-13.00, waktu dimana pasien begitu banyak, dan antrian
resep pun cukup panjang. Padahal, disana ada waktu shalat Dzuhur. Tak jarang
waktu shalat pun jadi bergeser cukup jauh. Bukan di awal waktu, malah mungkin
hampir di akhir waktu.
Nalarku mengatakan, ada yang salah disini. Mengapa untuk
respon time pelayanan kita bisa mengeluarkan segenap tenaga dan pikiran untuk
meningkatkan kualitasnya, sementara respon time kita dalam memenuhi seruanNya
justru malah tidak standar? Kita yang harus lebih cerdas memanfaatkan waktu
dengan baik. Ada banyak cara bisa dilakukan untuk menjaga agar respon time
shalat tetap bisa masuk standar, bukan? Hehe.. Bisa gantian dengan teman. Selama
kita masih mau mempertahankan keimanan kita, selalu ada jalan dari Allah untuk
kita.
Gara-gara respon time ini, aku jad berfikir ke yang lain.
Respon time adalah waktu kita dalam merespon atau memberikan
tanggapan. Kalau di kerjaan, berarti sejauh mana kita merespon kebutuhan
pasien. Kalau dengan Allah, hubungannya sejauh mana kita merespon setiap seruan
yang berasal dariNya, seruan-seruan dakwah, atau kebaikan-kebaikan yang datang
menghampiri. Respon time kita terhadap Allahlah yang utama, karena bukankah
kita diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya saja? Namun manusia tetaplah
manusia yang penuh dengan keterbatasan, kekhilafan. Bahkan tak jarang sama
sekali tidak mengingat untuk apa ia
diciptakan. Karena dunia begitu melenakannya. Ah.. manusia..
Bagaimana mempertahankan keimanan di tengah gemerlap dunia
yang menyilaukan, itulah peer kita.. Bagaimana membuat kita merespon setiap
seruanNya dengan amal terbaik kita, itulah tugas kita.. Bagaimana membuat agar
Allahlah yang utama dalam hidup kita, itulah hakikat kita hidup..
“Wahai orang-orang
yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada
sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu
akan dikumpulkan.” (Al-Anfal : 24)
-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar